Tatapannya pun beralih kepada sosok pria yang tengah membaca Al-Qur'an dengan merdu di dekatnya, senyum Alena pun seketika timbul, jantungnya pun kian berdetak kencang.
"Dia kan ustadz Rifqi? bagaimana bisa dia berada di sini bersama ku?", Kening Alena berkerut senyum di b1b1rnya seketika luntur.
Ia pun merubah posisi menjadi duduk"ustadz Rifqi, kan ya?" Alena berhasil membuat ustadz Rifqi berhenti membaca Al-Qur'an dan menoleh ke arahnya.
"Kamu, mengenal saya?" Ustadz Rifqi balik bertanya, Lena dengan segera membalasnya degan anggukan kepala.
"Pernah liat, di sosmed"
Ustadz Rifqi pun mengakhiri membaca Al-Qur'an ia pun meletakkan Al Qur'an tersebut di sebuah meja lalu ia kembali duduk di samping Alena.
"Alhamdulillah, kamu sudah sadar" ustadz Rifqi tersenyum tipis.
"apa yang terjadi? bagaimana bisa saya berada di sini? Apa jangan_jangan ustadz menculik saya?" Alena menatap sekeliling lalu jari telunjuknya menunjuk wajah tampan ustadz Rifqi.
Ustadz Rifqi terkekeh"tidak mungkin saya menculik kamu"
"Lalu?"
"Saya semalam melihat kamu di keroyok dua orang preman sehingga jatuh pingsan. lalu akhirnya, saya bawa kamu ke rumah saya"
"Lalu, ke dua orang preman semalam ke mana?"
"Mereka, sudah kabur"
"Gak bisa di biarin, ustadz!" Alena terlihat kesal.
Kening ustadz Rifqi berkerut.
"Jika mereka di lepaskan begitu aja mereka akan mencari mangsa lain di luar sana. kenapa ustadz ga menelfon polisi aja, sih?" Tanya Alena.
"Afwan, saya sudah sangat panik melihat keadaan kamu. sehingga, saya lupa menelfon polisi" sahut ustadz Rifqi.
"hah, OMG!" Seru Alena memegangi rambut panjangnya.
"Ada, apa?" Tanya ustadz Rifqi. "umi dan Abi saya pasti saat ini sibuk mencari_cari saya ustadz, bagaimana, ini!?" Alena menatap ustadz Rifqi lekat.
"tenang. alamat rumah kamu dimana? biar saya antar kamu, ke rumah!"