"Vin," panggil Dean.
"Napa?" Sahut Gavin. Suara lelaki itu berubah dingin dan wajahnya datar seperti biasa.
"Rafa, salah satu anggota kita meninggal, dibunuh orang misterius, pakek topeng kelinci, inisial G. Lidahnya si Rafa bahkan ada di genggaman tangannya sendiri, kakinya dipotong jadi beberapa bagian pakai gergaji mesin kayaknya, terus, tangannya juga dipatahin sama si G." Dean menjelaskan sambil sedikit menghela napas berat.
"Kukunya dikelupas paksa pas ditemuin di depan rumah si korban. Rafa meninggalnya tragis, Vin. Badannya dimasukin karung dengan keadaan kepala juga kepisah dari badan, tapi semua badan lengkap." Jelas Arga menyambungkan. Gavin terdiam. Ia tersenyum smirk samar. Tidak ada yang menyadarinya kecuali Arga.
"Terus?" Gavin bertanya seperti itu membuat Bara mengernyit heran.
"Itu anggota kita woy! Lo kok santai banget?!" Bara memekik heboh. Gavin meliriknya dingin.
"Soalnya, Rafa ngelakuin kesalahan fatal," ucapan lelaki itu barusan membuat Inti Zergios mematung.
***
'telah ditemukan sesosok mayat korban mutilasi seorang psikopat yang diduga berinisial 'G'. Psikopat bertopeng kelinci yang menyerang korban bernama Rafa Syahputra karena diduga memiliki dendam pribadi." Suara seorang reporter terdengar di televisi. Alina menonton itu dengan seksama.
Gavin melihatnya dari belakang. 'Jangan sampe ketauan,'
Gavin mengendap-endap menuju ke kamar, Alina sama sekali tidak menyadari kehadiran Gavin disana. Ia terlalu fokus menonton kabar Rafa Syahputra. Yang ia tau kemarin datang di acara pernikahannya bersama 4 ini Zergios. Sekarang, manusia bertopeng kelinci itu membunuhnya dengan cara tidak manusiawi.
Terlihat di televisi banyak yang berduka akan kematian Rafa yang ditemukan di depan rumah keluarga korban.
"Anak saya, ANAK SAYA NGGAK BISA DIMANDIKAN JASADNYA!" Alina berkaca-kaca. Ibu Rafa berteriak histeris sembari memeluk karung yang berisi puzzle tubuh Rafa.
"Topeng kelinci sedang dalam pencarian polisi," terdengar lagi si Reporter itu bicara kembali. Alina penasaran, bagaimana bisa keluarga korban tau jika Rafa dibunuh topeng kelinci? Padahal mereka menemukannya tiba-tiba di depan rumah dalam bentuk potongan tubuh itu bentuk karung.
"Cari Google," Alina mengambil handphonenya dan menyerikkan sesuatu disana.
"Oh! Dikasih surat di dalem karungnya, ck! Serem banget sih! Dasar manusia rabbit Siwalan!" Alina mengangguk ngerti dengan mulut komat-kamit. Ia turut berduka cita atas kematian Rafa. Pasti Gavin saat ini telah disana, secara Gavin itu ketuanya bukan?
Gavin keluar dari kamar atas dengan baju santai, masih mengendap-endap. Alina sama sekali tidak menyadari kehadirannya dari tadi.
Ia pergi keluar rumah dengan membawa plastik berisi seragam sekolahnya.
"Darahnya harus dihilangin," gumam Gavin sedikit panik, takut jika Alina mengetahui seragamnya yang berlumuran darah.
"Intinya, gue bakalan simpen rahasia ini, sendirian." Gumamnya.
Gavin mengeluarkan belati kesayangannya yang penuh bercak darah seseorang. Ketajamannya tidak lagi setajam dulu setelah dicoba.
"CK! Kotor deh! Nggak tajem lagi!" Decaknya kesal.
***
Bara dan Langit akan menuju kerumah Rafa untuk berduka cita atas kematian anggotanya itu. Bara nebeng Langit karena motornya disita Maminya. Anak Mami emang.
"Pelan-pelan! Awas aja ko ngajak gue cepet ketemu tuhan!" Ujar Bara was-was. Langit ini suka sekali mengajak Bara menjadi teman sehidup semati jika naik motor.
"Iya-iya! Diem Napa sih?!" Ujar Langit kesal, namun sedetik kemudian senyum jahat terbit di bibirnya.
"Pelan-pelan, Lang!" Teriak Bara padahal belum jalan motornya.
"Urung mlaku, goblok!" Semprot langit kesal. Dipikir suara Bara sebagus itu apa?!
Belum jalan, bodoh!
"Oiya-ya,"
Langit mulai menjalankan motornya dengan kecepatan sedang, sejauh ini masih aman. Lalu motor itu tiba-tiba berhenti.
"Lah-lah?! Berhenti! Demi Viona gue sekarang curiga sama Lo, sumpah!" Bar memekik tertahan.
"Kayaknya mogok," ujar Langit mendalami perannya sambil menahan tawa.
"Lah? Kok bisa? Kere banget sih Lo, bensin aja nggak ngisi!" Ujar Bara sinis. Ia dan Langit masih berada di atas motor, Bara memukul bagian belakang motor Langit. Otomatis pegangan tangannya pada jaket Langit terlepas.
"ALLAHUAKBAR! TAKBIR YA ALLAH! LANGIT TOLOL! GUE MAU KEJENGKANG ANJING!" Teriak Bara histeris yang langsung memegang perut Langit kerena lelaki itu mengendarai motor dengan ugal-ugalan dan kencang sekali.
Kecepatan motor yang dikendarai Langit diatas kecepatan rata-rata.
"Sumpah! Kalo nyampe gue mau bunuh Lo Lang! Allahuakbar!" Teriak Bara lagi. Langit hanya menikmati sambil tertawa keras.
"Nyampe!" Ujar Langit girang. Bara ngos-ngosan. Syok yang dirasakan oleh Bara sangat menular ke motornya. Motor Langit bahkan Sampek ngong-ngong.
Keringat dingin tak berhenti mengucur dari dahi Bara. "BOKONG GUE TERBANG TADI JIR!" Ujar Bara mengamuk.
"Yaudah sih, penting lo nggak terbang,"
Benar kata orang.
Kasih jangan keterlaluan:)
Eh, yang bener! Oke, kali ini beneran!
Kita suka kencang dan ugal-ugalan ketika menyetir, tapi giliran disetir ketar-ketir tak karuan.
Contohnya Bara.
Sering ikut balapan dan balapan dengan Joshua, Anggota inti Regator Gang yang paling dibencinya.
"Gitu aja takut! Gue nih! Senggol dong!" Ujar Langit bangga, menepuk dadanya bangga.
"Sarap, Lo njing!" Bara mendesis sinis, bombastis side eye.
***
See you later💐
Next gak?!
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVINDRA
Teen FictionAlina, gadis itu dibuat bingung dengan tingkah Gavin. Lelaki yang kata orang-orang, laki-laki badboy, bengis, kejam dan kasar, tapi tidak kata Alina, kata Alina, Gavin adalah lelaki manja, cengeng dan posesif sekali. Lelaki dingin itu, bahkan bisa g...