Di sekolah, Alina sedang tidur dengan posisi seperti cicak dilantai. Nimpluk. Senja sampai heran. Bagaimana bisa Gavin tahan dengan manusia unik macam Alina?
Senja tidak tau saja, jika Alina lah yang bertahan dengan bayi besar yang manja dan sok cool di depan anggotanya.
Untung saat ini sedang Jamkos. Guru sedang melaksanakan rapat penting dan anak-anak dibebaskan. Naila kebelakang, dimana tempat Alina tidur. Ia menghela napas panjang.
"Dia emang gitu, siluman kadal!" Celetuk Naila bodo amat. Senja tertawa kecil mendengarnya. "Lha Yo! Cah wi lek turu sembarangan og!" Senja membalasnya dengan bahasa khasnya. Padahal jarang sekali keluar bahasa itu.
Benar itu, anak itu kalau tidur sembarangan kok.
Naomi menatap teman sekelasnya yang memperhatikan Alina. Seketika ia memutar bola matanya jengah. "Alina lagi, Alina lagi," gumamnya jengah.
"KAGET ANYING!" Pekik Naila kesal. Tiba-tiba Alina berdiri, lalu linglung.
"Kenapa?" Tanya Viona.
"Gue jatoh tadi, ke jurang," seketika semuanya tertawa keras. Kalian pasti pernah bukan, baru saja tidur, tiba-tiba mimpi kepleset, jatuh dan langsung kebangun. Ada yang pernah?
"Gue sering gitu anjir! Jangan diingetin!" Celetuk Naila sembari melanjutkan tawanya. Alina memandang teman sekelasnya yang menertawai dirinya kecuali Naomi dengan tatapan sayu. Ngantuk.
"Gue mau ke kamar mandi, anterin Nai," ajak Alina lemas. Naila menggeleng. "Kaki gue kegajahan," ujar Naila. Alina mengernyit. "Masa?" Gadis itu memukul kaki Naila pelan. Biasanya orang yang kakinya kemonyetan akan merasakan otot yang tertarik dari dalam jika dipukul kecil.
Tapi tidak dengan Naila:)
"Wah bohong! Parah! Cepet anying! Anterin gue!" Alina menarik tangan Naila cepat.
"Mau ngapain sih!" Alina menunjuk hidungnya. "Ingus gue on the way keluar," ujarnya cepat sebelum Naila mulai paham dan tidak loading.
"Anjir!"
Senja dan Viona yang berada dalam kelas menggelengkan kepalanya. "Cah kok unik!" Komentar Senja. Viona mengangguk. Diantara Viona, Senja, Naila dan Alina, Naila dan Alina memang paling tantrum berat.
"Sen, Lo tau berita yang lagi viral itu gak?" Tanya Viona, mulutnya sudah gatal bertanya sejak tadi. "Berita apa?" Tanya Senja yang merapikan jajannya dimeja.
"Ituloh, masa ada tiga korban anak kecil, yang dipulangkan dalam tubuh hancur dan kebelah-belah, ketiganya diantar kerumah masing-masing. Namanya Syifa, Tiara, sama Seno. Mereka bertiga itu, parah banget jasadnya. Nggak bisa dimandikan! Kayak jasad Rafa beberapa waktu lalu itu loh!" Ujar Viona panjang lebar.
"Wah! Parah anjir! Jangan-jangan, itu topeng kelinci juga? Bisa jadi kan? Duh, gue jadi takut pulang," ujar Senja mulai waspada. Viona terdiam. Kejadian ketiga anak kecil itu sungguh diluar akal pemikiran manusia. Mereka yang masih kecil, bahkan bisa diprediksi umur mereka masih belum genap 10 tahun. Tapi mereka mati dengan cara tak manusiawi.
"Masa minta anter Sangit? Eh! Nggak jadi! Mau jadi apa gue deket-deket sama tuh bocah gendeng?" Senja menggerutu sendirian. Viona tertawa kecil. Sangit, adalah panggilan Senja kepada Langit mereka tetanggaan yang sering membuat kita perumahan itu gaduh berantakan.
"Nggak usah gitu, gue tau, Lo suka dia kan?" Goda Viona. Senja seketika bergidik. "Ngeri anjir! Muka kayak preman solehot gitu, Lo bilang gue suka dia? Sangit harus tidur dulu kalo gitu caranya!" Ujar Senja sedikit angkuh. Viona tertawa lagi kesekian kalinya.
"Ya Allah! Jangan lepas jantung hamba dari tempatnya, tapi ni jantung lagi trampolin anying!" Bara memegangi dadanya. Lewat di depan kelas Viona, baginya adalah kesalahan besar, tepat di depan adegan tertawanya Viona, tawa tulus itu membuat darah Bara berdesir hebat, bulu tipis disekitar kulitnya meremang dan perutnya bagaimana ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVINDRA
Ficção AdolescenteAlina, gadis itu dibuat bingung dengan tingkah Gavin. Lelaki yang kata orang-orang, laki-laki badboy, bengis, kejam dan kasar, tapi tidak kata Alina, kata Alina, Gavin adalah lelaki manja, cengeng dan posesif sekali. Lelaki dingin itu, bahkan bisa g...