B. Z. 18

494 20 2
                                    

Selama membaca🤗

Vote dan coment nya dong biar semangat 🥰

___________________________________

.
.
.
.
.
..
..
.
.

Sudah dua minggu berlalu zuya dan zen tidak saling bertegur sapa. Mereka kembali seperti dulu. Saling kenal tapi tidak saling menyapa. Zuya tinggal di apartemen zen dengan kamar yang berbeda. Sedangkan Matsu dan saru tinggal di kediaman keluarga Hiroaki.

Zuya sudah berangkat ke sekolah dengan menaiki sepeda.

Zen yang baru selesai bersiap pergi ke ruang dapur. Seperti biasa dia mengambil bontot biru di atas meja. semenjak dia tinggal bersama zuya. Dia selalu membawa bekal. Zuya selalu menyediakan nya di atas meja tanpa mengatakan apa apa. Mereka seperti orang asing yang tinggal serumah.

" Sampai kapan akan seperti ini. Dia seolah olah menghindari ku" Ucap zen lirih.

Padahal ini baru pukul 6:20 tapi zuya sudah berangkat.

Setiap zen bangun dia tidak pernah mendapati zuya lagi di rumah.

Dia minggu ini Zen seperti tidak ada kehidupan. Wajahnya datar tidak ada senyum lagi. Saat ze berusaha mendekat zuya pasti pergi.

Di sekolah Zen hanya belajar dan dia sibukkan mengurus anggota OSIS. Jika pun tidak ada rapat osis dia tetap berada di ruangan OSIS.

" Apa ada masalah? " Teman zen bernama jery menepuk pundak Zen pelan

" Iya aku perhatikan kau selalu murung. " Timpal Seiko.

" Huh " Zen menghela napas nya lelah.

" Aku harus bagaimana? Dia tidak mau melihat ku "

" Zuya? " Tebak mereka berdua

Zen mengangguk lemah..

" Mungkin dia masih membutuhkan waktu untuk menerima. " Ucap jery.

" Tapi mau berapa lama lagi jer?. Dua minggu sudah dia membuat ku tersiksa. Aku seperti tidak memiliki semangat jer. Aku seperti kehilangan arah. Aku tidak bisa hidup tanpanya."

Jery dan Seiko menatap kasihan pada Zen. Sewaktu berpacaran dengan lily dia tidak pernah seperti ini sebelumnya.

" Sekarang coba tanya kan pada dirimu Zen. Apa kau masih menyimpan perasaan pada lily?. " Ujar seiko

Kepala Zen menggeleng ribut
"Tidak. Aku sudah tidak memiliki rasa dengan lily. Aku berkata serius "

" Kalau begitu temui saja zuya"

" Tidak semudah itu. Setiap kali aku ingin berbicara dia selalu menghindar. Menatap ku saja dia tidak mau"

" Ah aku punya ide" Seru jery.

" Apa? " Zen dan Seiko menoleh

" Bagaimana nanti malam kau masuk saja ke dalam kamar zuya. "

" Aku takut dia membenci ku. Jika terlalu memaksa "

" Tidak apa apa. Perlu sedikit paksaan. Jika seperti ini terus kau tidak akan bisa bersama dengan zuya. " Ucap jery memberi saran.

" Ah aku setuju dengan jery. " Timpal Seiko.

" Aku coba"

Zen menghembuskan nafasnya kasar. Dia harus memiliki keberanian untuk menghadapi amarah zuya nanti. Yang di katakan jery ada benarnya. Jika seperti ini terus mereka akan selalu seperti orang asing.


Zen Zi ( End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang