- 21. MINTA MAAF

18 2 0
                                    

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading!

____________________________

Kaylana sudah kembali ke rumahnya tepat jam tiga sore, gadis itu merebahkan tubuhnya yang terasa lelah ke ranjang miliknya. Matanya terpejam erat memikirkan perbincangan dirinya dan Amoura.

"Enggak mungkin, kalau Hael suka sama orang kayak aku," gumamnya pelan.

Ia menghembuskan napasnya secara perlahan dengan tangannya memijat pangkal hidungnya. "Kalau iya begitu, secara enggak langsung aku lukain perasaan Hael?" kata Kaylana.

Tok tok tok

Ketukan dari luar pintu kamarnya membuat Kaylana tersadar dari pemikirannya, ia beranjak bangun untuk melihat siapa yang mengetuk pintu.

"Kenapa, Ibun?" tanya Kaylana mendapati sang ibunda berada di depan pintu kamarnya.

Netra perempuan setengah baya itu memandang Kaylana sendu, ia mengulurkan tangannya untuk mengelus surai kecokelatan putri sulungnya tersebut.

"Kakak sakit karena apa yang Ibun omongin? Wajah kakak juga pucat sekali, mau ibun buatkan bubur?" tawar Ibunda hangat, tangannya tak berhenti mengelus lembut surai rambut Kaylana.

Kaylana menggeleng perlahan, menerbitkan senyuman tipisnya. "Enggak perlu, Ibun. Kakak sakit karena kecapekan aja, kok. Bukan sama omongan Ibun," jawab Kaylana meyakinkan sang Ibunda.

"Kalau begitu jangan terlalu forsir diri kamu sendiri, nanti kamu drop seperti ini lagi. Ibun enggak mau melihat anak ibun sakit begini," nasehat Ibun pada Kaylana. Gadis itu mengangguk perlahan akan nasehat Ibunda-nya.

"Kamu turun bentar, gih. Ada teman kamu yang nungguin kamu, katanya mau ngecek keadaan kamu." Ungkap Ibun menatap Kaylana yang mengkerutkan keningnya. "Bukan Hael atau Amoura, katanya dia teman sd kamu," lanjut ibun menjelaskan.

Kaylana yang tahu siapa teman yang dimaksud sang ibunda hanya mengangguk pelan, "bentar lagi aku ke bawah. Aku mau cuci muka dulu sebentar," ucap Kaylana  kemudian bergegas pergi kearah kamar mandi untuk mencuci wajahnya.

Tak lama Kaylana melangkah turun ke bawah, langkahnya terhenti di tiga anak tangga terakhir menatap kearah teman yang dimaksud oleh ibunda-nya. Di sana, lebih tepatnya di ruang tamu, Sabilal tengah berbincang kecil dengan Wina, ibunda Kaylana.

Ia sedikit mengepalkan tangannya, rasa lelah yang menumpuk di dalam dirinya, entah mengapa membuat Kaylana merasa muak sesaat melihat wajah Sabilal. Namun sebisa mungkin Kaylana menepis perasaan muak tersebut.

"Kaylana sudah turun? Sini temani Bilal, Ibun mau mengambil cemilan sama minum lebih dahulu." Celetukan dari Wina membuat Kaylana berjalan mendekat.

Kaylana sekilas dapat melihat binar cerah dari netra legam Sabilal, walau hanya sesaat saja. Seakan pemuda tersebut merasa senang akan kehadiran Kaylana.

"Nah, kalau begini Ibun ke dapur dahulu, kamu ajak ngobrol temanmu ini, oke?" ucap Wina pada Kaylana, kemudian melangkah kearah dapur, meninggalkan Kaylana berdua saja dengan Sabilal.

"Kenapa kamu kesini? Bukannya kamu lagi ada urusan?" tanya Kaylana sedikit ketus. Ia mendudukan dirinya di single sofa yang jauh dari posisi Sabilal duduk.

"Maaf, Ayla. Aku enggak bermaksud buat kamu nunggu dan berakhir diantar pulang sama Amoura, aku lagi ada urusan penting sama Caliza," ungkap Sabilal menatap lekat netra kelam Kaylana.

Kaylana sedikit memiringkan kepalanya, "buat apa kamu minta maaf dan jelasin hal ini ke aku, Lal? Lagian aku maklum aja, kok. Urusan kamu itu tentunya pasti lebih penting 'kan?" Jawab Kaylan pelan.

Meskipun Kaylana mengatakan tidak masalah, namun jelas di hati Kaylana berbanding terbalik dari hal itu. Ia jelas tahu urusan penting apa yang pemuda tersebut bincangkan dengan Caliza.

"Kamu bisa balik sekarang, Lal. Aku udah ngerasa lebih baik dan aku mau ucapin makasih karena kamu udah jaga aku di uks tadi," ungkap Kaylana yang secara tak langsung mengusir Sabilal dari rumahnya.

