- 08. BERTEMAN

20 2 0
                                    

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading!

_________________________

Kaylana mengerjapkan matanya secara perlahan, netranya berusaha fokus untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Saat netranya berhasil menyesuaikan cahaya, pandangannya langsung terpaku dengan wajah damai Sabilal yang tertidur.

Kaylana segera menegakkan tubuhnya, ada sedikit rona kemerahan menyebar di pipinya. Tangannya pun menyentuh pipinya yang terasa memanas, dan jantungnya yang berdegup dengan kencang.

"Gila, ini benar-benar gila. Gimana bisa dia tidur tenang gitu aja?" gumam Kaylana pelan, takut Sabilal terbangun dari tidurnya.

Kaylana menatap sekeliling kelas yang nampak gaduh, tidak ada seorang guru pun yang masuk, pertanda saat ini sedang jamkos. Ia kembali melirik Sabilal yang masih tertidur pulas, Kaylana menghembuskan napasnya, ketika kembali teringat tentang gadis yang ia temui tadi.

"Jangan kembali terbawa perasaan, Ayla. Kamu harus mikir kalau selama ini enggak ada respon apapun dari Sabilal, bahkan dia selalu ngalihin topik." Gumamnya pelan, Kaylana beranjak dari kursinya dan pergi keluar kelas.

Ia hanya perlu ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, siapa tahu dengan hal itu Kaylana kembali sadar akan kenyataan yang ada tanpa kembali jatuh pada perlakuan Sabilal.

Sesaat sampai di kamar mandi, Kaylana segera membasuh wajahnya di wastafel beberapa kali. Netranya terpaku pada refleksi cermin yang menampilkan bayangannya. Air yang mengalir turun dari wajahnya, tanpa sadar bercampur dengan setetes air mata dari pelupuk matanya. Kaylana menangis.

Tawa lirih keluar dari celah bibirnya, "kamu tuh, mudah banget buat terbawa perasaan, Ayla. Gimana bisa perasaan kamu semakin dalam disaat Sabilal punya kesibukan dengan dunianya sendiri? Dan gimana bisa kamu berharap lebih dari hubungan pertemanan ini?" tanya Kaylana pada dirinya sendiri.

Kaylana menghapus air dari wajahnya kala mendengar bilik kamar mandi terbuka. Ia terpaku beberapa saat kala melihat sosok gadis tadi berdiri di belakangnya dengan senyuman manisnya.

Manis. Pantas Sabilal kelihatan senang sama dia. Batin Kaylana sesaat

"Kaylana, iya? Teman dekatnya Sabilal? Aku benar, bukan?" tanya Caliza pada Kaylana, ia berdiri di samping Kaylana yang masih terdiam.

Caliza menarik napasnya, jika dibandingkan dengan Kaylana jelas ia kalah jauh. "Kenalin nama aku Caliza, aku temannya Sabilal semasa SMP. Aku belum terlalu tahu banyak tentang Sabilal, jadi... Boleh aku berteman sama kamu? Biar aku tahu banyak tentang Sabilal?" Pinta Caliza.

Kaylana menolehkan kepalanya, netranya beradu langsung dengan netra milik Caliza. Ia menyunggingkan senyuman tipis.

"Maaf, Cal. Dibandingkan dengan aku, bukannya kamu lebih tahu Sabilal yang sekarang?" balas Kaylana

"Apa maksud kamu? Jelas kamu yang lebih tahu dia, Kayla. Sabilal dan kamu udah berteman semenjak SD, jelas kamu lebih lama dari aku." Ujar Caliza, dengan alisnya bertaut bingung.

Kaylana membalik tubuhnya hingga tepat menghadap Caliza, gadis tersebut berjalan beberapa langkah dengan netra lurus menatap Chloe.

"Aku baru sadar hari ini, kalau aku enggak terlalu banyak tahu tentang Sabilal yang sekarang. Aku lebih tahu Sabilal semasa kecil, bukan yang sekarang, Cal." Jelas Kaylana pada Caliza.

Caliza mengatupkan bibirnya mendengar penjelasan Kaylana. Ia menatap dalam kedua netra sekelam malam milik Kaylana. Di sana, sudah sangat jelas jika Kaylana seberusaha mungkin menekan kesedihannya, menekan luka yang entah berapa banyak Sabilal berikan.

Sabilal, apa yang udah kamu lakuin ke Kaylana? Bagaimana bisa dia setenang ini ngehadapin hal ini? Batin Caliza

Caliza menurunkan sedikit pandangannya, "kalau begitu... Kamu mau jadi teman aku? Aku bakal senang kalau kamu mau jadi teman aku, Kayla." tanya Caliza ragu-ragu.

Kaylana menarik napasnya, tangannya yang ia sembunyikan di sisi tubuhnya kini terlihat, sesaat ketika ia berbicara dengan Caliza, ada emosi yang melingkupi dirinya. Emosi yang sudah seharusnya hilang dari lama. Kaylana sempat mengepalkan tangannya untuk mengatur emosi tersebut.

"Iyaa, kamu bisa jadi teman aku." Balas Kaylana

Caliza mengangkat pandangannya, senyumannya merekah. "Benar? Aku boleh jadi teman kamu?" tanya  memastikan.

Kaylana mengangguk perlahan. Tanpa sadar Caliza menggenggam tangan Kaylana, membuat ia tersentak beberapa saat. Tindakan Caliza yang tiba-tiba tersebut membuat emosi asing yang ada pada dirinya sedikit menghilang.

"Oh! Kamu mau ke kelas, Kayla? Kayaknya aku udah terlalu lama nahan kamu di sini," tawar Caliza, dengan kekehan canggungnya.

Kaylana hanya mengangguk, kini dirinya sudah ditarik keluar dari kamar mandi oleh Caliza. Tidak ada salahnya Kaylana menjadi teman gadis itu, bukan? Dan tidak ada salahnya ia bisa sedikit mengenal Sabilal semasa SMP dari Caliza.

———————

Sabilal membuka kedua matanya, ia mengerjapkan matanya secara perlahan. Ia melirik ke arah bangku depannya, tempat Kaylana duduk. Ia menegakkan tubuhnya dikala tak melihat eksistensi kehadiran Kaylana di bangkunya, ia menyelusuri seisi kelas yang masih gaduh, namun tidak ia temukan Kaylana.

"Lo nyari Kaylana? Kayaknya sepulas itu lo tidurnya," ungkap Hael dari belakang tubuh Sabilal. Pemuda itu berdiri di hadapan Sabilal dengan senyuman khasnya.

"Kayla kemana? Tadi dia tidur di sini, tapi kenapa sekarang enggak ada? Lo tahu dimana dia?" tanya Sabilal pada Hael.

Hael mengangkat bahunya acuh, "buat apa gue ngasih tahu keberadaan Kaylana, setelah lo permainin perasaan dia? Urus aja cewek lo yang baru datang itu, jangan buat dia dekat sama Kaylana." Balas Hael dengan nada sarkastik.

"Lo kenapa? Kenapa lo harus minta gue buat Caliza enggak dekat sama Kaylana? Lagian hak Caliza buat temenan sama siapapun itu, termasuk Kaylana." Ujar Sabilal tak terima. Ia beranjak dari kursinya hingga berhadapan langsung dengan Hael.

Hael terkekeh sinis, tangan pemuda itu menepuk-nepuk bahu Sabilal pelan. "Gue juga tahu hal itu, Bilal. Tapi demi lindungin perasaan Kaylana, gue enggak akan biarin siapapun yang berpotensi ngelukain dia, bisa dekat atau bahkan temenan sama dia, termasuk lo. Cowok yang enggak bisa berpegang teguh dengan pendiriannya," sindir Hael pada Sabilal.

Sabilal mengepalkan kedua tangannya mendengar sindiran langsung dari Hael. Pemuda tersebut bersiap membalas perkataan Hael, namun panggilan dari Kaylana mengintrupsinya.

"Hael, Sabilal, kalian berdua ngapain?" tanya Kaylana, sesampainya ia di kelas.

Hael mundur beberapa langkah, ia berjalan mendekat kearah Kaylana. "Kita enggak ngapa-ngapain, cuman ngobrol sedikit sebagai teman lama yang enggak ketemu tiga tahun, iya kan, Lal?" tanya Hael dengan pandangannya memberi kode pada Sabilal.

"Iyaa, apa yang dibilang Hael benar, Kayla. Kita cuman ngobrol-ngobrol aja tadi," balas Sabilal, mengangguk pelan.

Kaylana mengerutkan keningnya, ia tak semudah itu dibohongi oleh kedua pemuda itu. Kaylana sangat sadar bahwa ada yang salah dari perbincangan kedua pemuda tersebut.

Kaylana melirik kearah Hael, memperhatikan wajah Hael dengan seksama. Hingga netranya terpaku pada kedua telinga Hael yang memerah. Pertanda jika pemuda tersebut baru saja berbohong padanya.

———————————




Trapped In The FriendzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang