Gavindra kini sedang berada di Balkon rumahnya, menyesap sebatang benda yang mengandung narkotika itu dengan santai. Mengapit benda itu dengan kedua jarinya dan memasukan di tepi-tepi bibir merahnya perlahan. Menikmati manisnya rokok itu.
Asap rokok mengepul menggangu indra penciuman Gavin. Lelaki itu terbatuk kecil dengan menutup mulutnya menggunakan tangan.
"CK! masih keluar aja! Nyusahin!" Gavin mengelap sedikit darah kental yang berada di telapak tangannya.
Gavin kembali menyesap rokok itu, padahal terakhir kali ia merokok sebelum menikah dengan Alina. Tapi, entah sekarang ia butuh benda panjang itu sekarang. Pikirannya semerawut, Gavin sering memikirkan sesuatu yang tidak jelas. Semacam film action yang berputar di benaknya.
Kak, tolong!
Kata-kata itu selalu terngiang di kepala Gavin dan membuat telinganya berdengung dan sakit sekali, kepalanya juga sering pusing karena memikirkan siapa dirinya dulu? Dan suara siapakah yang tertangkap dengan telinganya dari jarak jauh? Kadang juga, Gavin sering menangis sendiri, entah masalah apa yang membuatnya seperti itu.
Kadang kala juga, hatinya tiba-tiba berdenyut nyeri, seperti di tancap ribuan busur panah. Di otaknya sekarang, kadang ada sekilas bayangan anak kecil perempuan seperti meringkuk penuh darah yang muncul membuatnya kepikiran.
"Aish! Buang jauh-jauh, Vin!" Gavin memukul-mukul kepalanya pelan, agar bayangan anak kecil itu hilang dari kepalanya. Ia mengambil gelas kecil yang berisikan wine.
Gavin meminumnya sekali teguk. Lalu menuangnya lagi dari botol besar itu. Kepalanya mulai berkunang-kunang. Ia bangkit seraya tertawa sendiri.
"ALINA!" Teriakan Gavin menggema seluruh rumah megah itu. Alina Yeng sedang masak makan malam terkejut, tadi padahal Gavin masih mandi, sekarang lihatlah? Perut sixpack lelaki itu terpampang jelas di mata Alina.
"Ya Allah! Sekarang mata aku juga nggak perawan setelah bibir aku kamu ambil keperawanannya!" Ujar Alina sambil menutup mata.
"Kamu mabuk?" Tanya Alina hati-hati. Masih menutup mata. Gavin tersenyum sendiri seperti orang gangguan jiwa. Wajah lelaki itu memerah.
"Pakek baju, Gavin! Nanti masuk angin!" Kata Alina panik. Gavin mendekat membuat gadis itu terkejut bukan main. "Kamu ngerokok juga?!" Tanya Alina berang.
"Jangan marah, Na.... Makin cantik loh.." ujar Gavin dengan suara berat dan serak. Lelaki itu membuka matanya yang berat, lalu tersenyum menggoda.
"Ojo salting to..." Alina semakin tercengang. Belajar dari mana suaminya ini bahas Jawa? Ngerti aja nggak.
"Kamu, jangan gini, Vin, sumpah!" Alina terpaku saat Gavin menggendongnya ke kamar dengan enteng tanpa beban. "Vin! Lepasin! Aku belum masak!" Alina memberontak dari gendongan Gavin, tapi lelaki itu tak peduli. Alina dari bawah melihat lelaki itu terpaku sempurna, tubuhnya seperti di hipnotis tak bisa melawan sedikitpun. Terpana paras suaminya.
Alina ia rebahkan di kasur, Gavin tiba-tiba jatuh diatasnya, mata mereka saling bertemu membuat jantung keduanya tak aman. Canggung? Tentu!
Gavin tersenyum lembut, mengelus sisi-sisi pahatan wajah istrinya yang memang sempurna. Terakhir, elusan itu berhenti di Bibir Pink Alina.
"Ini, semanis rokok, bahkan lebih manis dari permen, ini.. favorit aku," Gavin mengelus Bibir Alina dengan perlahan berulang kali membuat perut gadis itu mulas secara langsung.
Alina terbelelak ketika Gavin mengambil ciuman singkat di keningnya. Lalu bangkit dan menuju kamar mandi memakai baju. "Vin?" Panggil Alina.
"Kenapa Sayang? Hm?" Suara lelaki itu seperti masih menggodanya. Mungkin masih setengah sadar.
"Nggak apa-apa kok," Gavin tersenyum, mendekat kearah Alina kemudian sejurus bayangan mencium bibir Alina sekilas.
"Udah aku cium tuh,"
"Frontal! Nggak usah terlalu peka jadi suami! Aish!" Alina berlari malu menuju dapur lagi dengan pipi yang memerah, membuat Gavin tertawa tingkah istri kecilnya.
"OJO SALTING TOOOOO!" Gavin berteriak menggoda istrinya yang kepalang malu.
"Sialan! Malu gue! Dan kenapa Gavin bisa sepeka itu? Dasar! Harusnya pura-pura nggak tau aja, anjirlah!" Alina merutuki dirinya. Sungguh malu luar biasa ia sekarang. Mulai sekarang pasti perutnya akan terasa lebih mulas jika berdekatan dengan Gavindra Dirgantara.
"Ina! Ayok bobok!"
"TIDUR SENDIRI! KAMU AKU ISOLASI KARENA BIKIN PERUTKU NGEBLET E'EK!"
***
Bonus foto anakku.💙😭💅🏻😎
See you next part!💐💃🏻Aku target 300 komen dan 300 vote lanjut😽🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVINDRA
Teen FictionAlina, gadis itu dibuat bingung dengan tingkah Gavin. Lelaki yang kata orang-orang, laki-laki badboy, bengis, kejam dan kasar, tapi tidak kata Alina, kata Alina, Gavin adalah lelaki manja, cengeng dan posesif sekali. Lelaki dingin itu, bahkan bisa g...