"Dannaaaa!!!"
Naruto memasuki kamar pribadi Danzo dengan sembrono. Ia langsung menaiki ranjang dan melompat diatasnya. Sengaja Naruto melakukan itu untuk membangunkan Danzo yang masih tidur.
"Ngh,ini masih pagi Naru!" kata Danzo dengan suara parau khas bangun tidur.
"Tidak Danna! Tidak, nanti Naru kesiangan!"
Danzo yang masih mengantuk menarik tangan Naruto agar tidak mengganggunya. Ia lalu memeluk Naruto dan mengunci tubuhnya dengan kakinya.
"Berisik Naru, tunggu 5 menit lagi!"
Naruto mencebik kesal. Dilihatnya Danzo kembali memejamkan mata. Terbesit ide licik dikeoala Naruto.
"Danna~" panggil Naruto dengan suara mendayu-dayu.
Danzo menuliskan telinganya. Ia sudah hafal dengan semua kebiasaan Naruto.
Kedua telapak tangan Naruto mencangkup pipi Danzo lalu kembali mengeluarkan jurusnya.
"Danna~"
Danzo yang tak tahan akhirnya membuka kedua matanya dan melihat Naruto yang sedang memasang pose andalannya. Matanya terlihat memohon, persis seperti mata anak anjing yang menggemaskan.
"Dasar!"
"Ahahahaahs Jangan hahahaha baju Naru nanti kusut"
Keduanya berguling diatas ranjang besar milik Danzo. Suara tawa Naruto emnggemas di seisi ruangan. Danzo menggelitikinya tanpa ampun. Membut Naruto tertawa sangat kencang.
"Ampun Danna hahahaha ampuuuun"
Mendengar nafas Naruto yang tersental, Danzo menghentikan gslitikannya. Naruto menarik nafas dalam-dalam. Ia paling tak bisa digelitiki.
Keduanya kemudian bertatapan. Naruto sudah bukan lagi bocah berusia 10 tahun yang penakut. Ia sudah tumbuh menjadi remaja yang rupawan. Tahun ini usianya 15 tahun dan sebentar lagi Naruto akan menyelesaikan pendidikannya di sekolah menengah pertama.
Sudah 3 tahun ini Naruto kembali ke sekolah umum. Sebelum kembali memasukkan Naruto ke sekolah, Danzo mencari dengan cermat sekolah terbaik. Tak hanya itu, Danzo juga meminta Naruto belajar bela diri agar Naruto bisa menjaga diri jika keadaan terdesak.
Ingin-inginnya Danzo menonopoli Naruto, ia tak mau malaikat kesayangannya itu merasa dikurung dan tak punya teman.
Danzo membelai pipi kukus Naruto. Tepat seperti dugaannya, Naruto akan menjadi pemuda yang luar biasa menawan. Sekarang saja Naruto sudah semenawan ini. Padahal Naruto masih terbilang bocah.
"Danna?"
Natuti heran karena Danzo mendadak diam dan hanya menatapnya saja. Naruto khawatir jika Dannanya itu sakit.
Tak menggubris panggilan Naruto, jempol Danzo menelusuri pipi Naruto dan membelainya. Sepersekian detik kemudian, Danzo mendekatkan wajahnya dan mengecup bubur itu lembut.
Naruto memejamkan matanya merasakan bibir Danzo yang menempel pada bibirnya. Tak ada rasa risih karena ia sudah biasa dicium oleh Danzo. Tak juga ada debaran atau getaran aneh saat bibir keduanya bersatu sebab Naruto berpikir bahwa ciuman itu adalah bukti kasih sayang Danzo padanya sebagai keluarga.
"Cepat, besar Naru. Aku sudah tak tahan" kata Danzo setelah ciuman mereka berakhir.
Naruto menggembungkan pipinya sebal.
"Naru sudah besar, Danna!"
Naruto paling tak suka jika ia diperlakukan seperti anak kecil. Ia salah menafsirkan perkataan Danzo sebagai ejekan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Danna
FanfictionKepergian kedua orang tuanya membuat Naruto terpaksa tinggal bersama pamannya. Selama tinggal bersama pamannya, Naruto harus menerima perlakuan kasar dan tak baik. Akan tetapi kehidupannya berubah drastis setelah ia tinggal bersama seorang pria berw...