Jaehan terkejut saat mendapati kamar Hangyeom yang tepat berada di sebelahnya berdentum dengan kencang. Ia yang tadinya ingin segera pergi tidur, mengurungkannya. Ia bahkan meninggalkan ponselnya diatas ranjang, yang menunjukkan keterkejutan Yechan yang memanggil-manggil namanya.
"Sebentar, Yechanie." ucap Jaehan pada Yechan. Lalu pria itu turun dari ranjang dan membuka pintu kamar.
Mendapati bahwa Hyuk sedang membaringkan Hangyeom di ranjang, dengan Hangyeom yang tak melepaskan lengannya dari leher Hyuk.
"Jangan pergi, Hyukie." Hangyeom membuat Hyuk menindihnya, dengan menaruh kepalanya di perpotongan leher yang lebih muda. "Aku ingin menjaga mu."
Hyuk terkekeh. Tangannya turun memeluk pinggang ramping Hangyeom, mengusapnya. "Aku harus pulang, Hyung. Aku tidak bisa disini, jika tidak mau di marahi oleh Ayah dan Ibu mu."
"Bagaimana jika orang-orang jahat itu mengetahui keberadaanmu?" pertanyaan itu membuat Hangyeom semakin mengeratkan pelukannya. "Bagaimana jika mereka melakukan hal-hal yang tidak baik padamu?"
Jaehan yang mendengar percakapan kedua orang itu mengernyit. Apa maksudnya? Siapa yang harus di jaga dari siapa?
"Hyung..."
"Tidak mau. Jangan memaksaku."
"Tapi-"
"Ada apa, Gyeomie?"
Suara Jaehan di belakang membuat usapan Hyuk di pinggang Hangyeom berhenti. Ia mencoba melepaskan Hangyeom, namun pria yang lebih kecil darinya itu seakan menempel erat padanya.
"Kenapa pulangnya larut malam?" tanya Jaehan lagi.
"Ah, aku tadi mengajak Hangyeom Hyung ke Kafe dekat sini, Hyung." Hyuk, yang menjawab. Ia berusaha duduk, membuat pelukan Hangyeom terlepas. Menoleh ke belakang, Hyuk bangkit. "Maaf karena mengantarkan Hangyeom Hyung larut malam, Hyung. Aku janji ini tak akan terulang lagi."
"Hyung?" Hangyeom bersuara, pelan. "Tolong katakan pada Hyuk untuk tetap disini."
Alis Jaehan naik. "Disini dimana, Gyeomie?"
"Dirumah kita. Di kamar ku." Hangyeom menatap tepat di kedua mata Jaehan. Terdapat permohonan dan paksaan disana, Jaehan tau sekali. "Aku harus memastikan Hyuk aman berada disini."
Tatapan Jaehan berpaling pada Hyuk. Keduanya bertatapan untuk waktu yang lama, namun tak menemukan solusinya karena Jaehan tidak tau apa yang terjadi pada mereka. Bertanya pada Hyuk didepan Hangyeom pun percuma. Itu tak akan berhasil.
"Begini saja," Jaehan akhirnya kembali bicara. Ia mendekati Hangyeom. "Hyuk berjanji besok akan kembali kesini. Bagaimana?"
Gerakan tangan Hangyeom sangat cepat. Jaehan bahkan baru selesai berbicara, tapi adiknya itu sudah membuka laci meja yang berada di samping ranjangnya. Mengambil cutter bahkan dengan mata yang tak melihatnya. Ia mengacungkan benda kecil itu dengan di arahkan pada tangan kanannya. Membuat Jaehan dan Hyuk terkejut.
"Gyeomie!"
"Gyeomie Hyung!"
Teriakan itu bersamaan. Dengan Hangyeom yang mundur ke sisi ranjang lainnya. Pupil matanya membesar, seiring dengan bahu dan tangannya yang juga bergetar. "Aku akan melakukan ini jika Hyuk pergi."
Hyuk yang bereaksi pertama kali. Tanpa melihat Jaehan, ia mendekati Hangyeom dan naik ke atas ranjang. Bibirnya bergemelatuk, tapi tak mengeluarkan suara apapun. Manik matanya yang setajam elang menatap Hangyeom, sementara tangan kanannya dengan pelan menjangkau tangan Hangyeom yang memegang benda kecil tajam itu.
Seakan terhipnotis, pegangan erat Hangyeom pada cutter terlepas, seiring dengan ia yang langsung memeluk diri sendiri. Kedua mata cantiknya mengeluarkan air dari sudut mata, membuat Hyuk tersadar dan mengerjap. Seakan sadar bahwa ia membuat Hangyeom takut.
Tangan Hyuk yang memegang cutter, ia arahkan ke belakang, yang langsung di sambut Jaehan dan mengambilnya. Sementara tangannya yang lain menjangkau pinggang Hangyeom dan membawa tubuh itu untuk di dekapnya.
Hyuk duduk, dan menempatkan Hangyeom duduk di atas pangkuannya, menempel erat layaknya koala. Usapan di punggung Hangyeom terus berlanjut, dengan bisikan-bisikan menenangkan dari Hyuk.
"Tidak apa, aku ada disini, Hyung. Jangan takut."
Isakan Hangyeom terdengar. "Kau akan pergi?"
"Tidak." Hyuk menggeleng, menempatkan kepalanya pada perpotongan leher Hangyeom yang wangi, ia mengecupnya. "Aku tidak akan pergi."
Jaehan yang melihat itu memilih untuk mundur. Cutter yang tadi ada ditangannya ia bawa keluar. Menutup pintu kamar Hangyeom dengan pelan, dengan perasaan yang campur aduk, Jaehan kembali memasuki kamarnya.
"Sayang?"
Suara itu membuat Jaehan tersadar. Sepenuhnya terkejut saat Yechan muncul di depannya, di dalam kamarnya. "Yechanie? Kenapa-"
Yechan mendekati Jaehan, memeluknya. "Kau membuatku khawatir. Jadi, aku memutuskan untuk kesini." pinggang itu ia usap. Dengan kecupan-kecupan kecil yang ia layangkan pada bahu Jaehan yang tertutup kaus. "Aku sudah melihat Hangyeom, Hyung."
Jaehan menegang dalam pelukan Yechan.
Yechan tiba dalam sepuluh menit. Membawa mobil dengan kecepatan tinggi. Jadi saat ia melihat pintu kamar Hangyeom terbuka lebar, dengan Jaehan yang membelakanginya, Yechan memilih mundur. Ia hanya orang asing di sekitar mereka. Dan Yechan terlalu terkejut dengan seseorang yang berada di tengah-tengah Jaehan dan Hangyeom, jadi ia memilih untuk menunggu Jaehan di kamarnya saja. Berharap kekasihnya itu bisa ia tenangkan.
"Tidak apa-apa," Yechan menggumam. Pelukannya pada pinggang Jaehan ia eratkan, membawa tubuh itu untuk berjinjit menyamai tingginya. "Hangyeom bahkan sudah melewati hal-hal yang paling gila sebelumnya. Semuanya akan baik-baik saja, Hyung."
"Aku pikir... kau tau, aku pikir.." tergugu, Jaehan membasahi tenggorokannya. "Hangyeom sudah jauh lebih baik. Apa aku salah?"
"Besok, kita akan melihat gerak-gerik Hangyeom." Yechan kembali menenangkan. Ia membawa tubuh itu untuk berjalan mendekati ranjang. Melepaskan pelukan, Yechan duduk dipinggiran ranjang. Lalu tangannya menarik pinggang Jaehan untuk duduk diatas pangkuannya. Ia mengecup hidung mancung Jaehan. "Apa dia mengingat hal-hal yang terjadi malam ini atau tidak."
Benar, jika Hangyeom mengingat jelas dengan apa yang dilakukannya ini, itu berarti keadaan Hangyeom masih jauh dari kata baik. Tapi jika Hangyeom tak mengingatnya, itu berarti Hangyeom hanya mengalami delusi. Perasaannya terlalu menggebu-gebu untuk satu dan lain hal, menyebabkan ia menjadi susah untuk mengontrol dirinya sendiri.
"Hyung?"
"Ya?"
Tatapan Yechan jatuh pada bibir Jaehan. Menunduk, ia memiringkan kepalanya dan menyambar bibir tebal kekasihnya. Sesuatu hal yang belakangan ini sangat gemar mereka lakukan jika bertemu satu sama lain. Entah Yechan yang memulai, atau bahkan Jaehan. Keduanya sedang berada di masa... tidak bisa menahan diri satu sama lain jika bertemu.
tbc.
haiiii, pagi2 bgt ni hehe. selamat hari minggu teman-teman!🌻
💚💚🥺
KAMU SEDANG MEMBACA
Selenophile (Hyuk x Hangyeom)
Любовные романыBerawal dari Hangyeom yang sadar bahwa rumah di sebrangnya sudah kembali di huni setelah satu tahun lebih dan bagaimana kisah di baliknya, yang penasaran bagaimana seseorang bisa hidup hanya saat malam hari. Hyuk dan bekerja adalah satu kata yang ti...