45

1.4K 52 2
                                    


°°°

Sesampainya di sekolah, Adara langsung memarkirkan mobilnya, Namun ia tidak langsung keluar dari mobil. ia mengambil ponsel yang ada di saku untuk menghubungi kakaknya. setelah ia membuka aplikasi WhatsApp, adara mengerutkan dahinya ketika melihat Pesan yang ia kirim semalam hanya di lihat oleh kakaknya.

"Cuma di read? Tumben. Sebenernya Bang deril kenapa sih!" guman adara kesal.

Adara langsung menghubungi deril, Namun kini nomor deril malah tidak aktif.

"Ck, Malah gak aktif lagi."

Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari kaca mobil. Adara pun langsung menurunkan kaca jendela mobilnya.

"Cepetan turun, Di tungguin dari tadi malah gak keluar-keluar." Ucap fara.

"Ck, iya."

Adara pun kembali menaikkan kaca jendela mobil. Setelah itu ia langsung keluar dari mobil.

"Ntar pulang sekolah lo mau ikut jengukin arhan lagi ga?" Tanya adara.

"Gak deh, Ntar yang ada gue malah jadi obat nyamuk di sana."

Adara terkekeh. "Yaudah yok ke kelas."

Mereka berdua pun langsung melangkah untuk menuju ke kelas.

°°°

Bram terlihat sedang rebahan di sofa sembari menatap layar ponselnya. Sedangkan anita sedang menemui dokter. Arhan terlihat sedang melamun. Pagi ini ia benar-benar terlihat sangat lesu, ia pun langsung melihat jam di ponselnya. Jam masih menunjukkan pukul 08:00.

"Ck, adara kok belom kesini-sini sih." Gumam arhan kesal.

Bram langsung menoleh ke arah arhan. "Masih jam delapan, Kamu pikir adara gak sekolah dulu?"

"Ya kenapa gak izin dulu gitu." Saut arhan.

Bram terkekeh, ia langsung bangun dan duduk. "Ya masa adara izin sekolah cuma karna mau nemenin kamu, Kan lucu, haha."

Arhan menatap tajam ke arah ayahnya. "Masih pagi, Jangan bikin mood aku rusak."

"Dih, Semenjak kapan kamu jadi Baperan kaya gini?"

"Semenjak jatuh cinta sama adara." Saut arhan ketus.

Bram terkekeh. "Dasar anak muda, Mau sesangar apapun kalo udah kenal cinta pasti sangarnya ilang."

"Biarin."

"Kamu belom jadian sama adara?"

Arhan menggeleng sembari menghela nafas kasar. Bram pun langsung menghampiri arhan dan duduk di samping arhan. Bukannya memotivasi kini bram malah mengompori anaknya.

"Adara tuh udah punya gebetan." Ucap bram.

Arhan langsung menatap tajam ayahnya.

"Kamu udah nembak adara kan? Tapi adara belom bisa jawab, iya?"

Arhan mengerutkan dahinya bingung. Kenapa ayahnya bisa tau.

"Bingung ya kenapa ayah bisa tau, Ya Iya lh ayah tau, orang ayah bisa baca pikiran orang." Ucap bram lagi.

Arhan menyipitkan matanya. ia menatap wajah ayahnya secara intens. Apa benar ayahnya bisa membaca pikiran orang. Bram Langsung terkekeh ketika melihat expresi wajah anaknya.

"aelah, ayah becanda kali, Gitu aja natapnya sampe kaya gitu, haha."

Arhan langsung menghela nafas kasar. "Terus kok ayah bisa tau."

"Haha, Bunda yang ngasih tau ayah."

"Dulu kan ayah pernah di tolak sama bunda? Terus ayah tetep ngejar-ngejar bunda, Terus gimana caranya sampe bunda bisa luluh terus mau nikah sama ayah?" Tanya arhan serius.

[POSESIF BROTHER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang