"Gue pengen hidup kayak Ikan, nggak punya otak, nggak punya perasaan, nggak punya hati, nggak punya harapan, hidupnya cuman blebek-blebek doang."
——————————"Bu Tit, apa wanita itu beneran nggak punya kelurga ya? Tapi, Juna kemarin cerita soal Mama dia," ujar Mak Zuhri disela mengadon kue, jadi sebelum ramadhan benar-benar datang—tadi malam Bu Surti mengajak Mak Zuhri untuk membuat kue bersama sekalian dibagikan ke tetangga yang lain untuk buka puasa hari pertama di bulan Ramadhan.
"Mak lupa toh? Polisi waktu itu nggak bisa nemuin keluarga korban, kan? Lagian Juna cerita soal apa?" timpal Bu Surti yang kembali mengaduk adonan miliknya sementara Mak Zuhri tidak fokus, ia terbayang-bayang akan empat orang asing tadi malam.
"Juna sempat cerita kalau Mama dia ngalamin depresi, katanya suka menyendiri, di dalam kamar. Bu Tit, keteragan Juna mirip sama wanita itu, aku cuman curiga kalau yang dulu tewas itu Mamanya Juna." sontak Bu Surti menoleh tak percaya mengundang atensi Mia yang sedang membuat selai nanas dan selai kacang.
"Mak yakin? Tapi, ada yang aneh sama keluarga mereka Mak. Aku jadi sependapat kalau bisa aja Juna itu anaknya wanita itu," ujar Bu Surti, Mak Zuhri mengangguk dengan apa yang dikatakan Bu Surti.
"Kok Mak sama Ibu tiba-tiba bahas kasus itu lagi? Kan kata ketua RT jangan sampai jadi trending topik," ungkap Mia menyela setelah tahu apa yang dibahas kedua janda tua itu.
"Bukannya mau jadi gosip lagi, Mia. Mak punya firasat kalau Juna atau tetangga baru kita itu ada kaitannya sama wanita itu. Mereka pindah ke rumah yang dua tahun kosong, orang mau beli aja nggak ada yang berani, siapa lagi yang mau uji nyali di rumah itu? Kalau enggak kerabatnya mana mungkin kan ada yang mau beli." Bu Surti sontak membenarkan apa yang ditersngkan oleh Mak Zuhri, sedari dulu Mak Zuhri memang cerdas meski kadang salah langkah.
"Bisa kok Mak, dibeli sama orang yang nggak tahu cerita rumah itu, bisa aja dari kota lain," timpal Mia yang sebenarnya tidak mendukung jika Bu Surti dan Mak Zuhri lagi-lagi bertingkah layaknya Detektif kesetanan.
"Tapi kalau terjual sama orang kota, kan konsepnya jadi aneh. Rumah itu hak milik wanita yang tewas, siapa pun nggak mungkin bisa menjual sembarangan kalau nggak ada hak waris, kalau bukan keluarganya siapa lagi?" Bu Surti ikut menyela dengan spekulasi yang didapatkannya, Mia jadi ciut lantaran dua janda ini memang punya jiwa Detektif.
"Berarti wanita itu sebenarnya punya keluarga, mungkin pas ditemukan tewas keluarganya malu. Jadilah sembunyi, bisa kan mereka diam-diam tahu soal rumah itu, terus menempati atau menjual rumah itu ke keluarga Pak Yeri yang sekarang." Mia meneguk ludah setelah berucap demikian, entahlah ia bahkan tidak tahu harus mendukung atau justru melarang bulat-bulat tekad Mak Zuhri dan Bu Surti ini.
"Kalau menjual, Mak sih kurang yakin, Mia. Rumah itu hak milik wanita yang tewas, seandainya dijual pasti direnovasi biar auranya nggak serem. Bayangin aja, orang yang mau beli rumah apalagi tahu latar belakangnya pasti ngadain renovasi, biar beda dari sebelumnya. Tapi, Bu Tit, Mia. Mak yakin banget yang nempatin pasti kerabat wanita itu." Mak Zuhri tetap bersikeras jika Pak Yeri bisa saja adalah kerabat dari wanita yang tewas itu.
"Nanti lagi Mak, Bu kita bahas. Kalau kayak begini kue kita nggak bakal mateng!" ujar Mia mengingatkan perkumpulan mereka bertiga bukak justru membahas insiden itu. Mak Zuhri dan Bu Surti jadi terkekeh dan kembali mengerjakan apa yang mereka kerjakan.
Meski mereka kembali sibuk dengan mengadon tepung, Mak Zuhri tidak bisa lepas dari belenggu di pikirannya. Bukan hanya soal apakah Mama yang dimaksud Juna wanita dalam insiden itu, tapi perihal siapa empat orang asing yang berjalan beriringan pada tengah malam saat itu. Bahkan jika boleh diingat, kasus wanita tewas itu ditutup tanpa adanya penyelesaian, penyelidikan dianggap tidak runtut setelah keterangan dari Mak Zuhri dan Ibu Surti kala itu. Mak Zuhri menepis pikirannya, ia boleh penasaran tapi tidak untuk senekad seperti dulu karena bagaimana pun, Mak Zuhri kapok harus berurusan dengan Polisi sungguhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO JUNA! | HARUKYU REVISI
Mystery / Thriller(Misteri) Rhuto Al-Delrio kedatangan tetangga baru yang persis menempati rumah kosong terkait kasus wanita gantung diri yang tak terpecahkan. Mak Zuhri bersama Bu Surti kembali memulai aksi prasangka lantaran bertanya-tanya siapa keluarga terseb...