Happy reading!
___________________________
Kaylana dan Sabilal kini tengah berjalan bersama menuju kearah kantin, sedari tadi Kaylana berusaha mengontrol dirinya yang terasa ingin berteriak detik ini juga. Namun kembali ke prinsip Kaylana, ia harus stay cool walau sering ngereog juga.
Kaylana memilih melantunkan melodi dengan pelan, upaya untuk menetralkan perasaannya.
"Kamu daritadi aku dengar nyanyiin lagunya Niki, kamu sesuka itu sama lagu Take A Chance With Me?" tanya Sabilal menyadari lantunan melodi yang keluar dari bibir Kaylana.
Kaylana melirik sedikit kearah Sabilal dan menganggukan kepalanya, "aku suka sama lagu itu. Karena lagunya benar-benar ngegambarin seseorang, dan aku simpan dia di lagu itu." Balas Kaylana.
Langkah Sabilal terhenti, ia mengangkat sebelah alisnya, menatap kedua manik sekelam malam milik Kaylana. "Kamu simpan seseorang di lagu itu, dan karena itu juga kamu jadi suka lagunya?" tanya Sabilal
"Eum ... Tentu aja bukan begitu, Lal. Aku udah dari lama suka lagu itu, namun karena aku ngerasa lagunya ngegambarin dia, jadi aku ngerasa lagu itu buat dia." Jelas Kaylana, ia tertawa kecil melihat raut wajah bingung Sabilal.
Pemuda tersebut mengangguk mengerti, ia berdeham pelan. "Berarti dia orang yang beruntung, bisa buat kamu lupain Andrei dan bisa buat kamu ngerasain butterfly era lagi."
Ungkap Sabilal"Kenapa harus beruntung? Andrei udah bagian dari masa lalu dan dia udah jadi pembelajaran untuk aku. Dan tentunya orang itu tahu ... Tapi dia pura-pura enggak tahu mengenai itu, dan aku akui kalau aku yang beruntung kenal sama dia." Ucap Kaylana memandang dalam manik jelaga Sabilal.
Sabilal tertegun mendapati tatapan Kaylana padanya, ia mengalihkan pandangannya merasa atmosfer sekeliling mereka mulai berubah.
"Ayo ke kantin." Ajak Sabilal, kemudian melangkah terlebih dahulu memasuki kantin yang gaduh dan ramai.
Kaylana mengekori Sabilal, ia menghembuskan napas lelah. Selalu seperti ini, Sabilal akan dengan mudah mengubah topik jika ia kembali membahas perasaannya.
Kaylana yang tak memperhatikan jalan di depannya, tanpa sadar menabrak punggung tegap Sabilal, membuat gadis itu meringis pelan dan segera mengusap-usap keningnya.
"Kamu kalau mau berhenti itu bilang-bilang dong, Lal. Aku jadi nabrak punggung kamu," tukas Kaylana kesal.
Sabilal tak menjawab kekesalan Kaylana, pemuda tersebut tanpa aba-aba menarik pergelangan tangan Kaylana dan menariknya ke meja yang berada di tengah-tengah kantin.
Kaylana tentu saja tersentak kaget, namun tetap mengikuti langkah kaki Sabilal membawanya. Diam-diam ia menerbitkan senyuman tipis disaat melihat kearah bawah, dimana tangan Sabilal yang menarik pergelangan tangannya.
"Kita duduk di sini," ujar Sabilal ketika mereka telah sampai di meja yang berada di tengah-tengah kantin. "Kamu enggak masalah kita duduk di sini kan, Ayla?" tanya Sabilal memastikan.
"Aku enggak masalah, yang penting kita bisa dapat tempat duduk aja, itu udah bagus." Tukas Kaylana, menunduk melihat tangan Sabilal yang belum melepaskan tangannya.
Sabilal mengikuti arah pandang Kaylana, ia yang sadar jika masih menggenggam pergelangan tangan Kaylana segera melepaskannya.
Sabilal mengalihkan pandangannya, "aku yang pesanin makanan untuk kita. Kamu mau pesan apa?" tanya Sabilal
"Aku mau mie ayam aja deh, kelihatannya enak! Sebentar aku ambil dulu uangku." Balas Kaylana merongoh sakunya.
"Enggak usah, aku hari ini traktir kamu. Kamu duduk aja dan tunggu pesanan kita sampai, oke?" sela Sabilal, kemudian melangkah pergi ketempat mie ayam berada.
Kaylana menatap punggung Sabilal yang menjauh, rasanya ini tidak seperti biasanya. Sikap Sabilal hari ini terkesan sedikit manis, setelah Kaylana memergoki Sabilal dan Hael yang tengah berbincang.
Sebenarnya apa yang Hael sama Sabilal omongin di kelas tadi? Kenapa sikap Sabilal jadi sedikit berubah, begini? Batin Kaylana bertanya-tanya.
Sepuluh menit berlalu, Sabilal datang membawa dua mangkuk mie ayam kearah meja mereka. Pemuda tersebut meletakkan mangkuk milik Kaylana terlebih dahulu, setelahnya ia mendudukan dirinya di hadapan Kaylana.
"Makasih, Bilal! Kamu memang yang terbaik deh kalau soal ini." Seru Kaylana bersemangat, jemarinya terulur mencubit pelan sebelah pipi Sabilal.
Sabilal tertegun dengan maniknya menatap netra berbinar milik Kaylana. Perlakuan seperti ini seakan mengingatkannya tentang bagaimana kedekatan mereka berdua dahulu sewaktu sekolah dasar. Kaylana kecil yang selalu mencubit pipinya, hanya untuk membuatnya kesal.
Kaylana yang sadar akan sikapnya, menarik jemarinya yang mencubit pipi Sabilal. "Maaf aku enggak bermaksud cubit pipi kamu, aku ... Aku cuman reflek ngelakuin itu." Ucap Kaylana gelisah, melihat Sabilal yang masih diam.
"Sakit..." gumam Sabilal pelan, mengelus pipi kirinya yang menjadi bekas cubitan Kaylana.
Kaylana yang menyadari gerak bibir Sabilal mengucapkan kata sakit, semakin gelisah. Gadis itu beranjak dari mejanya, berjalan kearah penjual es dan meminta sedikit es untuk mengompres pipi Sabilal.
Tak lama Kaylana kembali membawa potongan es yang dibalut sapu tangan miliknya, gadis itu mengulurkan sapu tangan berisi sepotong es tersebut pada Sabilal.
"Kompres pipi kamu pakai itu, aku sekali lagi benar-benar minta maaf, Lal. Aku reflek ngelakuin itu," ujar Kaylana merasa bersalah.
Sabilal menatap lamat sapu tangan milik Kaylana, ia berusaha untuk tidak tertawa sekarang melihat raut wajah Kaylana. Pemuda tersebut kemudian meraih sapu tangan milik Kaylana, mengompres pipinya yang sebenarnya tidak sakit itu dengan kompresan yang Kaylana berikan.
Lucu, kamu benar-benar kelihatan panik kalau aku kesakitan ya, Ayla? Persis ketika kamu ngelihat aku jatuh waktu kecil. Pikir Sabilal memandang geli Kaylana yang tengah menundukkan kepalanya.
Sabilal pada akhirnya melepaskan tawanya, ia tertawa kecil melihat Kaylana. Sapu tangan Kaylana kini ia simpan di samping tempat dirinya duduk.
"Aku bercanda, ini enggak sakit! Cubitan kamu pelan," sahut Sabilal.
Kaylana mengangkat pandangannya, netranya menangkap pemandangan dimana Sabilal yang tengah tersenyum padanya.
"Tapi aku izin simpan sapu tangannya sampai kita selesai cari buku novel, kamu enggak akan nolak itu kan, Ayla?" tanya Sabilal memastikan, meski ada sedikit nada ancaman yang terkesan bermain-main.
Kaylana mengangguk dengan patuh. Mendapat respon setuju dari Kaylana, Sabilal menunjuk mie ayam milik Kaylana.
"Makan, sebelum mienya mengembang." Ujar Sabilal mulai memakan mie ayam miliknya.
Kaylana kembali menganggukan kepalanya, ia mulai memakan mie ayam miliknya dengan tenang, seakan menikmati waktunya.
Sabilal diam-diam tersenyum tipis mendapati Kaylana yang lahap dengan mie ayamnya. Makannya lahap banget, sampai pipinya mengembung. Pikir Sabilal, menatap Kaylana yang fokus memakan makanannya.
___________________________
Waduhh-waduh chapter ini full Kaylana-Sabilal nih. Lucu banget ya, dua prenjon ini, upss.
Udah dulu dehh, see you di next chapter sayangku.
____________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped In The Friendzone
FanfictionKaylana telah lama menyimpan perasaan cinta yang mendalam pada Sabilal, teman dekatnya sejak lama. Namun, Sabilal tidak pernah memberikan tanda-tanda bahwa ia membalas perasaan Kaylana. Dalam kebimbangan dan ketidakpastian, Kaylana harus berjuang un...