03; Ajuna Daniarta

291 25 0
                                    

"Dilihat aja udah enak, apalagi dicobain."


   "Kamu, yang ketok pintunya?" Tanya wanita berdaster merah motif ultraman menarik perhatian Rhuto yang serba salah untuk melangkah maju atau justru mundur.

 "Iya Tante, ini ada nasi goreng. Katanya buat anaknya, sih, " jawab Rhuto linglung bingung harus mengeluarkan kalimat apa.

 "Panggil Mbok aja ya, Nak. Masuk dulu, kenalan sama Juna." Mbok itu langsung menyuruh Rhuto masuk ke dalam rumah mereka.

   Rhuto sebenarnya egan untuk berkenalan dengan Juna, tapi ia teringat akan tadi malam. Gumpalan tisu berdarah dengan silet serta cutter, Rhuto berakhir dengan mau-mau saja menerima tawaran Mbok ini, ia juga penasaran bagaimana rupa Juna, apalagi yang dikatakan Mak Zuhri kemarin, wajah Juna murung. Jika bukan karena penasaran, Rhuto tidak mungkin mau berkenalan dengan Juna. Menepis pikiran buruk tentang niatnya yang sudah kurang suka dengan Juna, Rhuto memilih melihat-lihat rumah yang sudah tidak pernah lagi di tempati selama dua tahun.

   Mbok Bunar datang membawakan segelas teh hangat lengkap dengan bolu kukus yang masih baru dari dalam kotaknya. Rhuto mengucapkan rasa terima kasih pada Mbok Bunar yang hanya menanggapi dengan senyum. Rhuto tidak betah di tempat ini, satu pertama karena ia tidak kenal dengan keluarga ini—keadaan rumah masih sedikit berantakan, beberapa barang belum disusun ke dalam lemari-lemari kaca yang kosong melompong. Rhuto masih saja memperhatikan rumah itu, usai Mbok Bunar pergi sembari membawa sepiring nasi goreng tadi dan meletakkannya ke atas meja. Rhuto meminum sedikit teh hangat itu, ia berniat cepat-cepat pergi dari tempat ini.

 "Juna sudah bangun, cuci muka ya, tadi anak tetangga kasih kamu nasi goreng. Mbok letakkin di meja," terang Mbok Bunar saat melihat Juna keluar dari kamarnya.

 "Bapak udah pergi, Mbok?" Tanya anak yang dipanggil Juna.

   Rhuto menelan ludah, lelaki bertubuh kurus dengan kaos berlengan pendek, bahkan celananya hanya selutut dengan setelan kaos kaki toska sepanjang lutut. Rambutnya berponi dengan kulit yang putih, poni belah yang lurus, Rhuto memperhatikan gerakan Juna yang duduk di kursi menatap nasi goreng pemberian Rhuto.

   "Juna, kenalan dulu sana. Sama teman baru," ujar Mbok Bunar sembari menunjuk ke arah Rhuto yang duduk serba salah.

  Juna menoleh, melihat sebentar ke arah Rhuto. Ekspresi yang mengesalkan terpancar di pantulan netra Rhuto, sekarang Rhuto merasa terintimidasi ditatap seperti itu. Sekian detik, anak yang dipanggil Juna duduk tepat di hadapan Rhuto—membuat jantung Rhuto jadi party goyang dumang, Rhuto mengalihkan pandangannya, ia jadi tidak selera untuk kembali meminum teh hangat dan mencicipi bolu di dalam kotak. Entah apa dan bagaimana jalan pikiran anak di hadapannya ini, orang itu menatap tidak berkedip, Mbok Bunar sudah pergi ke dapur meninggalkan Rhuto sendirian.

 "Jadi lo yang punya kucing? Jelek kayak peliharaannya, " pungkas Juna membuat Rhuto kaget.

 "Dih sok ganteng! Lo kan yang nendang kucing gue? Psikopat kayak mukanya," balas Rhuto menatap tanpa takut ke arah Juna yang sangat menjengkelkan.

 "Lo ngapain di rumah gue? Kita kenal? Jangan sokap kali. Gue enggak demen kenalan sama lo." Mata Juna melototi Rhuto dengan tajam.

  Rhuto sedikit tersenyum meremehkan. "Anak najis, lo pikir gue mau temenan sama lo? Ngaca kali!" Sarkas Rhuto dengan geram.

   Saking geram dan bencinya Rhuto, sisa teh hangat yang ada di meja diraihnya dengan cepat. Dan begitu puas rasanya Rhuto dapat menyiramkan sisa teh hangat itu tepat di wajah Juna. Tentu saja setelah insiden itu, Rhuto langsung menyumpahi Juna kemudian pergi. Beruntungnya tidak ada Mbok Bunar, hingga membuat Rhuto dengan mudah langsung pulang tanpa ditanya ini itu lagi dengan Mbok Bunar. Rhuto yang kesal bin emosi berjalan cepat hingga membuka pintu rumah dengan kasar membuat Mak Zuhri di dalam sana jadi terkejut, bukannya bingung apa yang sedang menimpa anaknya, Mak Zuhri justru geleng-geleng kepala—sebab ia jelas tahu bagaimana tabiat Bujang.

HELLO JUNA! | HARUKYU REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang