"Kenapa Juna memakai kaos kaki sepanjang lutut?"
——————————"Bu Tit, sampeyan masih ingatkan? Sama tetangga aku yang kita temuin meninggal?" tawa renyah Bu Surti pun mereda setelah mendengar apa yang dipertanyakan Mak Zuhri.
"Aku sih ingat ya Mak, kenapa nih? Kok sampeyan tiba-tiba bahas kejadian tiga tahun itu lagi?" ujar Bu Surti penasaran, dia juga mengecilkan suaranya agar tak dibawa angin dan pastinya menyebabkan berita simpang siur.
"Gini loh Bu Tit, aku curiga sama tetangga baruku itu, Bujang kan temenan sama Juna, kayaknya ada yang aneh sama keluarga mereka, padahal nggak mau ikut campur tapi takutnya ada apa-apa," ungkap Mak Zuhri jujur pada Bu Surti, mereka ini sudah dekat sejak Bujang satu TK dengan Mia.
"Tapi kenapa Mak curiga sama keluarga Pak Yeri? Beliau baik loh, tiap pagi nyapa, ngomongnya pakai 'Saya' formal," jawab Bu Surti yang sebenarnya tidak ingin lagi ikut campur urusan orang lain.
"Tadi, Juna datang ke rumah aku. Pelipisnya luka, dalem banget. Aku tanya, katanya kejedot pintu. Bayangin deh Bu Tit, kejedot pintu tapi lukanya kayak dipukul pakek tongkat kasti," ujar Mak Zuhri menerangkan, rasa curiganya memang tidak bisa ditahan-tahan lagi kali ini.
"Jadi, sampeyan mau bagaimana, Mak?" tanya Bu Surti menatap dengan kepastian.
Mak Zuhri membenarkan posisi duduknya, ia bersemangat untuk membahas bagian ini. "Kita kayak dulu lagi, yuk. Tapi janji nggak senekat yang dulu."
"Waduh, Mak. Aku ngikut intruksi sampeyan aja. Jadi, mulai langkah mana kita sibak, Mak?" tak kalah antusias, Bu Surti juga memelankan suaranya, takut Mia yang membaca buku mendengar misi besar ini.
"Aku kabari lewat ini," ujar Mak Zuhri sembari menggoyangkan ponsel miliknya. Bu Surti langsung mengangguk kemudian mengulurkan tangan ala dua Detectif sungguhan yang menyetujui penyelidikan kasus.
Mak Zuhri menatap rumah Pak Yeri yang pintunya tertutup rapat, hatinya berbisik, bahwa ia pasti akan menemukan titik terang. Satu pertama, siapa Pak Yeri itu? Kenapa harus keluarga mereka yang datang tiba-tiba setelah rumah itu kosong bagai sarang setan selama tiga tahun. Yang pasti, apakah Pak Yeri ada hubungannya dengan seorang jasad perempuan tiga tahun yang lalu. Bu Surti meminta Mak Zuhri masik selayaknya tamu setelah perbincangan rahasia mereka terjalin. Mia, perawan manis itu tersenyum malu ketika Mak Zuhri datang dengan senyum khas, ia lekas menutup buku lalu pergi ke dapur sesuai apa yang dikatakan Bu Surti.Tak lama, selanjutnya Mia datang membawa teko berisikan minuman sirup hijau lengkap dengan nastar yang pasti diolah sendiri oleh Bu Surti. Kalau boleh dipuji, Bu Surti itu pintar masak, apa saja yang diminta selama Bu Surti tahu nama masakannya, tentu dengan sangat bangga ia akan memasaknya. Tak heran jika ada acara di kompleks, Bu Surti jadi ketua juru masak—dibayar pula dengan harga yang minimum, berapa pun nominalnya, Bu Surti menerima dengan ikhlas. Bu Surti juga aktif sebagai IBU PKK, pekerjaan barunya yang sering tampil keliling RT untuk mendapatkan data penduduk setempat.
Dari bekerja sebagai IBU PKK yang kadang sibuk dan kadang nganggur, alhamdulillah Bu Surti masih mampu membelikan anaknya perawatan diri. Tidak hanya itu, gaji almarhum Bapak Kamil juga selalu lancar setiap bulan, mampu untuk biaya sekolah Mia. Jika boleh dibandingkan, keluarga Bu Surti tergolong sedikit kelas atas, tampilan pakaian boleh biasa saja, Bu Surti kerja, ada pensiunan Bapak Kamil yang dahulunya seorang Guru kemudian Bu Surti juga punya toko alat tulis. Sementara jika dibandingkan dengan keluarga Mak Zuhri, sudah cukup beda.
"Mia nanti kuliah, abis lulus SMA?" Tanya Mak Zuhri sembari meletakkan gelas setelah ia meminumnya sedikit.
Mia mengangguk. "Iya Mak, rencananya kuliah."
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO JUNA! | HARUKYU REVISI
Mystery / Thriller(Misteri) Rhuto Al-Delrio kedatangan tetangga baru yang persis menempati rumah kosong terkait kasus wanita gantung diri yang tak terpecahkan. Mak Zuhri bersama Bu Surti kembali memulai aksi prasangka lantaran bertanya-tanya siapa keluarga terseb...