Happy reading!
____________________________
Sabilal memasuki kamar minimalis dengan corak berwarna abu-abu miliknya, netra jelaganya terlihat sayu untuk saat ini, bahkan tubuhnya pun terasa lelah. Ia memberhentikan langkahnya beberapa langkah dari ranjang miliknya, kemudian memilih memutar arah langkahnya kearah meja belajar miliknya.
Pemuda tersebut mendudukan dirinya di kursi, pandangannya terlihat lelah, namun gema suara sang ayah tertanam di benaknya, suara bariton yang berujar dengan tegas mengurungkan niatnya untuk beristirahat.
"Kamu harus bisa ngalahin ego tinggi kamu, Mas. Ayah enggak pernah mengajarkan kamu tentang mengingkari ucapan kamu, jika memang suka, kejar dia, bukan mendorongnya menjauh. Kamu yang ngedorong dia menjauh, yang ada bikin kamu nyesel nantinya."
Decakan kesal keluar dari celah bibir Sabilal, jemarinya bergerak mengurut pangkal hidungnya, pikirannya terus mengulang perkataan ayahnya. Ayahnya tidak salah, namun ego dirinya terlalu tinggi, ia tidak ingin menurunkan egonya, meskipun hati kecilnya tak terima akan sikapnya.
"Gue pun sendiri enggak tahu harus berbuat gimana? Gue yang beri dia harapan, gue juga yang tanpa sadar ngedorong dia menjauh. Lo bodoh banget, Lal," rutukan keluar begitu saja dari Sabilal.
Ia mengacak-acak rambutnya merasa bodoh akan hal ini, berusaha mengambil pelajaran dari pemuda yang pernah mendekati Kaylana, namun ia juga tidak ingin memiliki ciri khas yang sama dengan pemuda itu.
Andra, pemuda yang pernah dekat dengan Kaylana tersebut ingin dijadikan patokan untuknya? Yang benar saja, ia tidak akan mungkin melakukan hal konyol seperti Andra. Lagipula Andra itu definisi pemuda yang Kaylana tak sukai hingga sekarang, jika ia seperti pemuda tersebut, bisa-bisa gadis itu akan menganggapnya lebih bajingan.
Tangannya meraih ponsel miliknya yang tergeletak di meja, menatap nomor seseorang yang menelponnya di malam hari seperti ini. Keningnya berkerut ketika mendapati display name Hael tertera di layar ponselnya.
Tumben? Jangan bilang dia mau ngumpatin gue kayak sebelum-sebelumnya? Malas gue kalau begitu, batin Sabilal memandang jengah ponselnya. Namun ia tetap menggerakan icon berwarna hijau di layar ponselnya, Sabilal hanya jengah, bukan penasaran akan apa yang ingin dibicarakan oleh Hael.
"Hal-" perkataan Sabilal menggantung ketika Hael sudah lebih menyela ucapannya.
"Ke warung Mpok Endah sekarang, ada yang mau gue omongin sama lo. Ini tentang Kaylana," sela Hael dari seberang telepon. Intonasi suara Hael yang terdengar tergesa membuat alis Sabilal bertaut tak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped In The Friendzone
FanficKaylana telah lama menyimpan perasaan cinta yang mendalam pada Sabilal, teman dekatnya sejak lama. Namun, Sabilal tidak pernah memberikan tanda-tanda bahwa ia membalas perasaan Kaylana. Dalam kebimbangan dan ketidakpastian, Kaylana harus berjuang un...