Secara mengejutkan, saat mereka menghampiri Ibu di bandara, Ibu tak tampak terkejut melihat Hangyeom datang bersama Hyuk. Mengernyitkan dahinya pun, tidak.
"Kalian datang berdua? Kemana Jaehanie? Apa anak itu bersama Yechan?" pertanyaan pertamanya.
Jadi, kekhawatiran yang Hangyeom alami sedari tadi didalam mobil sungguh sia-sia. Padahal, Hangyeom sudah menyiapkan beberapa jawaban jika sang Ibu bertanya kenapa bisa bersama Hyuk, apa kalian sudah berteman, dan lain sebagainya.
Apa Hangyeom terlalu berekspektasi tinggi?
Mengambil alih koper Ibu setelah menjabat tangan, Hyuk berjalan di depan. Meninggalkan Hangyeom dan Ibu dibelakang, dengan Ibu yang menggandeng erat lengan sang anak.
Hangyeom memperhatikan Hyuk dari belakang.
Kakinya yang panjang, juga bokongnya yang tidak terlalu besar, namun mampu menambah kesan kekokohan di pahanya, sangat berbeda dengan bokongnya yang tipis. Pinggangnya yang ramping namun terlihat sangat kuat. Punggungnya yang lebar. Bahunya yang besar, serta belakang kepalanya yang terlihat tampan bahkan walau dari belakang.
"Tampan, ya?"
"Iya-EH?!" Hangyeom menoleh dan menatap Ibu yang ada disampingnya. Mengerling jahil pada dirinya.
Yang tidak Hangyeom sangka adalah, selanjutnya, Ibu agak berteriak, "Hyuk-ah!"
Membuat Hangyeom melotot sementara Hyuk menoleh ke belakang dan menghentikan siulannya karena berada di depan sendirian.
Hyuk melangkah mendekati Hangyeom dan Ibu. "Ya, Bu?"
Oh, Ibu.
Hangyeom terdiam untuk beberapa saat.
IBU?
"Ibu?"
Ibu dan Hyuk menatap Hangyeom yang terkejut. Keduanya berpandangan dan menahan senyum. Melihat keterkejutan Hangyeom adalah sesuatu yang lucu.
"Apa kalian tidak lelah? Mau makan lebih dulu?" tanya Ibu, tak mengindahkan keterkejutan anaknya. "Hyuk sudah makan?"
Hyuk menggeleng. "Hangyeom Hyung bilang nanti saja jika sudah bertemu Ibu."
Ibu menepuk punggung Hangyeom dan mendelik. "Ibu tidak pernah mengajarkanmu untuk tidak memberi makan seseorang, Song Hangyeom."
"Lho, tapi-"
"Tidak apa-apa, Ibu," Hyuk terkekeh dan merangkul Hangyeom dengan tangannya yang lain yang tak memegang koper. "Aku bisa menunggu sampai kapanpun Hangyeom Hyung ingin makan."
Ibu yang mendengar itu mengerling jahil pada Hangyeom. "Jika orangnya bukan Hyuk, mungkin Ibu sudah memarahimu, Gyeom-ah."
"Apa kalian memang saling mengenal?" tanya Hangyeom, saat Ibu menggandeng lengan kokoh Hyuk di tangan kirinya. Meninggalkan Hangyeom di belakang mereka.
Ibu menatap Hangyeom. "Kau jelas tau bahwa Ibu yang mengenalkanmu pada Hyuk, Gyeom-ah."
"Tapi kalian terlihat sangat akrab."
"Memang."
"Apa aku melewatkan sesuatu?"
"Sebentar, Ibu bertemu seseorang." Ibu tidak menanggapi Hangyeom dan pergi begitu saja dengan tangan melambai.
Hyuk tertawa, sementara Hangyeom cemberut di sebelahnya. "Apa Ibu mu memang memiliki teman dimanapun?"
Hangyeom mengangguk dengan yakin. "Jika seseorang mengatakan bahwa Ibu ku selebriti, aku akan percaya."
Hyuk melepaskan koper ditangannya hanya untuk mengusak rambut Hangyeom yang sudah panjang. "Apa kau menyukai Ibu seorang Selebriti?"
"Tidak." Hangyeom mendongak. "Bukan Selebriti saja hidupku sudah ramai sekali seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Selenophile (Hyuk x Hangyeom)
RomansaBerawal dari Hangyeom yang sadar bahwa rumah di sebrangnya sudah kembali di huni setelah satu tahun lebih dan bagaimana kisah di baliknya, yang penasaran bagaimana seseorang bisa hidup hanya saat malam hari. Hyuk dan bekerja adalah satu kata yang ti...