Hangyeom di kejutkan dengan ketukan dari luar kamarnya.
Kepala Jaehan menyembul, dan cengiran gemas menyambutnya.
"Kau terkejut?" Jaehan memasuki kamar Hangyeom, duduk di pinggir ranjang sang adik. Menatap saat yang lebih muda menaruh ponsel dan menatapnya.
Hangyeom menggeleng. Ia menaruh satu bantal di atas pangkuannya. "Ada apa, Hyung?"
"Aku ingin minta tolong padamu, Gyeomie."
Hangyeom mengangkat satu alisnya. "Mm? Apa yang Hyung perlukan? Tumben sekali?"
Jaehan menggaruk tengkuknya yang gatal. Cengirannya tak luntur. "Ibu menghubungiku, setengah jam lalu-"
"Kenapa tidak menghubungiku juga?!"
Jaehan mengibaskan tangannya, menyuruh Hangyeom diam. "Dan mengatakan bahwa Ayah belum bisa kembali karena masih ada beberapa tugas yang harus di selesaikan. Sedangkan Ibu sudah ingin kembali sesuai jadwal mereka sedari awal."
Hangyeom mengetuk-ngetukan jarinya di bantal. "Lalu?"
"Dan Ibu meminta tolong aku untuk menjemputnya, di bandara."
"Aku ikut, Hyung!" Hangyeom tiba-tiba saja bersemangat. Bagaimana jika malam ini ia menghindari Hyuk? Lagipula, Hangyeom merasa jantungnya menjadi manja jika terus berada di dekat Hyuk. Ia akan berdetak denga cepat dan seakan ingin melompat dari sana. Dan Hangyeom sulit untuk menenangkannya.
Jaehan menyentil kening adiknya. "Jangan memotong aku bicara, Kim Hangyeom."
Hangyeom meringis, lalu diam. Kali ini, ia menatap Jaehan dengan mata yang sangat fokus dan bibir terkunci rapat.
"Malam ini aku ada acara bersama Yechan." Jaehan memelototi Hangyeom saat melihat adiknya itu sudah ingin bersuara. "Jadi, kemungkinan aku tidak bisa menjemput."
"Kan ada supir?"
"Ibu inginnya aku atau kau, Gyeomie."
"Manja sekali. Tidak biasanya Ibu seperti itu." yang langsung mendapat jitakan dari Jaehan di keningnya. "AH! Hyung sakit!"
"Apa kau tidak kasian jika supir yang menjemput sedangkan Ibu menginginkan kita berdua?"
"Lalu siapa? Aku?" Hangyeom menatap Jaehan terbelalak. "Hyung sendiri yang mengatakan tak bisa menjemput. Dan aku menyuruh supir yang menjemput. Apa aku salah?"
"Siapa yang saat Ayah dan Ibu pergi beberapa hari lalu dan tidak berhenti merengek ingin ikut bersama mereka, hm?" Hangyeom merebahkan tubuhnya disamping tubuh Hangyeom. Menghadap Hangyeom yang duduk menyilangkan kaki. "Apa kau lupa?"
Hangyeom tertawa. Ia membungkuk dan mendekatkan diri pada Jaehan, memeluk tubuh yang lebih kecil darinya itu dan mengguncangnya. "Hyung?! Kenapa kau berbicara seperti itu padaku!"
Terkadang, walaupun Jaehan agak kaku dan lebih banyak diam, mereka masih bisa bercanda seperti ini. Jaehan yang selalu membela Hangyeom. Atau Hangyeom yang selalu menjahili Jaehan.
Hubungan mereka lebih dari sekedar kakak dan adik yang rukun. Keduanya saling menyayangi. Apalagi, Jaehan tau betul kondisi adiknya setelah kecelakaan yang terjadi dulu.
"Gyeomie, lepaskan aku!"
"Tidak."
"Itu... ada seseorang mengetuk kamar mu."
"Tidak mungkin. Lagipula, dia harus mengantri. Karena sekarang aku akan menyiksa mu, Hyung."
"Hei! Kenapa kau menggigitku?" Jaehan memegangi bahunya yang di gigit Hangyeom. Menatap Hangyeom yang ada diatasnya, menindihnya. "Hei, Yang Hyuk, tolong bantu aku melepaskan diri dari adikku yang kuat ini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Selenophile (Hyuk x Hangyeom)
RomanceBerawal dari Hangyeom yang sadar bahwa rumah di sebrangnya sudah kembali di huni setelah satu tahun lebih dan bagaimana kisah di baliknya, yang penasaran bagaimana seseorang bisa hidup hanya saat malam hari. Hyuk dan bekerja adalah satu kata yang ti...