Kaylana beranjak dari sofa hendak meninggalkan Sabilal, namun belum sempat Kaylana  melangkah pergi tangan hangat pemuda tersebut mencekal pergelangan tangannya.

"Aku jelas tahu kalau kamu lagi marah sama aku, Ayla. Maaf, sekali lagi aku minta maaf sama kamu, maaf juga karena aku enggak ngabarin lebih dulu." Kata Sabilal menatap dalam wajah Kaylana yang berpaling darinya. "Maaf, sekali lagi maafin aku," sesal Sabilal.

"Eh, kenapa ini?" suara hangat Wina membuat Kaylana melepaskan cekalan Sabilal darinya. Gadis itu kembali mendudukan dirinya di sofa tanpa melihat kearah Sabilal.

"Bukan apa-apa, Ibun." Balas Kaylana menolah kearah Wina dengan senyuman tipisnya yang terbingkai di wajahnya, sebagai balasan Wina hanya mengangguk kecil.

"Nak Bilal, ini tante bawain brownis kukus buatan tante, cobain gih." Tawar Wina hangat, wanita setengah baya tersebut meletakan sepiring brownis dan susu cokelat hangat di hadapan Sabilal. "Minumannya susu cokelat tidak apa?" tanya Wina.

"Enggak papa, Tan. Susu cokelat emang pas buat brownis kukus," balas Sabilal disertai senyumannya.

"Syukurlah. Kakak kenapa diem aja daritadi? Ajak ngobrol atuh Sabilalnya," pungkas Wina kepada putri sulungnya.

Ia juga sedikit melirik kearah Sabilal yang tampak merasa gelisah karena diamnya Kaylana, Wina memberikan usapan lembut di pucuk kepala putri sulungnya tersebut.

"Diemin orang itu enggak baik, Kak. Terlebih Sabilal sudah jauh-jauh ke rumah cuman mau ngecek keadaan kamu, kalau ada masalah itu diselesaikan, jangan dibiarin gitu aja." Bisik lembut Wina kepada Kaylana, yang hanya terdengar oleh putrinya saja.

Wina kembali menatap hangat Sabilal, "kamu bisa ngobrol sama Kaylana. Tante pergi ke dapur dulu untuk masak," ungkap Wina setelahnya kembali melangkah pergi meninggalkan kedua pemuda-pemudi tersebut.

"Ayla..." panggil Sabilal yang mulai merasa putus asa karena Kaylana yang hanya diam tanpa mau melirik kearahnya. "Aku minta maaf, aku tahu aku salah," pemuda tersebut kembali meminta maaf yang kini intonasi suaranya terdengar memohon.

"Enggak perlu, kamu enggak salah. Aku cuman sensitif aja kalau lagi enggak badan begini, apalagi kamu bilang kalau kamu punya urusan lebih penting," jawab Kaylana menatap kearah netra legam milik Sabilal.

Apalagi aku cuman teman kamu, seharusnya aku enggak perlu marah karena hal ini. Batin Kaylana, seolah mengingatkan dirinya sendiri.

"Ayla, kenapa kamu harus minta maaf? Aku yang salah di sini karena enggak ngasih kabar ke kamu lebih dulu," ujar Sabilal merasa tak enak.

Gadis itu menggeleng perlahan, "kamu enggak salah. Mungkin aja kamu enggak sempat ngabarin, lagian aku udah di rumah ini, enggak perlu ngerasa bersalah ke aku, Lal." Kata Kaylana pelan.

"Sekarang kamu balik, iya? Istirahat. Aku udah mendingan sekarang, makasih banyak udah khawatir dan relain datang ke rumah aku yang notabenenya jauh dari rumah kamu," ujar Kaylana lembut disertai senyumannya. "Aku juga perlu istirahat biar besok bisa masuk, jadi pulang, iya?" pinta Kaylana pelan.

Pemuda dengan netra jelaga tersebut hanya bisa mengangguk patuh, dengan tak rela ia beranjak bangun dari sofa menatap intens wajah Kaylana.

"Aku mau pamit dulu sama ibun kamu, boleh? Aku juga mau bilang makasih buat brownis sama susu cokelatnya," tanya Sabilal penuh harap.

Kaylana mengangguk pelan, ia beranjak bangun dan berjalan kearah dapur untuk memanggil Wina.

Sabilal menatap sendu punggung kecil Kaylana, perasaan bersalah itu tentunya masih bertengger manis di dadanya, seakan mengingatkan pemuda tersebut akan kesalahannya.

Maaf sekali lagi, Ayla. Aku lagi dan lagi bikin harapan kamu pupus. Batin Sabilal penuh rasa bersalah.

________________________________






Trapped In The FriendzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang