****
"Masyaallah, cantiknya menantu umi" puji umi Fahila tersenyum dengan tangan memegang ke dua pipi putih wanita di hadapannya.
Alena juga ikut tersenyum ia menatap dirinya di sebuah cermin besar tepat di hadapannya.
Ia terlihat sangat berbeda.
"Yaudah yuk keluar, suami kamu udah nungguin tuh di luar." Alena pun mengangguk patuh seraya tersenyum.
Ceklek
Terdengar suara pintu di buka, dengan cepat ustadz Rifqi pun menoleh kan kepalanya.
Alena memancarkan senyum manisnya membuat ustadz Rifqi terdiam mematung menatap sang istri dari atas hingga bawah.
"Ekhemm." umi Fahila berdehem dengan senyum di bibirnya.
Ustadz Rifqi pun menoleh ke arah sang bunda. terlihat dari tingkah laku dan ekspresi wajahnya yang kini berubah, sang bunda bisa memastikan bahwa putranya ini kini tengah salah tingkah setelah melihat istrinya berbeda.
"Kenapa sih Rif? Istri kamu cantik?" Tanya umi Fahila meledek.
Ustadz Rifqi mengusap wajahnya gusar, "o iya, ini udah hampir jam delapan mending kita berangkat sekarang aja sebelum terlambat" ustadz Rifqi melenggang pergi sesekali ia melepas pecinya lalu menggaruk-garuk kepalanya dan memasang kembali pecinya itu.
Umi Fahila geleng-geleng kepala melihat tingkah laku putranya ini, "kebiasaan selalu lupa salim sama ibunya sendiri!".
Sesampainya di pesantren, pasutri ini mulai turun dari mobil dan melangkah memasuki area pesantren, tentunya mereka di kawal beberapa orang agar tak ada yang main menyelonong.
"Emang bisanya kamu begini ustadz?" Alena menatap wajah tampan sang suami.
Ustadz Rifqi menganggukkan kepala"iya maaf jika kamu tidak nyaman"
"Tidak begitu, ustadz".
Ada seorang santriwati memanggil nama ustadz Rifqi berhasil membuat Lena cemburu.
"Ustadz Rifqi, lopyu!"
"Muach!"
Alena bergedik ngeri melihat tingkah laku para santriwati yang berparas cantik tersebut bisa_bisanya mereka jatuh cinta kepada seorang pria yang sudah beristri.
_
