Prolog

1.5K 28 5
                                    

"INAAA!!!!" Gavin berteriak keras, di bandara yang banyak orang memeluk kerabat mereka yang baru selesai perjalanan panjang dari pesawat. Gavin memeluk erat tubuh mungil Alina. Alina membalas pelukan bayi besarnya itu takkalah erat.

"Apin kangennnn banget sama, Ina!" Ujar Gavin, mencium kening Ina lembut beberapa kali. Alina tertawa geli ketika Gavin memeluknya kembali dengan erat seraya mengendus-endus lehernya.

Apin dan Ina, panggilan kesayangan mereka berdua.

"Parfum Ina enak banget! Saking kangennya!" Gavin mencium pipi Alina kanan kiri dengan gemas. Wajah istri kecilnya itu terlihat menggemaskan ketika tersenyum. Alina mengelus rahang kokoh Gavin.

Gavin mengelus tangan Alina yang mengelus wajahnya. "Besok Apin marahin Ayah! Bikin Apin bisnis di KL selama seminggu itu berat tau! nahan rindu ke Ina itu nggak enak!" Ujar Gavin dengan wajah menggemaskan bagi Alina.

"Ina juga kangen banget sama Apin," kata Alina seraya tersenyum, membuat Gavin murung.

"Kok tiba-tiba wajahnya gitu? Padahal tadi seneng banget ketemu Ina, sekarang nggak seneng nih?"Wajah lelaki itu bertambah murung.

"Yaudah deh, Ina pergi aja, ngapain disini, Apin aja nggak kangen Ina kok," ujar Alina panjang lebar dengan wajah juteknya. Gavin mencekal tangan Alina. Wajahnya menunduk, ia duduk di kursi panjang yang disediakan di bandara.

"Loh, loh?! Kok nangis?" Tanya Alina bingung. Gavin terisak tanpa suara.

"Ina sih! Orang Apin kangen beneran kok! Masa Ina ngungkapin rasa kangen Ina ke Apin cuma singkat gitu aja sih!" Lelaki itu berujar seperti anak kecil yang tidak dibelikan mainan.

"Hiks... Ina udah nggak sayang kan sama Apin?! Huaaaa!" Gavin memeluk perut Alina, sambil menangis keras. Membuat beberapa orang melihat kearah mereka. Alina tersenyum canggung.

"Hey! Kok malah nangis sih? Ina kangen banget, banget sama Apin, Ina sampe cium guling Ina karena saking kangennya Ina sama Apin! Karena kan.. Apin biasanya meluk Ina," Ujar Alina menjelaskan. Ia mengelus rambut lebat suaminya agar berhenti menangis. Gavin mendongak dengan wajah merah yang menggemaskan.

"Beneran?" Alina mengangguk, ia mencium pipi Gavin. Gavin tersenyum, kemudian murung lagi melihat baju Alina.

"Baju Ina basah, kena air mata aku," kata Gavin berkaca-kaca, bibirnya melengkung.

"Eh! Eh! Nggak apa-apa kok, basahnya dikit doang," kata Alina seraya tersenyum maklum. Tapi percuma, Gavin terisak lagi.

"Tapi itu ada ingusnya tau! Ayok, Apin beliin baju lagi." Alina menggeleng.

"Nggak ada penolakan Alina Michella," desis Gavin dingin, matanya menatap tajam Istri kecilnya itu. Alina merinding, Gavin seperti memiliki kepribadian ganda, kadang seperti bayi, bahkan bisa jadi monster juga disaat yang berbeda.

"Iya, Apin," Alina pasrah sudah diseret bayi besarnya menuju Mall.

***

·Cast·

Gavindra Dirgantara

Gavindra Dirgantara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alina Michella

Cast selanjutnya bakalan nyusul di part selanjutnya yaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cast selanjutnya bakalan nyusul di part selanjutnya yaaa

Oh ya, buat kalian para pembaca, jika kalian menemukan part atau kejadian, nama tokoh, yang sama seperti di cerita lain yang pernah kalian baca, itu murni ketidaksengajaan ya, tidak ada unsur menirunya sedikitpun.

Sekali lagi, jika ada kesamaan, itu bukan disengaja. Dan karya ini, nggak boleh dijiplak ya.

Hargai aku sebagai penulis🙏🫶🏻🤗

Terimakasih! Dan, semoga suka

GAVINDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang