"Saya nikahkan dan kawinkan, Alina Michella binti Alghan Varezo dengan kapal pesiar 5 buah," Bara dan Dean cepat-cepat mengambil kalkulator. "Itung-itung! Tuh anak kalo ngomong cepet kayak kereta pesiar!" Ujar Bara heboh. Dean melirik sinis, mencari kalkulator di hape nya yang kadang lemot. "Mana ada kereta pesiar? Nggak sekalian sepedah pesiar?" Komen Dean. Bara mencebik.
"Tanah 20 hektar, Lamborghini Veneno Roadster 5 buah, uang tunai 100 Milyar, pesawat jet pribadi 2 buah, perumahan satu komplek, Motor Sport Neiman Marcus Limited Edition Fighter 30 buah, Emas batangan 6 ton, dibayar tunai!" Inti Zergios dibuat tercengang. Mahar apa itu? Dan, bagaimana bisa Gavin menyebutkan semua itu dalam satu tarikan nafas tanpa lupa kata atau apapun? Agak diluar nalar akal pemikiran manusia.
"Bujet!" Komen Arga tanpa sadar. Sangunya 100 juta saja hanya untuk 2 bulan! Mereka menelan ludah, sekaya itukah Gavindra Dirgantara?
"CAH GENDENG!" Komen Langit sadis. Lelaki keturunan Jawa itu menggelengkan kepalanya tidak percaya.
"JIANCOK BENERAN NIH BOCAH!" Imbuh Bara dengan kata mutiaranya yang indah.
"Emang boleh? Sekaya itu? Gue belum sempet ngitung tadi," Imbuh Dean terperangah. Gavin memandang keempat sahabatnya dengan tatapan tak bersahabat.
Mereka terhenyak sejenak. Maharnya aja segitu? Maklum sih, anak Konglomerat no 1. Tapi sungguh tidak masuk akal.
Btw, akad sudah selesai.
"Bacot! Penting gue udah sah sama Ina!" Sinis Gavin, kemudian memegang pipinya seraya tersenyum
"Anjing! Nggilani Cok!" Langit bergidik, kata mutiara khas jawanya keluar juga, padahal Langit anak baik-baik. Tapi ia geli melihat Gavin tersenyum. Gavin seperti Barbie hidup. Cantik bukan tampan.
"Apaan Lo?! Gelud kene!" Ujar Gavin, ia langsung berdiri. "Ampun Apin," ujar Langit. Menirukan gaya panggilan Alina ketika memanggil Gavin.
"GUE GIBENG LO!" Teriak Gavin murka. Apin kucing Upin Ipin hanya Alina yang boleh memanggilnya. Kata Ina-nya, panggilan Apin untuk Gavin, karena menurut Alina menggemaskan seperti kucing. Dan, Gavin? Membiarkan, agar Alina-nya bahagia.
"Gue aduin ke Ina kalo kalian gangguin Gue! Kalian nyebut nama gue pakek panggilan kesayangan Ina!Dia udah jadi bini gue tauk! Dia bakalan sleding kalian Kedinding kayak cicak kejengkang kesetrum tiang listrik!" Ujar Gavin panjang lebar dengan sesekali mata di pelototkan kearah keempatnya. Keempatnya tercengang.
"Ya Allah! Alina! Kenapa dia bisa bikin bos gue kayak gitu? Kayak orang khutbah dia kalo ngomel, biasanya tiga kata paling banyak yang diucapin si Gapin!" ujar Bara terperangah, apa ini? Mana Gavin yang dulu? Paling banyak hanya mengatakan 3 kata! Sekarang?
"Wah! Alina Michella bener-bener pengaruh besar! Gavin jadi kayak ibu-ibu rumah gue!" Imbuh Dean kagum. Terutama kagum dengan Gavin, bisa bertahan menyukai Alina dalam diam, mereka sahabatan, tapi jarang bersentuhan, Gavin tidak mengeluarkan sifat manjanya jika belum sah. Mereka juga tidak berpacaran hingga bisa menikah dengan gadis itu karena sebuah perjodohan yang dibuatnya sendiri.
Apakah itu disebut obsesi?
Ayahnya Gavin dan Ayah Alina kebetulan adalah rekan bisnis, sebenarnya, tidak ada niatan menjodohkan anak mereka, hanya saja, Gavin yang memintanya. Jadi, perjodohan itu hanyalah rekayasa semata yang dibuat Gavindra Dirgantara hanya untuk mendapatkan Alina Michella.
"INAAA! MEREKA MASAK GANGGUIN AKU! BUNUH MEREKA INA! CINCANG AJA NGGAK PAPA! AKU IKHLAS!" Teriakan Gavin menggema di seluruh ruangan. Alina terjengkat kaget. Sahabatnya itu melepas berbagai aksesoris dibantu dengan MUA.
"Apin! Kaget tau!" Kesal Alina. Gavin cengengesan.
"Yeees! Udah jadi my wifeeee! Wlee!" Ia menjulurkan lidahnya kepada 4 sahabatnya. Memeluk erat perut Alina yang masih dibersihkan Make up nya
"Dia siapa sih? Bukan Gavin ini, sahabat gue kulkas orangnya, galak, matanya kayak silet!" Komen Bara.
"Silet itu pantat, kalo basa jawanya," komen Langit membenarkan. Bara tertawa miris. Ingin sekali membuntal mulut sadis langit dengan sempak Spiderman miliknya.
"Pantat itu silit! Silet itu cutter woylah! Anying!" Geram Bara seraya tersenyum paksa. Geram.
"Oh iya ya," Langit mengangguk. Bara mendelik tajam.
"DIAM!" Bentakan Gavin membuat mereka berhenti berdebat.
"Naon eta?" Tanya Dean.
"Gue sama Ina mau pergi! Kalian pergi juga sana! Cari jodoh! Hush! Hush! Sana!" Gavin mengusir keempat sahabatnya menggunakan sapu di belakang ojntu yang dipukulkan ke bokong mereka satu persatu.
"GAVINDRA DIRGANTARA! BERUBAH WOY!"
***
·Cast·
“Nama playboy, tapi bukan playboy kok,” –Elbara Nayaka.
“Sakit itu, gimana rasanya sih?” –Fradean Baskara.
“Pripun, Dek? Mpun siap tak lamar?” –Langit Airlangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVINDRA
Teen FictionAlina, gadis itu dibuat bingung dengan tingkah Gavin. Lelaki yang kata orang-orang, laki-laki badboy, bengis, kejam dan kasar, tapi tidak kata Alina, kata Alina, Gavin adalah lelaki manja, cengeng dan posesif sekali. Lelaki dingin itu, bahkan bisa g...