Alena melirik suaminya yang terlihat mengusap wajah tampannya gusar mungkin karena dirinya lah suaminya terlihat kesal.
Bukannya merasa bersalah Alena malah menampakkan senyum tak bersalah di wajahnya.
"Coba, di lanjutkan" pinta ustadz Rifqi dan di balas anggukan kepala oleh istrinya.
Sesuai perintah sang suami, Lena melanjutkan membaca Al-Qur'an yang sempat terhenti tadi.
Semakin lama bacaan Alena semakin menjadi-jadi.
Ustadz Rifqi melepas peci di atas kepalanya lalu mengusap rambut hitam tebalnya, model rambut ustadz Rifqi adalah belah tengah.
Lena menatap suaminya itu tanpa berkedip"ini beneran suami, gw?"Tanyanya dalam hati tak percaya.
"u_ustadz ngapain begitu?" Alena tersenyum canggung nada bicaranya saja saat ini tak seperti biasanya.
Gugup, itu lah hal yang saat ini ia rasakan.
Ustadz Rifqi menghentikan gerak tangannya lalu menoleh kan kepala menatap wajah cantik istrinya, "makan!." Pekik ustadz Rifqi lalu memalingkan wajah.
Alena malah tertawa kecil mendengar jawaban dari sang suami, menurutnya seorang ustadz tak bisa bercanda dan selalu serius dalam hal apa pun.
Ternyata ia salah.
"Sudah tertawa nya, hmm?" Tanya ustadz Rifqi membuat Alena gelagapan.
"Jika sudah bisa, kita lanjutkan membaca Al-Qur'an" usul pria tampan tersebut dingin.
Alena manyun, jujur ia mendadak menjadi tak suka dengan sifat dingin suaminya ini.
Saat baru saja hendak membaca Al-Qur'an kembali terdengar bunyi handphone berdering sontak ke duanya menoleh mencari sumber suara tersebut.
Alena pun beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju meja dekat r4nj4ng.
"Angel" gumam Lena lirih menatap layar handphonenya, Angle adalah teman balapan Lena.
Mengapa dia menelfon Alena?
Alena menoleh ke belakang sejenak dan terlihat suaminya masih menatapnya dengan posisi yang sama, yaitu duduk.