“pecundang akan tetap jadi pecundang. Dia enggak akan pernah berani untuk melangkah ngeraih apa yang diinginkannya.”
Happy reading!
____________________________
Sudah empat jam pelajaran telah berlalu, kini para siswa dan siswi sudah berkumpul di kantin untuk istirahat. Kaylana yang sedari tadi memperhatikan Sabilal, segera bangkit dari kursinya kala melihat Sabilal yang hendak melangkah pergi dari kelas.
"Sabilal!" seru Kaylana, menyamakan langkah kakinya dengan Sabilal. Gadis itu segera menerbitkan senyuman tipisnya melihat Sabilal yang berhenti dan berbalik ke arahnya.
"Kamu mau ke kantin, kan? Mau bareng sama aku? Sekalian aku mau traktir kamu, karena kemarin kamu bantuin aku pas eksperimen kimia itu. Mau, kan?" tanya Kaylana, penuh harapan.
Sabilal hanya mengangguk saja dan kembali melanjutkan langkahnya ke arah kantin sekolah. Kaylana yang mendapat persetujuan Sabilal, bersorak kecil.
Gadis itu berlari kecil, menyamakan langkah kaki Sabilal. Diam-diam Kaylana menerbitkan senyuman manisnya, sudah lama sekali ia tidak berinteraksi dengan Sabilal. Dan kali ini akhirnya ia berhasil pergi ke kantin bersama Sabilal, persis seperti yang ia harapkan.
"Kita udah lama ya, enggak seperti ini, Lal? Maksud aku... Terakhir kita interaksi tuh lewat chat, karena kita yang beda sekolah. Tapi aku senang deh! Akhirnya kita satu sekolah lagi," ungkap Kaylana, memecahkan keheningan diantara mereka berdua.
Gadis itu sedikit melirik kearah Sabilal, ia dapat melihat senyuman tipis dari pemuda itu. Senyuman Sabilal tetap sama, tidak pernah berubah. Dan senyuman Sabilal selalu bisa membuat degup jantung Kaylana berdetak lebih cepat dari biasanya.
Sabilal mengalihkan atensinya kearah Kaylana, "berarti kamu berharap kita satu sekolah lagi, sewaktu kamu smp? Aku kira kamu kelihatan senang aja walau satu sekolah sama Hael aja," balas Sabilal.
Kaylana menggeleng dengan cepat, gadis itu memberhentikan langkahnya hingga Sabilal pun ikut berhenti melangkah. "Enggak! Kata siapa aku kelihatan senang-senang aja satu sekolah cuman sama Hael? Aku malah lebih senang kalau satu sekolah sama kamu, Lal!" seru Kaylana, dengan yakin.
Sabilal tertawa kecil dan tanpa sadar mengacak pelan surai kecoklatan milik Kaylana, ia sedikit menyamakan tinggi gadis itu dengan tatapan tertuju pada binar bahagia dikedua netra milik Kaylana.
"Kalau Hael dengar omongan kamu, nanti kalian berdua bakal ribut lagi. Sebaiknya pelanin suara kamu, takutnya dia bakal tahu dari mata-matanya," ucap Sabilal pada Kaylana, dengan tepukan pelan di pucuk kepala gadis itu.
Kaylana mengedipkan matanya dengan napasnya yang tertahan. Ia mengalihkan pandangannya berusaha mengontrol degup jantungnya yang menggila hanya karena sikap manis sesaat dari Sabilal. Dirinya kembali melirik kearah Sabilal yang sudah kembali ke posisi semula, hingga Kaylana bisa sedikit tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped In The Friendzone
FanfictionKaylana telah lama menyimpan perasaan cinta yang mendalam pada Sabilal, teman dekatnya sejak lama. Namun, Sabilal tidak pernah memberikan tanda-tanda bahwa ia membalas perasaan Kaylana. Dalam kebimbangan dan ketidakpastian, Kaylana harus berjuang un...