Sekelebat bayangan tentang orang yang berlalu-lalang didepannya memasuki pikiran Hangyeom.
Bahkan sesapan Hyuk di bibirnya pun tak bisa membuat bayangan itu pergi dari sana.
Tangannya yang berada di leher Hyuk secara tak sengaja menarik rambut dengan sekuat tenaga membuat Hyuk terkejut dan tak siap.
Setelah Hyuk menjauh, Hangyeom melepaskan kedua tangannya dari leher Hyuk, hanya untuk memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit.
"ARGH!"
Menegang, Hyuk tersadar dan mencoba melepaskan tangan Hangyeom yang sekarang sibuk menjambak rambutnya sendiri.
"Ada apa, Hyung?" Hyuk berbicara, kali ini dengan pelan setelah lebih dulu menenangkan dirinya agar tidak panik. "Dimana obatnya? Gyeomie Hyung?"
Berlangsung hampir sepuluh menit, dengan tangan Hangyeom yang disampirkan ke samping tubuhnya dengan Hyuk yang memeluknya. Sekuat tenaga menahan diri Hangyeom untuk melepaskan diri.
Seluruh tubuh Hangyeom berkeringat, padahal udara malam ini sangat dingin.
Kaus nya pun basah sepenuhnya.
Hyuk tidak bisa beranjak untuk mencari obat. Sedikit saja Hyuk lengah, Hangyeom sudah melepaskan tangan dan kembali menghantam kepalanya.
Erangan Hangyeom yang terdengar histeris bahkan tak berhenti.
Sampai akhirnya napas Hangyeom menjadi lebih teratur, dan pelan.
Beberapa detik kemudian, kepala Hangyeom terkulai lemas di pundaknya.
Membuat Hyuk bernapas lega ditengah-tengah ia yang memeluk Hangyeom semakin erat.
Agak mengangkat tubuh kecil Hangyeom, ia meletakkan Hangyeom di atas ranjang dengan hati-hati. Di satu sisi takut terbangun, di sisi lain ia takut menyakiti Hangyeom.
Tangannya mengusap peluh yang membasahi kening Hangyeom. Agak berdecak saat ia seharusnya membuka kaus Hangyeom agar saat besok pagi, pria itu tidak sakit lantaran tidur dengan kaus yang basah.
Hyuk memberikan kecupan di dahi Hangyeom yang sudah ia usap. Agak meringis memikirkan kejadian beberapa menit lalu. Hyuk tidak pernah melihat Hangyeom yang seperti itu, walaupun ia tau apa penyebabnya.
Terakhir kali, Hangyeom hanya merasa kepalanya sakit, dan tak melakukan apapun. Jadi saat ia mencoba untuk menyakiti dirinya sendiri, justru membuat Hyuk kewalahan harus melakukan apa.
Bangkit, ia kembali duduk. Sekarang bersandar pada tiang ranjang. Ia merogoh saku celananya dan mengambil ponsel dari sana. Menghubungi satu nomor yang belakangan ini selalu ia hubungi.
"Apa aku mengganggu?" tanya nya saat seseornag di sebrang sana menyambut panggilannya.
"Tidak," seseorang itu terdiam sebentar. "Ada apa, Hyuk-ah? Jangan katakan bahwa-"
"Ya, Hyung." Hyuk menelan ludahnya susah payah. "Aku melihatnya untuk kali pertama."
Dan rasanya aku akan mati jika harus melihatnya setiap hari.
Hyuk membuang jauh-jauh pikirannya yang kalut.
Jeda, sebentar.
"Apa kau takut?"
Sekarang Hyuk yang terdiam.
"Lebih dari itu, iya."
"Kau akan menyerah?"
Terdengar sumpah serapah dari mulut Hyuk, tapi tidak benar-benar didengar oleh seseorang disebrang sana. "Apa aku terlihat akan menyerah semudah itu?"
"Tidak." seseorang itu ikut menghela napas. "Aku hanya takut kau tidak menginginkannya."
"Aku menginginkan Hangyeom melebihi apapun yang ada di hidupku, Hyung."
Hening.
"Apa aku bisa memegang janjimu?"
"Ya." Hyuk menoleh pada Hangyeom yang masih tertidur dengan pulas. "Dan aku akan melakukan apapun untuk mendapatkannya kembali, Jaehanie Hyung."
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selenophile (Hyuk x Hangyeom)
RomanceBerawal dari Hangyeom yang sadar bahwa rumah di sebrangnya sudah kembali di huni setelah satu tahun lebih dan bagaimana kisah di baliknya, yang penasaran bagaimana seseorang bisa hidup hanya saat malam hari. Hyuk dan bekerja adalah satu kata yang ti...