Besoknya,Garin merasa ia kesepian di rumah,terpaksa ia harus keluar dan mencari teman untuk bercerita. Namun,ia takut seseorang yang dekat dengannya telah dibunuh seseorang yang terobsesi padanya. Terpaksa ia harus sendiri menyendiri dirumah
,seseorang memencet bell rumah,Garin kedepan gerbang dan ia melihat Marcel berdiri membawa boneka kodok yang begitu besar. Garin terkejut ia membuka gerbang lalu mendekati Marcel seperti malu."Marcel? Buat apa kau membeli boneka kodok besar ini?"ia tersenyum lalu memberikan boneka itu ke Garin,lantas Garin tersenyum bahagia,ia pun memeluk Marcel dan berterima kasih. Pelukan Garin terlalu erat Marcel terpaksa menahan nafasnya. Angin semakin deras,namun sejuk dan dingin. Terlihat langit mulai gelap,Garin mengajak Marcel untuk masuk ke dalam rumah dan meminum teh panas bersama. Ia mengangguk lalu mengikuti Garin dari belakang.
Rumah Rion sepi,karena semuanya sedang bermain main di luar,serta orang tua Garin yang sedang date. Karena itu Garin sendiri di rumah,dan tidak ada satu orang pun selain dia di rumah. Marcel dengan ikhlas menemani Garin dirumah hingga keluarga mereka merapat kembali. Mereka berdua bermain PS atau pun yang lainnya,serta sedikit keromantisan diantara mereka. Hujan turun deras,alam mulai sejuk,Garin memakai sweater karena sangat dingin. Marcel melihatnya dan memeluknya lembut,serta melawan rasa dingin didirinya. Setelah beberapa jam mereka bermain,akhirnya Marcel pulang dan berpamitan kepada Garin. Serta keluarga Garin sudah kembali dari luar.
"Garinn!! Akhirnya aku tahu siapa yang membunuh saudaranya tiru mu!" Kata kata itu membuat Garin senang,lalu ia mendekati pria itu dan siap mendengarnya.
"Uh... Tapi kau jangan marah ya... Dna jangan balas dendam. Orang itu... Adalah Marcel"ucap orang itu dan menjawab siapa yang membunuh saudara tirinya. Garin terkejut,ia masih tak percaya kepada orang itu. Jikalau bahwa Marcel yang membunuh saudaranya. Orang itu berusaha untuk menjelaskan semuanya,dan akhirnya Garin mulai percaya sedikit.
"Sui... Tapi... Marcel adalah teman dekat ku... Mana mungkin dia jahat kepada yang lain?" Air menetes dari mata Garin. Pikiran membuatnya terganggu,Garin berencana untuk menjauh dari Marcel untuk keselamatan dirinya karena takut di lakukan yang aneh oleh Marcel. Seminggu kemudian,Marcel merasa Garin menjauhi nya,lalu Marcel berencana untuk menculik Garin.
Hari Senin,ia berjalan ke Alfamart untuk berbelanja. Namun,jalan ke Alfamart sangat lama jadinya ia memakai jalan yang cepat. Jalur pintas itu gelap,seperti lorong. Garin mempercepat jalan nya karena takut,suara semak terdengar,itu membuat Garin takut. Ia memejamkan kan matanya,namun,tiba tiba ia pingsan karena mulutnya disekap oleh seseorang. Saat Garin terbangun,ia melihat sekitar yang sangat asing baginya. Terlihat seseorang berdiri memegang pisau yang tajam,ia menggesek ujung pisau itu di tangannya. Garin terkejut,ia memberontak,namun seluruh tubuhnya di ikat erat oleh tali. Orang itu tersenyum melihat kelucuan Garin yang memberontak.
Garin ingin berteriak,namun mulutnya di tutup memakai tali yang besar. Orang itu mendekatinya dan mendekatkan pisau di pipi nya. Air mata keluar,Garin menangis karena takut. Dia Tersenyum sambil menggoreskan pisau itu di pipinya, lantas pipinya berdarah. Darah itu mengalir deras,orang itu mengambil darah itu dan menjilatinya. Suara tetesan darah terdengar karena ruangan itu,dia mengelus Surai Garin dengan lembut.
"Hai,Garin" Garin terkejut orang yang menculiknya adalah Marcel,seorang polisi yang harus nya menjaga rakyat. Ia tak percaya jikalau itu adalah Marcel. Badannya mulai lemas,Garin berusaha melepas ikatan itu,namun talinya sangat besar,atau tebal. Ia kesusahan untuk melepas itu. Marcel melepas ikatan mulut Garin agar ia bisa berbicara dengan nya.
Sepi,Garin terdiam sembari menunduk karena sedih. Tetesan air mata menimpa lantai dan membuat lantai itu sedikit basah. Air mata keluar deras,Garin masih tidak menyangka jikalau yang membunuh orang yang dekat dengannya adalah Marcel. Namun,Garin juga menyukai Marcel karena ia begitu peka dan baik padanya. Marcel memegang dagu Garin,dan mengangkatnya agar dapat melihat wajah garin yang lucu.
Pipi basah oleh air mata,matanya mulai sembab karena mengeluarkan begitu banyak air. Bibir Marcel tidak bisa menahan rasa senyum,ia terlihat puas dengan Garin. Ia mendekatkan wajahnya kepada Garin,dan mengecup bibir Garin dengan singkat. Kaget,Garin melebarkan matanya seperti first kiss nya sudah diambil orang yang ia cintai. Lalu Marcel melanjutkan dengan ciuman panas pada Garin.
Beberapa menit akhirnya perciuman itu selesai,bibir Garin memerah seperti lidah kelinci. Matanya sayu,tubuhnya lelah. Ia ingin tertidur di tempat itu. Gelap,bahkan wajah Marcel hampir tidak terlihat karena lampu diruangan itu tidak terlalu terang. Marcel menyalakan lampu yang berada di samping meja dibelakang Garin,lampu itu sangat terang,dan Garin dapat melihat kembali wajah Marcel. Disaat suasana mulai sepi,Marcel meminta maaf kepada Garin,namun sedikit memberi syarat agar orang yang dekat dengannya tidak menyukai Garin.
"Maaf kan aku Garin. Namun,orang yang menggoda mu akan habis di tangan ku"Marcel tersenyum miring,lalu ia mengelus pipi Garin yang tergores pisau tajam. Garin mengangguk pelan yang berarti ia memaafkan Marcel. Entah kenapa dirinya tidak bisa terkendali,cinta nya membuatnya susah untuk melawan Marcel.
Akhirnya Garin pulang dengan luka di pipinya. Ia menghilangkan air matanya agar seseorang tidak curiga padanya,namun luka dipipi itu tidak bisa hilang karena tergores dalam oleh pisau itu. Terpaksa Garin memakai hansaplast. Saat dirumah,semua nya melirik ke wajah Garin dengan pipi nya yang di tempel hansaplast. Kecurigaan mereka sangat dekat,bahkan mereka tidak bisa diam untuk bertanya.
"Rin? Pipi kamu kenapa?"tanya seseorang kakek dengan suara seraknya. Ia terduduk di sofa dan menggenggam ponselnya. Garin duduk di sofa dekat kakek itu. Dan menjelaskan karangan nya agar tidak ada yang marah pada Marcel. Semuanya mengerti pada cerita Garin, Caine sedikit tidak percaya pada Garin,namun ia berusaha untuk mempercayai nya.
"Tapi kau tidak apa apa kan?"
"Ya... Aku tidak apa apa grandpa..."
2 Minggu berlalu Garin dan Marcel semakin dekat. Sui sedikit khawatir dengan Garin karena Marcel yang telah membunuh saudara nya. Garin sedang duduk di sofa lembut milik Rion,tiba tiba ia dikaget kan dengan suara notif ponselnya. Sui berpesan pada Garin untuk ke restoran dan juga menyampaikan kan sesuatu padanya. Garin mengiyakan itu dan pergi ke restoran. Terlihat seseorang berambut coklat itu menunggu di meja depan restoran. Sui memainkan ponselnya dengan serius,sembari menelpon seseorang entah apa yang ia bicara kan dengan ponsel nya. Sui pun menghentikan pembicaraan nya dengan orang yang di ponselnya,lalu ia meletakan ponselnya di saku celananya.
"Huft... Jadi begini Rin.... Kau serius? Tidak akan berpisah dengan Marcel? Marcel sudah membunuh semua orang yang dekat dengan mu. Dan aku takut kau juga yang kena." Ujar sui yang khawatir kepada Garin. Ia tersenyum menatap Sui,lalu Garin meminum minuman nya dan meletakan kembali gelas itu. Garin seperti tau semua sikap Marcel saat ini.
"Sebaiknya kau harus menjauhi Marcel."saran sui. Namun saran dari sui sangat tidak aman bagi keamanan Garin sekarang,lalu Garin menghiraukan perkataan sui dan membiarkan sui khawatir padanya. Sui menghela nafasnya karena lelah menjelaskan semuanya kepada Garin,namun,masih saja akhirnya mengeyel tidak peduli.
"Tapi Sui... I love him... I can't just leave him... he... He's my first love." Ujar Garin mengatakan yang sebenarnya. Sui mengerti,lalu membiarkan Garin menjalani hidup nya sendiri tanpa saran dari Sui. Ia tersenyum bahagia,karena Sui akhirnya mengerti padanya. Namun, Sui tetap berpesan hati hati dengan Marcel. Setelah perbincangan selesai,Garin dan Sui pulang ke rumah dan merehatkan tubuh mereka di sofa lembut itu.
Rawr omagrawrrrrrrrr. Ini chap terakhir ku,karena Minggu depan Ampe Minggu depannya aku ga bakal up😃...
Kamu tau kan kenapa aku ga up? Ya,ujian ujian ujian ujian ujian ujian ujian...
Awok awok aku up nya malem banget jam 00.29🗿
Otcuu para terongers dan cainemates💗.#Marin
KAMU SEDANG MEMBACA
Tokyo Noir Familia [Fanfict!?] Ending
FantasyMalam penuh bintang seorang pemuda bersurai merah tepar di lantai keras. kepala penuh darah karna benturan keras. pemuda itu berusaha berdiri namun nihil,karena kepalanya yang pusing oleh benturan keras itu. pemuda itu pingsan di tempat lorong sepi...