Hai, balik lagi sama aku!
Jangan lupa vote dan komen yaa...
Bab kali ini kayaknya agak dikit dan nggak sebanyak kemarin.
"Ke kantin yok!" Ajak Arga. Bara bahkan sudah siap menenteng gitar di bahunya.
"Ngapain bawa gitar segala?" Tanya Dean malas. Pasti kantin akan party jika mereka membawa alat musik,dan ia tak akan makan damai.
"Gue mau joged!" Imbuh Arga semangat. Bara mengangguk. Dean dan Langit memutar bola matanya jengah. Langit yakini ia tak akan makan dengan tenang hari ini.
"Yaudah! Sana cepetan! Gue laper!" Usir Langit terang-terangan. Ia sangat lapar sekarang. Dean hanya ikut saja.
"Vin? Ikut kantin?" Dean mengguncang bahu Gavin yang tertidur diatas meja dengan posisi kepalanya disembunyikan di kedua lengan. Gavin mendongak, mata khas bangun tidur miliknya begitu teduh dipandang, membuat beberapa cewek disana memekik tertahan. Gavin seperti orang bingung, mungkin nyawanya belum terkumpul.
"Ha? Kemana?" Tanya Gavin sambil mengucek matanya. "Kantin," jawab Biru. Semuanya kaget.
"Ehhh! Bang Biru! Kapan Lo nongol?! Kok tadi gak ada? Wah! The real tuyul hensem!" Ujar Bara heboh. Biru menatapnya datar.
"Gue ikut," Gavin berdiri dari kursinya. Lalu berjalan keluar kelas, kelasnya dan kelas Alina berada sebelahan. Jadi jika ke kantin otomatis akan melewati kelas istrinya. Terlihat Alina tersenyum kecil sambil melambaikan tangannya samar.
"Jangan senyum plis! Pengen tak cium!" Geram Gavin geregetan. Bibir Alina menggodanya sekarang. Walau dari jauh, ia sangat merindukan benda kenyal manis milik istrinya sekarang.
"Siapa yang pengen Lo cium? Gue?" Tanya Arga polos, karena posisi Arga berada di kanan Gavin, sepanjang kelas Alina. Bara terpingkal-pingkal. "Pala Lo njir! Lo pikir Gavin apaan?" Langit ikut tertawa.
"Nggolek pacar Kono Lo! Jomblo kok suwi men!" Ejek Langit. Tak sadar juga dirinya jomblo abadi.
Cari pacar sana loh! Jomblo kok lama banget!
"Heh! Markutet! Lo juga jomblo! Ngaca brader!" Semprot Arga sadis. "Oh iya! Eh! Gue virtual kok," kata Langit.
"Sama siapa?"
"Jeon Hye Won," Jawab Langit membuat teman-temannya menyemburkan kata-kata mutiara.
"Lah si Senja itu, sebelas dua belas!" Imbuh Dean membuat Langit merotasikan matanya malas. "Beda bjir! Cantikan jeon!"
"Serah Lo anjir!" Sungut Bara.
***
Mereka sampai di kantin. Bara duduk dengan memangku gitarnya. "Woy semua! Yuhu! Gue mau nyanyi nih! Gak nyawer gue buntingin Lo kecuali yang lakik!" Bara berteriak membuat beberapa perempuan memekik kesenangan.
"Gue mau nyanyi," Alina menawarkan diri. Gavin merasakan jantungnya kejedar-kejedor. Lihat aja! Nanti nyampe rumah, bibir kamu bengkak!
Lelaki itu menahan diri untuk tidak menerkam Alina sekarang juga. Lelaki itu menggigit pipi bagian dalamnya melihat Alina berdiri di depannya dengan mic kecil untuk bernyanyi.
"Mangga atuh, mom!" Tawar Bara pelan, agar tidak ada yang dengar. Alina meraih mic itu dan akan menyanyikan lagunya. Ia menatap Naomi dengan ekor matanya sekilas, ia lihat gadis itu menatapnya berang dalam diam.
Lagi yang dibawakan Alina kali ini adalah Merindu Lagi.
Sejak saat pertama, melihat senyumannya
Jantung berdebar-debar, inikah pertanda?
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVINDRA
Teen FictionAlina, gadis itu dibuat bingung dengan tingkah Gavin. Lelaki yang kata orang-orang, laki-laki badboy, bengis, kejam dan kasar, tapi tidak kata Alina, kata Alina, Gavin adalah lelaki manja, cengeng dan posesif sekali. Lelaki dingin itu, bahkan bisa g...