"Cuman mau bilang, seberapa lama pun lo temanan, sepaham apapun lo sama dia, setahu apapun lo tentang dia. Seandainya lo nggak nyaman sama dia, udah, bubar aja. Karena sebuah hubungan harus tentang saling percaya, tentang rasa nyaman antar sesama, bukan rasa sengsara dan bukan tentang rasa sakit hati yang harus didera."
——————————Pencarian Mia, Juna dan Rhuto terus berlanjut, Polisi sudah mulai membuat membagikan poster orang hilang, yang mana poster tersebut juga ditempel di emperan toko, tiang listrik, papan pengumuman kecamatan, serta papan pengumuman RT. Mak Zuhri dan Bu surti menjadi dua pribadi tangguh secara tersembunyi, bagaimana tidak? Kasus hilangnya Juna, Rhuto, dan Mia sudah pasti berkaitan dengan Pak Yeri, baginya sekarang bagaimana caranya memberitahu Polisi Arna jika pelaku penculikan itu tetangganya sendiri. Mak Zuhri menggulir layar ponselnya dengan mata menyipit serta jari telunjuk yang tegak nan kaku, ia fokus mencari nomor telepon yang ditinggalkan Zaire padanya, agar dapat saling menghubungi jika sama-sama mendapatkan kabar.
Mak Zuhri menekan nomor itu, dimana ia langsung menekan tanda telepon kemudian dengan semangat ditempelkannya benda persegi panjang tersebut ke kuping kanannya,Bu Surti dengan cukup tegang menunggu percakapan antar Mak Zuhri dan yang ditelepon selesai, ia sangat berharap Zaire yang mengaku sebagai saudara mendiang wanita tewas itu bisa datang ke tempat ini lagi, Mak Zuhri dan Bu Surti sepakat untuk memberitahu rasa curiga mereka ini pada Polisi Arnal.
Mak Zuhri menganggukkan kepalanya, menandakan bahwa Zaire akan datang secepatnya, ia kemudian mengajak Bu Surti duduk di bawah pohon jambu kristal tepat di halaman rumahnya, sebelum itu Mak Zuhri menyempatkan untuk meminta tolong Ibu Basma agar dapat memanggil Polisi Arnal kemari. Ibu Basma langsung melakukan permintaan itu, kini ia bertugas penuh mendampingi rakyat lantaran suaminya tidak ada. Mak Zuhri menatap kosong ke arah motor Vario tua yang terparki, yang mana di atasnya terdapat Siti sedang tidur—dengan tenang tak seperti Mak Zuhri yang harus gelisah setiap malam, bagaimana pun, ini sudah masuk ketiga hari hilangnya Rhuto—bagaimana bisa ia tidur nyenyak.
"Mak, kok sampeyan bisa tahu kalau mereka ke hutan?" tanya Bu Surti sesaat keheningan tadi menguasi atmosfer, Mak Zuhri menoleh ke arah Bu Surti, ia diam, ia membenarkan pertanyaan itu lantaran ia bahkan lupa memberitahu kenapa dirinya megarahkan Polisi dan tim menyusur hutan itu saat anaknya tak kunjung datang ke rumah.
"Tengah malam, aku kebangun. Gara-gara ada suara dentuman, dari arah hutan, waktu bangun aku sadar kalau nggak ada Bujang di rumah setelah aku dari rumah sampeyan waktu itu? Sampeyan ingatkan Bu Tit? Abis kita ngomongin empat orang asing waktu itu? Aku pulang, dan gobloknya aku lupa kalau Bujang udah nggak ada di rumah."
Bu Tit mengangguk paham, "Waktu sampeyan datang ke rumah, ngadu sama aku kalau Bujang nggak ada di rumah, aku kaget, Mak. Kaget lagi pas aku manggil Mia berkali-kali ternyata nggak ada di kamar," ujar Bu Surti sembari menelan air ludah, ia terlihat berpikir sebelum kembali berucap.
"Tapi Mak, kalau bener Pak Yeri yang ngeculik anak kita, kok dia tega, ya? Apa kira-kira kita ini ada salah sama dia?" mendengar pertanyaan Bu Surti tersebut, membuat Mak Zuhri berpikir kritis, ia memutar mundur ingatannya.
"Apa bener ya Bu Tit, Juna memata-matai keluargaku? Tapi buat apa?" Ia yang bertanya, kini dirinya pula-lah yang menjawab.
"Mak, seandainya anak kita nggak selamat, sampeyan kuat, kan? Aku juga udah usaha mati-matian sabar seandainya Mia nggak bisa kutemukan bernapas, Mak. Aku ikhlas, rela kalau ini jalannya.
Mak Zuhri terdiam, ia menahan tangis, ia tak lagi ingin menjatuhkan air matanya. Meski rasanya sangat sakit, sebuah rasa sakit yang sulit untuk dijelaskan, sebuah rasa sakit yang benar-benar tak bisa digambarkannya. Mak Zuhri tahu, bahwa semua ketetapan adalah milik Tuhan, ia menjalani sekadar menumpang dalam sebuah alur yang ditulis, mengikuti sekumpulan janji-janji di lauhul mahfudz. Mak menoleh saat pintu pagar rumahnya berderet, Polisi Arnal datang dengan seulas senyum kaku. Bu Surti memantapkan dirinya, ia yakin bahwa apa yang disampaikannya adalah sebuah asumsi yang positif meski kedengarannya tetaplah prasangka.
![](https://img.wattpad.com/cover/365459004-288-k451003.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO JUNA! | HARUKYU REVISI
Mistério / Suspense(Misteri) Rhuto Al-Delrio kedatangan tetangga baru yang persis menempati rumah kosong terkait kasus wanita gantung diri yang tak terpecahkan. Mak Zuhri bersama Bu Surti kembali memulai aksi prasangka lantaran bertanya-tanya siapa keluarga terseb...