Danzo melangkah masuk dengan senyuman terukir di wajahnya. Kalau boleh jujur, Danzo sebenarnya merasa sangat lelah setelah seharian bekerja. Setelah seminggu tak masuk banyak hal yang harus ia kerjakan. Namun semua rasa lelahnya tak kan berarti sama sekali jika ia bisa melihat Naruto.
Hanya dengan mendengar suara cempreng serta melihat tingkah manja juga absurd Naruto, semua rasa lelah dan penat Danzo seketika sirna. Naruto adalah alasan dirinya bekerja keras juga alasannya ingin segera pulang cepat.
Terkhusus hari ini, Naruto memintanya pulang cepat untuk dikenalkan pada kedua sahabatnya. Danzo cukup senang Naruto memiliki orang terdekat meski tak banyak. Hari ini Danzo juga berencana mengajak Naruto makan malam bersama.
Ibarat pengantin baru, hubungan mereka saat ini sedang hangat-hangatnya.
"Selamat datang, tuan"
Seorang pelayan menyambut kedatangannya di depan pintu masuk. Kepala Danzo menengok kekanan dan kekiri untuk mencari dimana keberadaan kekasih mungilnya.
"Dimana dia?"
Dia yang dimaksud sudah pasti adalah Naruto. Semua pelayan di rumah ini sudah terbiasa melihat tingkah Danzo yang begitu berbeda jika berhadapan dengan Naruto. Mereka sangat menghormati Danzo sebagai atasan dan selalu patuh terhadap semua perintahnya.
"Tuan muda sedang berada di dalam kamar bersama teman-temannya. Mereka sedang bermain video game"
Danzo tak masalah jika Naruto membawa teman-temannya masuk ke dalam kamarnya. Sebab kamar itu ibarat penghias saja di rumah ini. Naruto selalu tidur di kamarnya dan lebih sering menghabiskan waktu di kamarnya dibanding di kamarnya sendiri. Kamar itu lebih seperti tempat penyimpanan barang-barang milik Naruto.
Setelah memerintahkan pelayan untuk menyiapkan beberapa kudapan, Danzo lalu masuk ke kamarnya untuk mengganti pakaian dan mempersiapkan diri. Ia harus terlihat sempurna dihadapan teman-teman Naruto. Ia harus membuat kesan sebaik mungkin agar teman-teman Naruto mau kembali mengunjungi rumah ini.
Meski Danzo tak suka keramaian, ia tahu bahwa Naruto kesepian jika ia tak ada di rumah. Danzo tak perlu lagi merasa cemas jika Naruto pergi dari jangkauannya. Lagi-lagi semua karena Naruto Danzo mengesampingkan rasa tak nyamannya bertemu orang asing. Naruto menempati posisi pertama skala prioritasnya.
Hinata dan Naruto sibuk bermain video game. Sesekali terdengar suara gerutu Naruto yang kesal karena dikalahkan Hinata. Sasuke tersenyum kecil tiap kali melihat Naruto yang kesal karena Hinata berhasil mengalahkannya.
"Iiiiiiih, Hina-chan curang!!"
"Bodoh, ini namanya strategi. Kau saja yang payah"
Bibir Naruto bergerak maju. Matanya menatap fokus layar game yang sedang dimainkan. Sasuke tak lagi bisa menahan tawa melihat ekspresi Naruto yang sangat aneh.
"Ish! Senpai jangan tertawa. Bantu Naru kalahkan Hina-chan!"
Hinata dan Naruto bersaing semakin sengit. Sasuke yang memang tak terlalu gemar dengan video game mencoba menyibukkan diri dengan membaca buku yang ada. Kebanyakan buku yang Naruto koleksi adalah komik dan buku cerita anak. Sasuke hanya bisa menggelengkan kepalanya ketika tak menemukan satupun buku yang sesuai dengan seleranya.
"Yuhuuuuu,aku menang lagi!"
Hinata bersorak riuh lalu memasang wajah mengejek. Naruto mwnggembungkan kedua pipinya lalu melipat kedua tangannya di depan dada. Ia kemudian membuang muka dan membelakangi hinata yang masih mengejeknya.
"Sebal! Sebal!!!"
Bibir Naruto mencebik. Ekspresinya saat ini sungguh sangat menggemaskan. Ingin rasanya Sasuke mengabadikan wajah Naruto yang kelewat lucu itu, namun sebelum ia sempat mengeluarkan ponselnya, pintu kamar Naruto terbuka dan menampakkan sosok seorang pria dewasa dengan wajah tegas menjurus keras.

KAMU SEDANG MEMBACA
Danna
FanfictionKepergian kedua orang tuanya membuat Naruto terpaksa tinggal bersama pamannya. Selama tinggal bersama pamannya, Naruto harus menerima perlakuan kasar dan tak baik. Akan tetapi kehidupannya berubah drastis setelah ia tinggal bersama seorang pria berw...