PART 11

3.4K 260 17
                                    

Mirabella, anakku
.
.
.
.
.
𝙁𝙊𝙍
⊂_ヽ       𝙔𝙊𝙐
      \\ Λ_Λ
          \(    ˇωˇ)
              >    ⌒ヽ
            /      へ\
         /        /    \\𝙋𝘼𝙂𝙀
       レ    ノ          ヽ_つ
     /    /
    (    (ヽ
    |    |、\
    | 丿 \ ⌒)
    | |        ) /
ノ )        Lノ
(_/

Cedrik hendak membuka mulut, namun niatnya terhenti oleh suara keras dan langkah tergesa-gesa yang menggema di sepanjang lorong.

"Ayah!" seruan itu memecah keheningan.

Cedrik menoleh dan melihat seorang gadis seumuran Bella menuruni tangga dengan cepat—lebih tepatnya, berlari. Alis Cedrik berkerut dalam, tanda jelas bahwa ia tidak senang. Gadis itu adalah Eriel, anak yang saudara tirinya bawa dan perkenalkan sebagai anaknya. Cedrik mengingat dengan jelas saat saudara tirinya tiba-tiba datang dan mengatakan bahwa ia adalah ayah dari gadis itu.

Saat itu, Cedrik tak menanggapi. Ia tidak berniat memiliki anak, apalagi ketika ia sendiri belum menemukan titik terang mengenai keberadaan anak kandungnya, Bella. Anak yang selama ini selalu ia cari.

Cedrik tahu betul, Eriel selalu berusaha menarik perhatiannya. Beruntung, hingga saat ini, orang tua Cedrik belum mengetahui masalah tersebut. Saudara tirinya memang tidak memiliki pengaruh besar dalam keluarga mereka, dan Cedrik pun tidak peduli dengan keberadaan mereka. Ia tidak merasa perlu mengakui hubungan yang tak pernah diinginkannya.

Bella, yang berdiri di sisi lain ruangan, menoleh ke arah suara itu. Pilar besar bangunan menghalangi pandangannya, namun dari nada suara yang memanggil, Bella tahu siapa itu. Eriel, si anak angkat.

Dalam hati, Bella mendengus kesal. Gagal sudah usahaku untuk mendekatkan diri pada Ayah, pikirnya. Kehadiran Eriel tampaknya selalu mengganggu saat-saat penting.

Langkah kaki Eriel terdengar jelas ketika ia mencapai anak tangga terakhir. Gadis itu, dengan wajah canggung namun penuh antusias, menatap Cedrik dengan mata berbinar, seolah sangat merindukan sosok pria itu.

"Ayah, aku... merindukanmu," ucap Eriel dengan spontan, sebelum tiba-tiba memeluk Cedrik erat-erat.

Bella tetap diam di tempatnya, mengamati bagaimana Cedrik hanya membalas pelukan itu dengan tatapan datar. Ia tidak bergerak, bahkan tidak membalas pelukan tersebut. Tampak jelas, Eriel tidak menyadari keberadaan Bella yang terhalang oleh pilar, atau mungkin—Bella berpikir sinis—Eriel memang sengaja mengabaikannya.

Cedrik, seolah tersadar dari kebekuannya, perlahan menyingkirkan Eriel dengan dorongan pelan. Eriel terkejut, namun entah mengapa, senyum di wajahnya tetap tidak pudar. Ia menatap Cedrik dengan harapan yang besar, namun Cedrik tidak membalas tatapannya.

Mata Cedrik justru tertuju lurus ke arah belakang Eriel, tepat ke arah Bella. Ada kilatan kecewa di mata Eriel ketika ia menyadari hal ini—orang yang selama ini dianggap sebagai ayah, ternyata tidak pernah benar-benar melihatnya.

Eriel berbalik, penasaran apa yang membuat Cedrik begitu terpaku. Matanya melebar ketika ia menyadari siapa yang berdiri di belakangnya. Jantungnya berdegup cepat, seakan ada sesuatu yang besar tengah terjadi. Gadis di hadapannya, Bella, menatapnya dengan dingin, sorot matanya tajam, seakan menembus ke dalam dirinya.

Sebelum Eriel sempat berkata apa pun, suara berat Cedrik terdengar, membuat Eriel kaku di tempat.

"Ayah juga merindukanmu, Nak."

A GENIUS & PSYCHOPATH GUARDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang