Ini sudah pagi ke tiga setelah kejadian malam itu.
Dimana Hyuk tidak pernah lagi berjalan atau olahraga pagi melewati Kafe Kosong Satu Kosong Tujuh. Pekerjaannya yang menumpuk membuat Hyuk tidak pernah berolahraga. Dan itu sedikit membuat Hyuk jenuh.
Untuk Hangyeom sendiri, ia tak mengingat apapun yang ia lakukan malam itu. Dan dengan siapa ia pulang. Juga, kekacauan yang ia buat di dalam Kafe.
Dan Hyuk tidak pernah menyinggungnya. Pernah sekali waktu, Hangyeom bertanya kenapa ia bisa ada di dalam kamar Hyuk. Dan Hyuk tak benar-benar menjawabnya. Hangyeom pun setelahnya tak pernah bertanya lagi.
Ting!
Ponsel Hyuk berbunyi, membuat ia yang akan berjalan keluar kamar merogoh saku celana nya. Agak mengernyit mendapati nama Jungha tertera disana.
Membuka, Hyuk terdiam untuk beberapa saat.
Pesan itu singkat, namun mampu membuat Hyuk memikirkan banyak hal.
Hari ini hari ketiga kau tak pernah mampir ke Kafe, Hyuk-nim. Pagi ini, aku melihat Hangyeom-nim, bersama temannya. Ini, baru datang.
Untuk kata-kata terakhir, Hyuk merasa terusik.
Teman Hangyeom?
Teman yang mana?
Hangyeom mempunyai teman?
Teman yang seperti apa?
Langkah Hyuk melebar, menuruni tangga dalam beberapa detik.
Ia menekan beberapa nomor yang sudah diluar kepala nya, dan menaruh benda pipih itu ke telinganya.
Di nada dering ketiga, suara Hangyeom terdengar. "Ya, Hyuk-ah?"
Tempat itu... berisik.
Dan ini baru pukul 07:35 pagi, untuk seorang Hangyeom yang mau meluangkan waktunya di pagi hari bertemu seseorang.
"Kau dimana, Hyung?"
Terdengar sahut-sahutan seseorang di sebrang sana, membuat jawaban Hangyeom tak begitu jelas di telinga Hyuk.
"Hyung? Kau dimana?"
Lalu hening, menyisakan keramaian yang berasal dari laju mobil di jalanan, pintu Kafe yang berbunyi menandakan seseorang masuk, dan juga banyaknya langkah seseorang.
Lalu Hangyeom menjawab lagi. "Kafe Kosong Tujuh Kosong Satu, Hyuk-ah."
"Sepagi ini?" Hyuk tidak bisa menahan tajamnya suara. "Untuk apa?"
Jeda sebentar.
"Menghirup udara segar, Hyuk-ssi." Hangyeom sedikit terkekeh, saat menggunakan kata itu untuk meledek Hyuk. "Kau baru bangun?"
Jeda lagi.
"Ya." Hyuk memakai sepatunya asal, dan mulai keluar rumah. "Lima menit lagi aku sampai, Hyung. Jangan kemana-mana."
•selenophile•
"Selamat pagi, selamat datang di Kafe Kosong Tujuh Kosong Satu." Hyuk agak terkejut saat suara itu menyapa, tepat pada seseorang di depannya yang membuka pintu Kafe. Saat mereka bertatapan, seseorang itu melebarkan matanya dengan polos. "Oh, Hyuk-nim, kau datang."
Seseorang itu, Jungha.
Hyuk tersenyum tipis, lalu memalingkan tatapannya pada sekeliling Kafe. Matanya terjatuh pada seseorang yang membelakanginya. Dengan kaus putih serta kulit putih pucat yang membuatnya terang, bahkan di tengah banyak orang sekalipun. Hanya hitungan detik, dan Hyuk mampu menemukannya.
Menghampiri, Hyuk menjawil pipi kanan Hangyeom, dan muncul dari sisi kirinya. "Hyung sendirian?"
Mata Hangyeom melebar, tak menyangka bahwa Hyuk muncul satu menit setelah ia mengatakan bahwa Hangyeom tidak boleh pergi kemana-mana.
"Apa kau memang secepat itu?"
Alis Hyuk naik. "Apa?"
"Kau," Hangyeom menjawab. "Datang dengan cepat bahkan kurang dari dua menit setelah kau mengatakan itu."
Hyuk terkekeh. "Aku menggunakan jurus menghilang, Hyung."
Hyuk mengambil tempat di depan Hangyeom, memandang wajah cantik di depannya. Mengabadikan di dalam ingatannya. Berharap ingatan itu tidak akan pernah hilang. Hari ini, esok, dan selamanya.
"Lucu sekali, Yang Hyuk-ssi."
Lelucon mereka, terputus saat seseorang yang tak lain tak bukan adalah Jungha, berdiri di tengah-tengah mereka. Tangannya mengulurkan kertas menu yang besar pada meja mereka. "Ada yang bisa di bantu, Tuan?"
"Oh!" Hangyeom menatap Jungha, dan tersenyum. "Kau seseorang yang tadi membukakan aku pintu dan membantu ku membersihkan kotoran di sendal ku, bukan?"
"Apa?" Hyuk menginterupsi. Memandang Hangyeom dan Jungha bergantian. "Kalian mengenal?"
"Oh, tidak, Hyuk-nim." sekarang, giliran Hangyeom yang menaikkan satu alisnya. Tidak menyangka nama Hyuk di sebut. "Aku membantu Hangyeom-nim membersihkan kotoran anjing di salah satu sendal nya."
Tatapan Hyuk jatuh sepenuhnya pada Hangyeom. "Hyung tidak apa-apa?"
"Tidak, aku tidak apa-apa, Hyuk-ah." Hangyeom meringis. "Aku hanya tidak berhati-hati dan menginjak sesuatu. Membuat depan Kafe ini menjadi bau berkat ulah ku. Aku bahkan tidak sadar jika Jungha-ssi tidak mengatakannya padaku."
Hyuk menatap Hangyeom yang terus berterimakasih dan mengucapkan maaf pada Jungha, serta Jungha yang beberapa kali menunduk dan mengatakan bahwa itu sudah kewajibannya membantu customer.
"Ada apa Hyung berada disini pagi-pagi sebenarnya, Hyung?" tanya Hyuk, kali ini saat Jungha sudah pergi setelah ia memesan beberapa makanan dan minuman. Ia bersedekap menatap Hangyeom. "Kenapa tidak tetap dirumah dan membuka jendela, jika memang ingin menghirup udara segar?"
Hening.
Hangyeom menyeduh kopi di tetesan terakhirnya, dan meluruhkan punggungnya disana. "Hari ini jadwal ku ke Rumah Sakit."
"Apa?"
"Mm." Hangyeom tau Hyuk terkejut, tapi ia tak benar-benar mengindahkannya. "Seharusnya satu minggu sekali. Tapi tahun demi tahun berlalu, semua itu berkurang. Dan aku sudah memasuki fase dimana jadwal ku berubah menjadi tiga bulan sekali."
Untuk beberapa saat, Hyuk terdiam.
Helaan napasnya terdengar, saat ia tak juga mengatakan apapun, tapi kedua matanya menatap Hangyeom tepat di mata.
Dan untuk beberapa alasan lainnya, Hyuk benar-benar tercekat.
Sebenarnya, berapa banyak hal menyakitkan yang Hangyeom lalui selama Hyuk tidak ada disana? Di sisinya?
"Kau tidak apa-apa?" Hangyeom bertanya. "Wajahmu... pucat, Hyuk-ah."
"Apa aku melewatkan banyak hal tentangmu?" saat Hangyeom terdiam, Hyuk meringis. Tangannya terulur menggenggam tangan Hangyeom. "Maaf, karena aku tidak pernah ada disana... di saat-saat kau sakit."
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selenophile (Hyuk x Hangyeom)
RomantikBerawal dari Hangyeom yang sadar bahwa rumah di sebrangnya sudah kembali di huni setelah satu tahun lebih dan bagaimana kisah di baliknya, yang penasaran bagaimana seseorang bisa hidup hanya saat malam hari. Hyuk dan bekerja adalah satu kata yang ti...