Selenophile (24)

266 41 13
                                    

"Hyung sudah bangun?"

Sapaan pelan itu Hangyeom dengar saat ia mengucek kedua matanya. Terkejut, ia duduk dengan mata melotot dan jantung berdegup kencang.

"Kau.... kau hantu?"

Hyuk membuka mulutnya, menganga. Tidak menyangka bahwa kata itu yang keluar dari bibir Hangyeom.

Satu detik kemudian, Hyuk tertawa. Renyah, dan lepas. Membuat Hangyeom terkesima untuk beberapa saat.

"Kau benar-benar Hyuk?"

"Ya, Hyung." Hyuk menjawab cepat. Di tangan nya terdapat gelas dengan sendok yang sedari tadi ia aduk didalamnya. Menempati duduk di samping Hangyeom, menghadapnya, Hyuk mengulurkan gelas itu. "Minumlah dulu. Kau mabuk."

"Aku mabuk?" gumaman itu pelan, namun otak Hangyeom mencerna semua kata-kata Hyuk. Mengingat bahwa ia yang tadinya keluar rumah untuk mencari udara segar, saat Ibu bertanya, dan berakhir di Kafe Kosong Satu Kosong Tujuh, dan sekarang.... ia melihat sekelilingnya. "Aku ada di kamar mu?"

"Ya."

"Bagaimana caranya?"

Hyuk tersenyum dengan lembut, dan menaruh gelas berisi teh hangat yang pertama kali dalam hidupnya ia buat untuk seseorang selain Ibunya, di atas nakas disamping ranjang. Ia mengulurkan tangannya mengacak rambut Hangyeom. Gemas. "Kau mabuk, dan mendatangi rumahku. Mengetuk dengan ganas dan memanggil namaku."

"Apa?"

Dan Hyuk tertawa, lagi.

Saat kedua matanya menyipit membentuk bulan sabit, Hangyeom tidak tahan untuk tidak mengulurkan tangan. Yang langsung ia tarik saat Hyuk kembali menatapnya.

"Aku bercanda. Tapi perihal kau mabuk, itu benar."

Sengaja, Hyuk tak membahas Jungha-Jungha yang tadi mengantarkan Hangyeom.

Saat mengingat nama itu, Hyuk jadi ingat bahwa ia belum menghubungi nomor yang tadi diberikan pria itu.

Nanti saja deh, pikirnya. Sekarang, ada Hangyeom yang lebih penting dari segalanya.

"Kau yang pertama, kau tau?"

Hangyeom yang masih terkejut dengan informasi yang Hyuk berikan, mendongak menatap yang lebih muda. Kepalanya bergerak ke kanan dan kiri, bingung. "Apa maksudnya?"

"Kau," Hyuk menatap kedua mata indah Hangyeom. Tenggelam di dalamnya. "Orang pertama yang bisa memasuki kamarku, walaupun aku baru tinggal disini satu bulan lalu setelah bertahun-tahun lamanya."

Kata orang, selalu ada kata pertama di dalam hidup.

Dan Hangyeom selalu menjadi yang pertama untuk Hyuk.

Terlalu banyak kata pertama yang ia gunakan untuk Hangyeom.

Apa Hyuk juga selalu menjadi yang pertama untuk Hangyeom?

"Kau tidak pernah punya teman?" saat Hyuk menyatukan alisnya, Hangyeom melanjutkan. "Maksudku, apakah dulu tidak ada teman-teman mu yang datang ke rumah lalu bermain di dalam kamar?"

"Kau melakukannya?"

"Ya."

"Berapa orang?"

"Apa?"

Hyuk menaikkan satu kakinya, melipatnya. "Orang yang memasuki kamar mu. Berapa orang?"

"Oh?"

"Apakah banyak?"

Hangyeom menunduk. Ia meremat kedua tangan yang ada di pangkuannya.

"Ada apa, Hyung?"

"Jaehanie Hyung, dan Shin Yechan."

"Apa?"

Hangyeom mendongak. "Tadi kau bertanya berapa orang yang memasuki kamar ku. Oh, aku melupakan satu orang. Kau."

"Tidak ada lagi?"

Rematan di tangan Hangyeom mengerat. Membuat buku-buku jarinya memutih. "Aku... tidak punya teman selain mereka."

Dan Hyuk mengingat kata-kata Jaehan tentang masa-masa sekolah Hangyeom.

Tanpa sadar tangannya mengepal.

"Aku lebih sering bermain di dalan rumah." Hangyeom berkata lagi. "Tapi kata Jaehanie Hyung, aku tak membutuhkan siapapun di dalam rumah selain Ayah, Ibu, dia, dan Yechan."

Mulut Hyuk terbuka. "Benar." dengan memajukan tubuh mendekati Hangyeom yang sekarang duduk menyandar, Hyuk menangkup kedua pipi lembut Hangyeom. Hati-hati saat menyentuh luka Hangyeom yang sekarang tak tertutup apapun lagi. Terlihat garis yang mencolok dari jarak sedekat ini. Membuat Hyuk ingin bersumpah serapah untuk dirinya sendiri. "Karena sekarang ada aku, kau tidak membutuhkan siapapun lagi di hidupmu. Satu saja cukup. Bagaimana?"

"Apakah kita teman?"

"Ya." Hyuk mengangguk. "Memangnya bukan?"

Pipi Hangyeom bersemu, memikirkan hal-hal yang gila.

"Hyung sedang memikirkan apa di dalam otak mu yang cantik ini, hm?"

Hangyeom menunduk. "Tidak. Bukan apa-apa."

Hyuk mendekatkan wajah, membuat Hangyeom menahan napas. Bibirnya maju, dan Hangyeom terpaku saat Hyuk meniup pipinya.

"Apakah disini sakit saat aku memegangnya?"

"Tidak."

"Benarkah?"

"Ya."

"Hyuk-ah?"

"Hm?"

"Kiss me, please."











tbc.

jadiii, ada yg blg sama aku kl book tentang hyukgyeom udah ada beberapa

AAAAKKKK FINALLY BANYAK YANG UP KAPAL GEMAS INIIII🥺🤏

kalian lucu bgt! semangat nulis hyukgyeom nya ya! nanti aku baca kalo nyari. aku tu tipe yg abis baca pasti vote, atau komen. tapi udah mau setengah tahun ini, sejak pertengahan ngetik youth dulu, aku jarang buka wp. paling cuman pas mau ngetik dan up.

semoga mood membacaku kembali kl bacaannya hyukgyeom MUEHEHEHEHE

semoga mood membacaku kembali kl bacaannya hyukgyeom MUEHEHEHEHE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jadi petinju aja deh lo yang hyuk😭🙏

jadi petinju aja deh lo yang hyuk😭🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cantiknya sayangku ini

Selenophile (Hyuk x Hangyeom)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang