12

616 45 21
                                    

Ketika Naruto berusia 6 tahun, kedua orang tuanya meninggal. Sejak saat itu ia terpaksa tinggal bersama Juugo. Tak ada lagi kehangatan keluarga, tak ada lagi kasih sayang dari kedua orang tuanya. Setiap hari hanya ada teriakan, makian dan pukulan yang menghiasi kehidupan Naruto.

Orang tua Naruto sebenarnya meninggalkan beberapa hal untuknya namun semua itu dipegang oleh Juugo sebagai walinya. Kegemaran Juugo dalam berjudi membuat harta peninggalan orang tua Naruto habis dalam waktu singkat. Akibatnya Naruto dijadikan mesin pencetak uang oleh pamannya sendiri.

Setiap hari Naruto harus mengerjakan pekerjaan berat. Ia tak boleh pulang dengan tangan kosong. Kalau sampai Naruto tak membawa uang, sudah dapat dipastikan ia tak akan dapat jatah makan dan tak boleh tidur di dalam rumah.

Selama 4 tahun hidup Naruto berjalan seperti itu. Ia terpaksa putus sekolah dan sibuk mencari pundi-pundi demi memenuhi kebutuhan dirinya sendiri juga sang paman. Tubuhnya yang dulu berisi bahkan kurus tak terawat dan dipenuhi banyak bekas luka juga lebam.

Selama merawat Naruto, Juugo tak pernah menyayanginya dan hanya menganggapnya beban. Ia memanfaatkan kelemahan keponakannya sendiri agar ia bisa hidup dengan nyaman.

Sampai suatu hari, Juugo mendengar kabar bahwa ada seorang pria kaya raya yang mencari Naruto. Juugo awalnya berpikir bahwa orang itu adalah salah satu kerabat orang tua Naruto, namun ketika ia mencari informasi lebih jauh orang itu ternyata tak ada kaitannya dengan mendiang orang tua Naruto.

"Aku akan memberi berapapun uang yang kau minta, syaratnya hanya satu, berikan Naruto padaku"

Juugo berpikir keras untuk menerima atau menolak tawaran pria itu. Akan tetapi karena tergiur sejumlah uang yang akan ia terima pada akhirnya Juugo setuju menyerahkan Naruto. Tangis Naruto yang takut ditinggalkan olehnya sama sekali tak mengetuk pintu hati Juugo.

Juugo kira, ia akan bersenang-senang dengan semua uang yang diterimanya. Kenyataannya setelah menyerahkan Naruto, bukan hanya uang yang ia terima melainkan pukulan dan siksaan.

"Nghhhh"

Lenguhan terdengar dari mulut Naruto. Perlahan matanya mengerjap lalu membuka. Betapa kagetnya Naruto ketika ia sadar ditempat yang tak ia kenali. Ditambahlagi tangan dan kakinya dalam kondisi terikat.

"Rupanya keponakanku sudah bangun"

Sekujur tubuh Naruto menegang mendengar suara Juugo. Keringat dingin perlahan keluar dari pori-pori kulit Naruto merasakan ketegangan yang luar biasa karena dihadapkan dengan pamannya.

"Pa—paman? Ini dimana? Aku mau pulang paman"

"Pulang? Kau sudah pulang, Naruto. Kita akan tinggal bersama lagi seperti dulu"

Membayangkannya saja sudah membuat Naruto bergidig ketakutan. Ia tidak mau jika harus kembali tinggal bersama Juugo.

"Hiks.... Naru mau tinggal bersama Danna, paman"

Juugo mendecih kesal. Ia lalu berjalan mendekati Naruto dan tanpa diduga kembali melayangkan tamparan di pipi mulus Naruto.

Plak

"Anak tidak tahu diri! Mana rasa terima kasihmu setelah aku membesarkanmu!"

Pipi Naruto yang membengkak akibat tamparan pertama dari Juugo berdenyut semakin sakit ketika menerima tamparan kedua tersebut. Telinganya sampai berdengung saking kerasnya Juugo menamparnya.

"Awww!!!...sakit paman!!!"

Naruto menangis semakin kencang. Danzo begitu memanjakannya. Lecet sedikit saja Naruto akan rewel, apalagi ditampar seperti ini.

DannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang