-NILAI-
Matahari terbit terlihat begitu indah, tak lupa dengan suara kicauan burung bagai orkestra. Begitu menenangkan hati. Namun, hari ini ada satu hati yang tampak sedang tak baik-baik saja, hati yang dipenuhi oleh rasa amarah.
"Y/n, dengarkan ibu, kau harus belajar dengan giat disekolah, dapatkan nilai sempurna dalam ujian, jika sampai kau mendapat nilai merah, lihat saja apa yang akan ibu lakukan padamu!" bentak ibu dari dapur.
Aku menghela napas, cemberut. Mengapa ibu hanya memikirkan soal nilai, tak puas kah melihatku kemarin mendapat nilai 85 dalam ujian?
"Lihat anak bu Temari. Shikadai, dia mendapat nilai 100. Sekarang, kamu jangan malu-maluin ibu!" lanjutnya.
Tak kuat lagi mendengar ocehan ibu aku segera memakai sepatu dengan cepat, menggendong tas. "Aku berangkat!" teriakku sembari berlari menuju luar rumah.
"Heh, kau tidak sarapan?"
·𖥸· ─── ·
Jalanan telah ramai oleh orang-orang yang berlalu-lalang, satu-dua terlihat berlari buru-buru. Apa sih yang mereka kejar?
Aku berjalan menuju sekolah karena jarak rumah-sekolah sama sekali tak jauh. Cukup berjalan kaki--meski aku sering mengeluh bila musim hujan datang, pakaianku akan basah terkena air hujan, apalagi jika aku lupa membawa payung, lebih mengeluh lagi diriku.
Mataku melirik kearah depan, mendapati sosok yang tengah menjadi topik hangat dikalangan ibu-ibu, mereka membicarakan segala prestasinya, kepintarannya, dan juga wajahnya yang dianggap rupawan--menantu idaman. Bahkan tadi pagi dia menjadi alasan ibuku mengomel pagi-pagi buta, tak lain dan tak bukan dia adalah, Shikadai Nara.
Jujur saja aku tak terlalu menyukainya, selain karena aku selalu dibandingkan dengan dirinya, disisi lain dia adalah laki-laki yang terkesan cuek, tak ramah, khususnya padaku. Pernah suatu waktu ia memanggilku dengan sebutan Badut Bodoh karena aku tak sengaja merusak ponselnya--tapi setelah kupikirkan lagi, bukankah sebutan Badut Bodoh sama sekali tak masuk akal dengan kesalahan yang kulakukan? Sejak itulah ia semakin tak ramah padaku. Menyebalkan.
"Y/n, my best friend, my love, my honey!" panggil seseorang.
Aku menoleh ke asal suara, rupanya yang memanggilku adalah Choco, disebelahnya terdapat Sarada yang melambaikan tangan dengan senyuman. Mereka sahabatku sedari Sekolah Dasar, sampai sekarang, Sekolah Menengah Akhir. Meski menyebalkan, membuat naik darah dan sebagainya, mereka tetaplah sahabat sejati. Tak akan pernah terganti. Kurang lebih begitulah.
"Hai Y/n," sapa Sarada.
"Y/n, kau pasti, belum mengerjakan PR!" seru Choco penuh semangat.
Aku berseru tertahan, sekaligus bingung. "Lho, PR apa?" tanyaku heran.
"PR Matematika, masa lupa sih?" Choco menatap sebal.
"Belum ya," Sarada terkekeh-kekeh.
Aku menyeringai, mengangguk, memang belum. Aku lupa sebab sibuk belajar untuk ulangan harian IPA hari ini. Tunggu, PR Matematika?
"Astaga, aku dalam bahaya besar!" Aku refleks memegang kepala dengan kedua tangan, bisa-bisanya aku lupa, apalagi guru Matematika adalah guru yang terkenal galak--guru killer.
"Bagaimana ini, hari ini aku akan binasa," lirihku.
Sarada menepuk pundak-ku, tersenyum,"Tak apa, lihat punyaku saja," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
_Anime Naruto Boruto Chara x Readers_
Kısa HikayeKisah Seorang gadis bernama (y/n) yang menjalin hubungan asmara bersama berbagai karakter di anime Naruto Penasaran dengan kisahnya? Yuk mulai baca! -Sampul foto sc: pinterest -Karakter disini milik Masashi Kishimoto selaku pembuat anime Naruto