Hyuk itu tidak terbiasa berada dalam ruangan dengan banyak orang. Jadi saat melihat banyaknya orang yang berlalu lalang disekitar mereka saat ia dan Hangyeom menuju lift, dan masuk ke dalam lift, Hyuk agak memundurkan langkahnya. Meski dari awal ia tau sekali bahwa ini adalah resiko jika ia menerima pekerjaan dari Jaehan.
"Hyuk-ah?" Hangyeom menoleh ke belakang dan menemukan Hyuk dua langkah dibelakangnys, terdiam dan menegang. Jadi saat dua lift di kiri mereka penuh dan tertutup, Hangyeom membiarkan. Padahal, banyak orang-orang yang memberi nya jalan untuk masuk.
Hangyeom menghampiri. "Kau tidak suka ruangan sempit?"
Pertanyaan Hangyeom membuat Hyuk menunduk, dan menoleh padanya. Menatap Hangyeom tepat di mata.
"Ah, benar rupanya." Hangyeom kembali bergumam, dan mengangguk seakan mengiyakan kata-katanya sendiri.
Setelah itu, Hangyeom menggandeng telapak tangan Hyuk yang jauh lebih besar darinya, dan meremasnya. "Kalau begitu ayo ikut aku."
Mereka sampai di tangga darurat setelah berkali-kali Hangyeom mengubah jalan. Ia tidak terbiasa dengan kantor Jaehan yang sangat besar ini. Dan ia tak akan menyalahkan Hyuk, karena bagaimanapun ia yang mengajak, dan jangan lupakan Hyuk bahkan baru beberapa hari bekerja disini.
"Hyung?"
"Ada apa?" Hangyeom menoleh saat mereka ingin turun tangga. "Jangan bilang kau tak ingin turun dengan berjalan kaki."
"Tapi-"
Hangyeom menaruh jari telunjuk tangan kanannya pada bibir Hyuk, dan membalas. "Nanti jika sudah tidak ramai, kita akan lewat lift. Bagaimana?"
Kecupan di jari Hangyeom tidak terelakkan. Membuat pipinya memerah dan menarik jarinya lagi.
Dan Hangyeom baru sadar bahwa Hyuk berkeringat, di dahi. Memang tidak banyak, tapi ada padahal seluruh kantor ini dingin.
Jadi, menahan diri untuk tidak berjinjit, ia mengusap kening Hyuk dengan telapak tangannya. Dan tersenyum setelahnya.
Hyuk terkejut, terlebih saat itu terjadi begitu cepat, karena Hangyeom langsung menarik kembali tangannya.
Tidak tahan, Hyuk menaruh lengan kanannya yang tak digenggam Hangyeom pada pinggang yang lebih tua. Membuat Hangyeom menghadapnya.
"Aku mengkhawatirkanmu."
Hangyeom menaruh tangannya yang kosong pada dada Hyuk yang keras dan berotot, agak mendorongnya. Yang ternyata sia-sia karena Hyuk sekeras batu.
"Ke-kenapa denganku?"
"Apa tidak akan lelah? Kita akan menuruni enam lantai, yang artinya ada dua belas anak tangga. Hm?"
Mata Hangyem membelalak. "Benarkah? Sebanyak itu?"
Hyuk terkekeh. Ia semakin menundukkan kepalanya untuk meniup luka Hangyeom yang masih tertutup. "Kita tidak akan turun lewat sini."
Hangyeom mendongak. "Lalu bagaimana cara kita turun dari sini, Tuan Yang?"
"Kita akan menunggu sampai lift nya kosong, dan kita baru turun. Bagaimana?"
Jadi dengan kata-kata itu, sebenarnya menurut Hangyeom tidak masalah mau lewat manapun asal ada Hyuk disampingnya, mereka kembali berjalan menuju lift. Kali ini, mereka tidak salah jalan seperti sebelumnya. Keduanya memilih diam dengan degup jantung yang berdetak dengan gila, dengan Hyuk yang mengeratkan genggaman tangan mereka, bahkan tak peduli jika akan ada yang melihat.
Tentang Hyuk yang tak menyukai ruangan sempit, Hangyeom jadi menerka-nerka, apa saja yang Hyuk suka dan tidak suka di dunia ini? Bisakah ia mengetahui nya langsung dari Hyuk?
•selenophile•
"Ibu dengar tadi pagi kau ikut Jaehan ke kantor, Gyeomie?"
Setelah acara makan siang mereka yang agak sedikit terlambat, akhirnya Hyuk mengantarkan Hangyeom pulang saat itu juga. Ia mendapat pesan dari Jaehan, katanya.
Hangyeom yang tadinya masih ingin berada disana pun mau tak mau mengiyakan. Lagipula hari ini ia lelah sekali. Pipi nya pun kram, karena tidak bisa tertawa yang lebar akibat lukanya. Ia baru merasakannya saat ia selesai makan.
Tapi jika ditanya sakit atau tidak, sepertinya Hangyeom tidak merasakan apapun. Perih, awalnya. Tapi setelah itu biasa saja. Hanya saja ia memang tidak bisa tertawa yang lebar atau berbicara menggunakan bibir yang terbuka lebar.
"Ya." ini sudah malam, dan Hangyeom turun untuk menunggu makan malam dengan menghampiri Ibu, tidur di salah satu sofa berbantalkan paha Ibu. "Ternyata seru juga disana."
"Seru?" Ibu menunduk menatap anak bungsunya. Dan menjawil hidung mancung Hangyeom, berkedip genit. "Seru karena pekerjaannya, atau seru karena ada seseorang yang kau sukai berada disana?"
Tak pelak, Hangyeom agak tersedak dan duduk. Ia menatap Ibu dengan mata melotot. "Ibu!"
"Ada apa, Gyeomie? Ibu hanya bertanya."
Dan Ibu baru sadar dengan luka di pipi Hangyeom. Mendekat, dengan wajah tegang ia menangkup pipi Hangyeom. Matanya bergerak dengan gusar. "Gyeomie? Bisa jelaskan ada apa dengan pipi mu?"
"Oh!" Hangyeom tersadar. "Tidak tau. Aku rasa aku tidak sengaja menggoresnya. Tenang saja, ini tidak sakit, Ibu. Kau tidak perlu khawatir."
Tapi Ibu dan reaksinya yang menggebu-gebu, apalagi ini tentang Hangyeom, tidak bisa jika tidak khawatir. Jadi, Ibu bangkit berdiri dan berjalan menjauhi Hangyeom. Meraih ponsel yang tadi ia taruh di atas meja, Ibu menghubungi Jaehan.
Tidak di angkat.
Apa Jaehan belum selesai bekerja?
"Gyeomie, tadi Jaehanie Hyung mengantar mu pulang atau hanya supir?" tanya Ibu, agak berteriak ke belakang, tanpa menatap Hangyeom.
Dengan pipi bersemu, Hangyeom menjawab. "Hyuk yang mengantarku, Bu."
"Hyuk?" Ibu menoleh cepat.
"Ya. Katanya, Jaehanie Hyung yang menyuruhnya."
Ibu mendekati Hangyeom. "Baik, kalau begitu suruh Hyuk datang kesini, Ibu ingin bicara."
"Apa?"
"Cepat, Gyeom." Ibu kembali duduk di sebelah Hangyeom. "Atau mau Ibu yang menghubunginya?"
"Tapi, kenapa? Apa hubungannya luka ku dengan Hyuk?"
Dan Ibu tidak menerima penolakan. Detik berikutnya, Hangyeom menghubungi Hyuk yang ternyata, malam itu, Hyuk sudah kembali dan baru selesai mandi.
Seperti biasa, Hyuk menggodanya dengan mengatakan apa mereka ingin mengganti panggilannya menjadi video?
Dan Hangyeom mengumpat dan segera mengakhiri sambungan.
Hyuk dan hatinya memang tidak pernah bisa disatukan, jika tidak ingin ia mengalami hal-hal buruk.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selenophile (Hyuk x Hangyeom)
RomanceBerawal dari Hangyeom yang sadar bahwa rumah di sebrangnya sudah kembali di huni setelah satu tahun lebih dan bagaimana kisah di baliknya, yang penasaran bagaimana seseorang bisa hidup hanya saat malam hari. Hyuk dan bekerja adalah satu kata yang ti...