Chapter 3

51 23 24
                                    

"Bahkan aku selalu berusaha menjadi manusia baik, agar takdirku selalu baik."

•••

"Sudah kau temukan tuan muda?" yang ditanya mengangguk. Pemuda itu memasuki mansion yang baru-baru ini menjadi miliknya.

Ia sandarkan punggungnya yang terasa lelah pada sandaran sofa panjang, ini adalah hari kedua ia menginjakkan kakinya di kota lama. Kota dengan seribu kenangan buruk namun, tak urung membuatnya benci untuk menapaki kakinya lagi, ia sadar akan takdirnya, takdir baik yang mempertemukan dirinya dengan obat dari segala luka yang selama ini menerjangnya tanpa ampun. 

"Jangan memanggilku tuan, nama saja."

"Tapi-

" Itu perintah Erza!" tak bisa membantah, meski tak enak hati ia tetap mengangguk.

"Artha, tuan besar ingin berbicara denganmu," meski merasa canggung dan sedikit tertekan ia tetap melaksanakan permintaan majikannya itu seraya menyerahkan ponsel genggamnya. 

"Ya?"

"Bagaimana kabarmu nak?"

"Aku baik, pah."

"Syukurlah, ada yang bisa papah bantu tidak?"

"Tidak ada pah."

"Baiklah kalau begitu, bersenang-senanglah disana, jangan paksakan dirimu terlalu keras. Kalau sudah menemukan apa yang kamu cari, cepatlah kembali. Papah membutuhkan mu di sini."

"Iya pah, terimakasih"

Tut~

"Kau bisa istirahat. Biarkan saja aku sendiri."

Erza mengangguk ia segera membawa langkah nya pergi. Beginilah interaksi keduanya, menurut Erza, Artha adalah pemuda dingin dan tak suka dibantah, namun ia jarang sekali menaikkan nada bicaranya, aura baik selalu terpancar dari dalam dirinya. Meski begitu Erza butuh kerja keras untuk menyesuaikan diri sebagai bodyguard khusus tuan muda nya itu.

Sudah 3 tahun lamanya setelah pertemuan mereka, namun tak kunjung membuat keduanya akrab karena perbedaan kekuasaan tentunya.

Erza tahu betul posisinya, ia hanya seorang pekerja di keluarga Artha, meski umur mereka setara namun, setelah 2 tahun belakangan ini Artha sering berkomunikasi dengan Erza di rumahnya, itu tetap tidak membantu menghilangkankan rasa canggung diantara keduanya.

Dan sekarang, ia ditugasi menemani Artha di kota asing, berdua. Menjadikan Erza sebagai orang kepercayaannya satu-satunya dan orang yang paling diandalkan sebagai sumber informasi untuk tuan besarnya mengenai Artha.

Artha termenung menatap lurus ke depan. Yang selama ini mengusik relung hati nya, kini telah ia temukan, entah ini sebuah kebetulan atau memanglah takdir. Meski langkah nya tak kunjung membawa ia ke depan gadis itu.

Ia menghela nafas panjang, mengingat interaksi dua orang yang dahulu sangat ia kenal.

"Tuhan sudah berbaik hati sekali kepadaku."

•••

"Sudah makan ra?" tanya velyn sang mamah. Eyra menggeleng namun fokusnya tak teralihkan dari kanvas yang tengah ia poles itu.

ResetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang