Selenophile (18)

213 46 6
                                    

"Ada apa? Apakah aku jelek?"

Lima menit lalu, saat Jaehan sudah mengobati luka Hangyeom dengan hanya sekotak P3K yang selalu Jaehan taruh di laci meja kerjanya, ia menerima telpon mendadak yang mengharuskan ia pergi saat itu juga.

Terjadi kebakaran di salah proyek yang sedang Jaehan bangun dalam beberapa bulan belakangan ini, proyek pertama yang ia pegang sebagai Direktur disana. Maka dari itu daripada mengutus seseorang, Jaehan harus melakukannya sendiri. Minimal melihat dengan mata kepalanya sendiri untuk memastikan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Jadi, dengan terburu-buru ia menekan salah satu kontak yang beberapa hari ini sempat berkomunikasi dengannya.

"Hyuk-ah, tolong datang ke ruangan ku dan temani Hangyeom." tuturnya saat itu juga. "Dan tolong jauhkan benda-beda tajam dari tangannya."

Dan disinilah Hyuk berada. Setelah lima belas detik lalu membuka kenop pintu ruangan Jaehan, hanya untuk menemukan Hangyeom yang berdiri menghadap kaca transparan besar yang tidak tertutup apapun. Melihat teriknya matahari siang hari ini.

Ia berbalik saat langkah kaki Hyuk mendekat. Membuat bibirnya otomatis melengkung ke atas, dan menyapa Hyuk.

Berdiri bersedekap dalam rentang jarak yang lumayan dekat, Hyuk menatap hansaplast yang menutupi separuh pipi kiri Hangyeom dengan wajah tegang, dan geram.

Saat Hyuk tak juga menjawab, Hangyeom kembali bersuara. "Apa aku benar-benar jelek?"

"Apa aku melewatkan sesuatu, Hyung?"

Alis Hangyeom terangkat. "Sesuatu apa maksudnya?"

"Kau," tatapan Hyuk yang tadi menatap kedua mata Hangyeom, turun ke pipinya. "Dan pipi mu."

Kedua mata Hangyeom melebar, antusias. "Apa kau menyukainya?"

"Kenapa aku harus menyukainya?"

Kini, kedua mata itu menatap Hyuk dengan bingung. "Kau bilang kau tidak nyaman jika pipi ku selembut bayi."

"Apa aku benar-benar mengatakannya?"

"Ya."

"Lalu apa yang terjadi pada pipimu, Hyung?"

Antusias di mata Hangyeom kembali. "Aku menggoresnya."

Rahang Hyuk mengeras. "Dengan?"

"Sebentar, aku akan menunjukkannya padamu."

Hangyeom terdiam beberapa saat, dan berjalan menuju meja Jaehan, dan duduk di kursi dibalik mejanya. Ia membuka laci paling bawah, tempat Jaehan menemukan barangnya. Tadinya, ia pikir Jaehan membuangnya. Tapi saat ia memeriksa satu persatu laci dan seluruh meja Jaehan, ia menemukan barangnya yang tersembunyi di balik barang-barang lain. Atau bahkan tersembunyi dibawah tumpukan file.

Dan Hangyeom memang secerdik itu untuk menemukannya.

"Bagaimana?" Hangyeom kembali bertanya. "Apa kau menyukainya?"

Tanpa menjawab, Hyuk berjalan mendekat.  Ia menggeser Hangyeom untuk duduk menghadapnya.  Ia membuka kaki yang lebih tua, untuk menyelinap di tengah-tengahnya, setelah lebih dulu merogoh celana nya untuk mengambil ponsel dan menaruhnya di atas meja. Agar tak menghalangi, pikirnya.

"Apakah sakit?" pertanyaan itu pelan, dan lembut. Dengan jari Hyuk yang naik dan membelai. Naik turun, membuat Hangyeom nyaman.

"Tidak."

"Benarkah?"

"Mm."

"Apa jika aku tak mengatakan hal sebelumnya, kau tidak akan melakukan ini, Gyeomie Hyung?"

Hangyeom menatap Hyuk, tidak mengerti.

Tapi Hyuk paham. Dengan masih membelai luka Hangyeom, Hyuk kembali berbicara. "Luka ini... jika aku tidak mengatakan bahwa aku tidak nyaman dengan pipimu yang selembut bayi, apa kau tak akan pernah mendapatkan luka ini?"

"Apakah ada yang salah dengan luka ku, Hyuk-ah?"

"Tidak, Love." Hangyeom bersemu bahkan diseluruh tubuh, saat kata itu diucapkan oleh Hyuk. "Kesalahan sesungguhnya ada pada diriku."

"Kau memiliki kesalahan?" Hangyeom bingung. "Pada siapa?"

"Kau." Hyuk tidak tahan untuk tidak menangkup pipi Hangyeom, sebelum kembali melepaskan dan mengecup di atas luka Hangyeom. "Dan luka mu."

Hening.

"Aku tidak mengerti."

"Bagaimana jika ku katakan aku tak menyukai bekas luka mu itu, Hyung?"

"Wajahku menjadi jelek?"

"Tidak, bukan itu."

"Lalu?"

"Karena aku akan selalu mengingat, bahwa akulah penyebab luka itu ada di wajahmu."

Di tengah keheningan yang tercipta, ponsel Hyuk yang berada di atas meja bergetar dengan nyaring. Satu pesan masuk.

Dari Jaehan.

Hyuk-ah, lima menit lagi, tolong beri Hangyeom obat yang ada di laci kerja ku di paling atas. Jika dia mengatakan hal-hal aneh, tolong jangan di bantah. Lalu suruh anak itu tidur, agar obatnya bekerja. Terimakasih, Hyuk-ah. Maaf karena merepotkanmu.













tbc.

bulan is back!🌙

sampai bertemu di chapter berikutnya!

Selenophile (Hyuk x Hangyeom)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang