- 09. AJAKAN SABILAL

33 3 0
                                    

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading!

___________________________

Kaylana pada akhirnya memilih mempercayai kebohongan kedua pemuda tersebut. Ia mengarahkan pandangannya ke sekeliling kelas, ia mulai merasa bosan sekarang.
Sabilal dan Hael terlihat bermain game online bersama, seakan mendukung kebohongan mereka berdua.

Kaylana mengetuk-ngetukan jemarinya di meja, sebentar lagi jamkos akan berakhir, namun tidak ada yang membuat Kaylana menghilangkan rasa bosannya.

Ia melirik kearah ponselnya yang menampilkan roomchat dirinya dengan Amoura, teman dekatnya. Kaylana sudah mengetahui kehadiran Amoura disaat ia tertidur tadi, menjelaskan segalanya, termasuk mengumpati Sabilal yang sempat gadis itu ajak kenalan.

"Lana kalau lo bosan, ambil aja novel yang baru gue beli kemarin. Ada di tas gue kalau lo mau bacanya," tukas Hael disela bermainnya.

Kaylana memberikan senyuman tipis, Hael selalu tahu apa yang dapat menghilangkan rasa bosannya.

Kaylana berjalan kearah bangku Hael, "Hael izin buka tasnya, iya. Gue ngambil buku novel yang lo maksud!" ujar Kaylana, meminta izin pada Hael yang dibalas anggukan singkat dari pemuda tersebut.

Kaylana yang mendapat persetujuan Hael segera membuka tas pemuda itu dan mengambil novel yang disebutkan tadi. Matanya berbinar cerah, mendapati novel yang ia cari.

Sabilal diam-diam memperhatikan interaksi kedekatan Hael dan Kaylana. Ia juga melirik ke arah Hael yang terlihat samar-samar menerbitkan senyuman kecil. Kemudian pandangannya teralih pada Kaylana, gadis itu nampak bahagia dengan novel di genggamannya, netra kelamnya terlihat berbinar cerah.

"Bilal, woi! Lo mati, sialan!" seru Hael kesal, mendapati hero yang digunakan Sabilal di game tersebut mati.

Sabilal tersentak dan kembali melanjutkan permainannya. Bisa-bisanya ia malah teralihkan hanya karena melihat senyuman manis Kaylana.

Kaylana hanya melirik sekilas perdebatan kedua pemuda tersebut, memilih untuk kembali membaca novel milik Hael dengan tenang.

Selama beberapa menit Kaylana telah hanyut dalam dunia bacanya, ia tak lagi memperhatikan sekitar bahkan memperhatikan kedua pemuda yang ada di hadapannya.

Sabilal dan Hael yang sudah selesai bermain, kini hanya memainkan ponsel mereka. Tidak adalagi perkacapan diantara keduanya.

Hael menarik napasnya, "Lo tahu kalau Lana suka sama lo udah dari lama?" tanya Hael setelah mereka berdua hanya diam.

Sabilal mengangguk singkat, pemuda itu menyandarkan tubuhnya di bangku, memandang lurus kearah Kaylana yang tengah hanyut di dalam dunianya.

"Kalau lo tahu tentang itu, kenapa lo harus bersikap layaknya lo enggak tahu tentang perasaannya?" tanya Hael sekali lagi. Pemuda itu melirik kearah Sabilal, menanti jawaban yang ia butuhkan.

Sabilal menarik napasnya. "Gue enggak bisa berpikir kalau gue bakal nyakitin dia, Hael. Gue tahu dengan sikap gue yang begini, Kaylana akan naruh harapan di gue. Gue tahu gue salah, tapi gue enggak bisa jadi asing sama dia." Jelas Sabilal, memandang lurus kearah Kaylana.

"Lo egois, dengan sikap lo yang bajingan begini, Kaylana semakin berharap dan harapan itu bakal nyakitin dia kedepannya. Lo sama Andrei sama, cuman beda dicara kalian berdua nyakitin Kaylana." Ungkap Hael dengan intonasi suaranya mengandung kebencian, kala menyebutkan nama Andrei.

Sabilal memejamkan matanya sesaat, kilas balik bagaimana cara Andrei memanfaatkan ketulusan Kaylana mengalir diingatannya. Bagaimana Andrei menyakiti Kaylana, hingga Kaylana tidak memiliki kepercayaan berlebih itu membuatnya sadar.

Benar. Dirinya dan Andrei tentunya sama-sama menyakiti Kaylana, namun dengan cara yang berbeda.

"Setidaknya lo bisa bersikap tegas dan kasih pengertian pada Kaylana, dia juga berhak buat buka hati kalau lo enggak bisa nerima perasaannya. Kaylana enggak pernah memaksa kehendaknya, Lal. Dia lebih menghormati kalau lo bisa bersikap tegas dan enggak memberi harapan lebih ke dia," saran Hael pada Sabilal.

Ia beranjak dari kursinya kemudian pergi berjalan keluar setelah mengusap pelan surai kecokelatan milik Kaylana.

Sabilal merenungkan perkataan dari Hael, ia menghembuskan napasnya. Sabilal beranjak dari duduknya, kemudian melangkahkan kakinya kearah Kaylana yang tengah fokus membaca.

"Kayla... Nanti kamu bisakan temanin aku ke toko buku? Sesuai permintaan aku semalam," tanya Sabilal berada tepat di sisi samping Kaylana.

Kaylana yang semulanya memusatkan perhatiannya pada kepergian Hael segera berbalik memandang Sabilal. Ia mengangguk dengan semangat,  menerbitkan senyumannya hingga matanya sedikit menyipit.

"Tentu aja aku bakal temanin kamu! Gimana mungkin aku lupain permintaan kamu itu?" sahut Kaylana penuh semangat.

Sabilal menganggukan kepalanya, ia melirik kearah jam dinding yang menunjukkan lima belas menit lagi bel pertanda istirahat akan berbunyi.

"Aku mau ajak kamu ke kantin? Kamu mau?" tanya Sabilal memastikan.

Kaylana mengulum senyumannya,  degup jantungnya berdebar kencang mendapat tawaran untuk pergi bersama ke kantin dari Sabilal. Ia mengangguk, "aku mau. Nanti kita ke kantin bareng." Balas Kaylana

Sabilal tersenyum tipis, jemarinya terulur menyelipkan anak rambut Kaylana. "Terima kasih, Ayla." Ungkapnya tulus.

Apa kamu bisa balas perasaan aku, Lal? Tapi kayaknya enggak mungkin, karena kamu sulit untuk aku tebak. Bahkan tentang perasaan kamu aku sama sekali enggak pernah tahu. Batin Kaylana memandang dalam kedua netra jelaga milik Sabilal.

"Yang temenan dekat banget mah, memang selalu gitu, ya? Selalu kelihatan lebih lucu dibanding orang yang pacaran," celetukan dari Amoura membuat kontak mata diantara Sabilal dan Kaylana terputus.

"Halo sayangku, gimana nih? Kamu tentunya bakal ke kantin bareng temenmu yang manis ini, iya, kan?" tanya Amoura antusias, setelah menyingkirkan Sabilal dari sisi Kaylana.

Kaylana melirik kearah Sabilal yang hanya diam memandang Amoura.  Kaylan menerbitkan senyuman canggung, "ah... Aku sebenarnya udah bareng Sabilal. Tapi kalau kamu mau ikut bareng, aku enggak masalah kok. Kamu juga enggak masalahkan,  Bilal?" tanya Kaylana tak enak.

Sebelum Sabilal membalas ucapan Kaylana, Amoura sudah terlebih dahulu menyelanya.

"Enggak! Enggak perlu! Aku tiba-tiba diajak temanku yang lain. Kamu enggak papa kalau mau sama Sabilal, aku bisa sama temenku." Sela Amoura dengan cengiran khasnya.

Kaylana mengerutkan keningnya, merasa aneh akan perubahan keputusan dari Amoura. Namun Kaylana yang ingin bertanya segera dihentikan oleh riuhnya bel tanda istirahat. Amoura memilih keluar terlebih dahulu sebelum ditanya banyak hal oleh gadis bersurai kecokelatan tersebut.

"Amoura aneh hari ini," gumam Kaylana menatap kepergian Amoura.

—————————————

Halooo! Aku update hihihi, gimana sama chapter kali ini? Emang bimbang yah sifat Sabilal ini, untung Kaylana suka. Btw chapter depan bakal banyak momen Aybil (Ayla-bilal) yang sama Hael nanti dulu, yah. Giliran Sabilal nih buat deket sama Kaylana. As a friend, katanya sih.

Udah dulu dehh, see you di chapter Aybil nanti, sayangku. Bye byeee

—————————————


Trapped In The FriendzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang