"Apa dia mengatakan hal-hal yang aneh?" Jaehan menatap Hyuk yang duduk dipinggiran sofa dengan Hangyeom yang tengah tertidur disampingnya.
Setengah jam lalu, Hyuk membujuk Hangyeom untuk meminum obat. Awalnya, Hangyeom menolak dan mengatakan jika ia tidak ingin tidur karena obat. Ia masih ingin mengobrol dengan Hyuk. Membuat hati Hyuk menghangat.
Tapi toh ujung-ujungnya Hangyeom mengikuti apa yang dikatakan Hyuk.
Walaupun dengan bibir cemberut.
Jaehan yang datang lima menit lalu langsung memasuki ruangannya. Tidak terlalu terkejut karena menemukan Hyuk di dalam. Ia memang menyuruh Hyuk untuk menemani Hangyeom walaupun adiknya itu sudah jatuh tertidur.
Untuk berjaga-jaga katanya. Takut Hangyeom melakukan hal yang tidak diinginkan.
Hyuk menggeleng, mendongak menatap Jaehan. "Tidak."
Jaehan balik menatap, dan mengangguk mengiyakan. Merasa bersyukur.
"Hyung?" panggil Hyuk.
"Ya?"
"Sebenarnya... sefatal apa Hangyeom Hyung bisa bereaksi jika tidak dalam kondisi sehat?"
Jaehan bersandar, dan menghela napas panjang.
Ia juga melonggarkan dasi yang ia rasa mencekik lehernya saat Hyuk bertanya seperti itu. Topik yang sudah lama ia, dan kedua orang tuanya hindari.
Hanya ada kesakitan saat semua itu dibahas. Dan Jaehan masih belum terbiasa dengan itu.
"Hangyeom pernah ingin melompat dari balkon kamarnya... karena mendengar candaan dari teman-teman kuliahnya. Yang untungnya di gagalkan oleh Ibu yang melihat dari bawah."
"Apa?"
Jaehan mengangkat bahu, tiba-tiba saja merasa pening mengingat hal-hal itu. "Mereka bertanya tentang seberapa tinggi rumah kita, karena aku tinggal dirumah yang besar, dan bertingkat, seharusnya aku tau jawabannya."
Hening.
Cara Jaehan menirukan Hangyeom sangat pas, bahkan Hyuk seperti mendengar suara Hangyeom disana.
"Dan Hangyeom benar-benar ingin mengukurnya, dengan dirinya sendiri."
"Apa itu termasuk bullying?"
"Ya."
"Karena mereka iri dengan hidup Hangyeom yang menyenangkan?"
Jaehan mendesah, "Aku tidak tau persisnya karena aku tidak ada disana, Hyuk-ah."
"Lalu," Hyuk menumpukan satu kaki di kakinya yang lain. "Kalian melakukan apa setelahnya, Hyung?"
"Mengeluarkan mereka semua tanpa terkecuali, dan membuat mereka tidak bisa melanjutkan kuliah di universitas manapun selama itu ada di Korea."
"Dan pastikan mereka masuk rumah sakit dengan tangan yang patah, harusnya."
Tapi Hyuk tak mengatakan isi hatinya. Ia hanya mengangguk, dan mengatupkan rahangnya. Tiba-tiba saja membayangkan bagaimana jika Hangyeom benar-benar melakukannya. Apa mereka akan bisa bertemu seperti ini?
Jaehan yang melihat Hyuk menatap Hangyeom yang tertidur dengan wajah marah, namun sendu dan sedih, memilih memalingkan wajah.
Jantungnya masih berdegup kencang sesaat setelah ceritanya selesai.
Ia yakin, pikiran Hyuk sama dengan apa yang ia pikirkan.
"Hyuk-ah, jika Hangyeom sudah bangun nanti, maukah kau mengantarnya pulang?"
"Ya, Hyung."
Dan Jaehan tersenyum.
Hari ini benar-benar hari yang panjang untuknya. Mungkin, malam ini, ia memang harus menghampiri Yechan untuk mengisi energi. Sementara Hangyeom akan aman bersama Hyuk.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selenophile (Hyuk x Hangyeom)
RomanceBerawal dari Hangyeom yang sadar bahwa rumah di sebrangnya sudah kembali di huni setelah satu tahun lebih dan bagaimana kisah di baliknya, yang penasaran bagaimana seseorang bisa hidup hanya saat malam hari. Hyuk dan bekerja adalah satu kata yang ti...