Namanya Yang Hyuk.
Tinggal bersama kakak perempuannya yang mengidap gangguan jiwa ringan.
Jadi, ia bisa terlihat normal di satu waktu, dan terlihat uring-uringan di waktu yang lain.
Itu adalah cerita dari Ibu, kepada Hangyeom yang bersikeras bertanya kenapa Ibu memberikan nomornya alih-alih nomor Ibu sendiri.
"Ibu pikir kalian bisa menjadi teman." celetuk Ibu tidak merasa bersalah. "Jika Ibu memberikan nomor Jaehan, sudah pasti Hyung mu itu tidak akan ada waktu untuk bersosialisasi. Satu-satunya pengangguran di rumah ini siapa lagi jika bukan kau, Gyeomie? Lagipula, usia kalian hanya terpaut dua tahun. Tidak masalah, kan?"
Benar, memang tidak masalah.
Justru Hangyeom sangat senang.
"Ibu, hari ini jangan ganggu aku." kata Hangyeom kemudian. "Ibu boleh membangunkan aku jika waktunya makan siang. Selain jam itu, Ibu tidak boleh mendekati kamarku. Mengerti?"
Ibu mengangkat alisnya, dan menggerutu. "Bukannya kau memang melakukan semua itu hampir setiap hari, Song Hangyeom?"
Hangyeom tak menanggapi. Memilih melambai dan berjalan keluar kamar Ibu. Berpapasan dengan Ayah yang ingin masuk kamar. Tapi tanpa melihat Ayah, Hangyeom membawa langkah kakinya menjauh. Membuat Ayah mengangkat alisnya dan masuk ke kamar dengan bingung.
Sesampainya di kamar, Hangyeom menjatuhkan dirinya di kasur. Tangannya meraba mencari ponsel yang tadi ditinggalkannya begitu saja saat di panggil Ibu dan Jaehan.
Hangyeom membuka kembali pesan yang ada di ponselnya. Mengetuk-ngetuk jarinya disana saat ia membuka pesan yang semalaman ini membuatnya kelimpungan dan hampir tidak bisa tidur.
"Apa aku harus menghubunginya?"
Hangyeom membalikkan tubuhnya. Meraih bantal untuk dijadikan sanggahan. Ia menatap ponselnya lagi. "Bagaimana jika di abaikan?"
Hangyeom baru akan menekan tombol call saat ponselnya berdering dengan nama Shin Yechan tertera disana.
Memutar bola matanya, Hangyeom membiarkan ponselnya hingga mati sendiri.
Baru saja Hangyeom ingin membuka laman percakapannya, lagi-lagi nama Shin Yechan muncul disana.
Mau tak mau, Hangyeom mengangkatnya. Mendekatkan benda itu di telinganya. "Ada apa? Kau mengganggu waktu siang ku, kau tau?"
Helaan di sebrang sana terdengar. "Hangyeom Hyung, kemana Jaehanie Hyung? Kenapa aku tidak bisa menghubunginya?"
"Mungkin dia bosan dengan bocal tengil seperti dirimu, Yechan-ah." balas Hangyeom asal.
"Hei! Omong kosong macam apa itu?"
Terlintas ide jahil di kepala Hangyeom. Mengingat bagaimana mantan adik tingkatnya ini begitu menggilai Jaehan dari mereka masih bersekolah. Hampir puluhan tahun, dan tak juga menyerah. "Kemarin aku melihat Jaehan Hyung di antar oleh perempuan cantik, Yechan-ah. Kau tau?"
Sesuai dugaan, sumpah serapah di sebrang sana membuat Hangyeom menahan mati-matian seringaiannya.
Tak lama, sumpah serapah itu berbalik kepadanya. Yechan mengatakan bahwa ia sama sekali tak membantu, justru semakin membuatnya gila.
Terakhir, Hangyeom bisa mendengar gerutuan dari Yechan yang bilang akan ke rumah sekarang juga menemui Jaehan.
Hangyeom tak mau ambil pusing, sebenarnya. Tapi sifat penasarannya membuat ia turun dari ranjang dan membuka pintu. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia masuk ke dalam kamar Jaehan yang rapih dan tertata. Sangat berbeda dengan kamarnya yang agak berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selenophile (Hyuk x Hangyeom)
RomansBerawal dari Hangyeom yang sadar bahwa rumah di sebrangnya sudah kembali di huni setelah satu tahun lebih dan bagaimana kisah di baliknya, yang penasaran bagaimana seseorang bisa hidup hanya saat malam hari. Hyuk dan bekerja adalah satu kata yang ti...