Hyuk membelokan mobilnya, memasuki jalan raya yang lengang karena tidak banyaknya mobil yang berlalu lalang.
Sambil bersiul, ia menoleh ke samping untuk melihat Hangyeom yang sejak sepuluh menit lalu memilih diam dan sibuk dengan ponselnya.
"Menghubungi Jaehan Hyung?"
Hangyeom menoleh. Ia menaikkan satu alisnya. Tebakan Hyuk tidak pernah salah untuk semua yang ia lakukan. Dan itu membuat hatinya bergelenyar entah karena apa. "Tapi tidak dibalas."
Melihat bahu Hangyeom yang turun dan memilih menyandar, Hyuk mengulurkan tangannya. Mengacak rambut Hangyeom yang tadinya rapih. Tapi sekali lagi, Hangyeom tidak marah. Justru agak tercekat. Hatinya menghangat.
"Mau membeli coklat hangat?"
"Untuk?"
"Untukmu." Hyuk kembali menarik tangannya dan berada di setir. "Hyung kedinginan?"
"Tidak. Jangan hiraukan aku. Aku baik-baik saja."
Hyuk terdiam. Ia berhenti saat melihat lampu merah didepannya.
Hangyeom yang sadar menjadi pusat perhatian Hyuk pun menoleh. Matanya mengerjap. "Kenapa? Apa ada yang salah dengan wajahku?"
Hyuk menggeleng.
"Lalu?"
"Tidak. Hanya takjub saat kau mengatakan untuk tidak menghiraukanmu."
Hangyeom meringis. "Bukan begitu-"
Hyuk mengusap tangan Hangyeom yang ada di pangkuannya, meremat. "Aku tau. Tapi, hanya takjub karena kata itu bisa keluar dari mulutmu."
"Apa wajahku terlihat seperti orang yang tidak akan berkata seperti itu?"
"Mm." Hyuk mengangguk, dan mengerling. "Kau seseorang yang haus akan perhatian dan kasih sayang, dulunya."
"Apa itu menjengkelkan?"
"Jika orang nya bukan kau, mungkin iya. Tapi karena ini dirimu, aku menyukainya."
Wajah Hangyeom menghangat. "Hyuk-ah, sudah lampu hijau."
Hyuk tersadar, dan melepaskan tangannya dari Hangyeom. Buru-buru karena mobil dibelakangnya sibuk membunyikan klakson.
Sementara itu, disebelahnya Hangyeom ingin menghilang saja rasanya dari sana.
Hyuk terlalu manis untuknya.
Dan Hangyeom bisa mati jika terus di tatap seperti itu.
Jadi, dengan mengatur detak jantungnya, ia menoleh ke kaca mobil dan menatap jalanan. Ia harus mendiamkan jantungnya sebelum Hyuk mendengar.
"Apa Ibu mu menghubungimu, Hyung?" Hyuk memulai pembicaraan lagi.
Hyuk tidak bisa melihat Hangyeom yang diam.
Ia menginginkan Hangyeom berbicara padanya, menatapnya, bercerita panjang lebar padanya.
Apa itu terlalu egois?
"Tidak." Hangyeom menoleh, agak merengut. "Ibu memang lebih sering menghubungi Jaehan Hyung untuk apapun yang penting. Mungkin karena aku yang ceroboh dan mudah melupakan sesuatu, jadi Ibu jarang sekali memberitahukan hal-hal seperti ini."
Hyuk mengangguk.
Tepat. Hangyeom itu mudah melupakan sesuatu. Bukan karena ia ceroboh. Tapi Hangyeom yang terlampau excited dengan satu hal sampai hal lain yang sebelumnya kadang terlupakan.
Berbeda dengan Hyuk yang mengingat hampir semua yang ia dengar dan lihat.
Entah itu sebuah hal yang patut di syukuri atau tidak.
"Jaehan Hyung akan bertunangan dengan kekasihnya?"
"Bagaimana kau tau?"
"Menebak."
Hangyeom tercengang.
Membuat Hyuk terkekeh. "Jangan menatapku seperti itu, Hyung. Kau terlihat seperti mempercayai bualanku."
"Apa kau memang bisa membaca pikiran orang lain?"
"Ada apa?"
"Karena kau terdengar bisa mengetahui apapun hanya dengan menatap."
Hyuk mengklakson mobil di sebelah kiri yang hampir menyerempetnya. Ia bahkan mengulurkan tangan untuk menghalangi kepala Hangyeom yang hampir terbentur akibat ia yang agak membanting setir. Rahangnya mengeras.
Hangyeom yang terkejut berbalik dan mendekat, mendekap lengan Hyuk seakan berlindung.
Hal kecil yang dilakukan Hangyeom itu... membuat Hyuk lupa akan amarahnya. Ia memeluk tubuh Hangyeom walau agak susah karena seatbelt yang dikenakannya. "Kau terkejut?"
Hangyeom mengangguk.
"Jika tidak sedang membawamu, aku akan mengejar mobil sialan itu."
Tapi Hyuk hanya bergumam. Tak benar-benar mengatakannya. Ia tak ingin membuat Hangyeom takut.
Dan alasan lainnya, mereka memakai mobil Hyuk yang jauh dari kata bagus. Jadi, kecepatan mobil mereka pun kalah jauh.
Jadi, daripada hanya membuat Hangyeom dalam masalah, lebih baik Hyuk diam.
"Kenapa tidak memakai mobilku?"
Hyuk menoleh saat ia sudah melepaskan Hangyeom, dan menatap jalanan. "Apa?
"Jika tadi kita memakai mobilku, kau bisa mengejar mobil sialan itu dan menabraknya."
Sementara Hyuk tercengang, Hangyeom justru mengerjap menatap Hyuk dengan polos. "Apa aku keterlaluan?"
Hyuk tertawa. Kali ini dengan kencang dan lama. Ia bahkan sampai mengusap air mata yang keluar akibat tertawa terlalu keras. Ia menoleh pada Hangyeom yang menatapnya bingung. "Kau lucu sekali, Gyeomie Hyung."
"Bukankah aku gila?"
"Karena memikirkan hal itu?"
"Ya."
"Tidak. Itu wajar. Jika bukan kau, maka aku yang akan melakukannya."
"Tapi beberapa orang menganggap itu keterlaluan."
"Siapa?"
"Teman-temanku."
Apa Hyuk melewatkan sesuatu?
Hangyeom yang seperti ini.... tidak pernah terpikirkan olehnya, bukan?
"Hyung?"
"Ya?"
"Apa kau membawa obatmu?"
tbc.
I'M BACK!!!!🌙
KAMU SEDANG MEMBACA
Selenophile (Hyuk x Hangyeom)
RomanceBerawal dari Hangyeom yang sadar bahwa rumah di sebrangnya sudah kembali di huni setelah satu tahun lebih dan bagaimana kisah di baliknya, yang penasaran bagaimana seseorang bisa hidup hanya saat malam hari. Hyuk dan bekerja adalah satu kata yang ti...