Chapter 37

23 13 25
                                    

Aksa memantau pergerakan seseorang dari layar monitor. Tangannya terkepal kuat melihat sosok yang tertampang jelas disana. Gadis yang dahulu memaksakan pertunangan dengannya ketika ia menduduki kelas 2 SMA. Bara selalu menambah hukuman yang berkali-kali lebih sadis setiap kali Aksa menolak pertunangan itu.

Hanami Kalandra. Aksa tidak pernah tertarik dengannya atau bahkan dengan informasi siapa dia pun, Aksa tak tertarik. Namun sebuah rahasia terungkap ketika Aksa mengetahui siapa peneror yang selama ini menganggu dirinya dan juga Agress. Yah, Aksa mencari tahu tentang Agress yang sempat hilang kabar sebab ketika itu Eyra tampak sendirian kemanapun ia pergi.

Ternyata Agress mendapatkan teror yang membuatnya harus menjauh dulu dari Eyra, terlihat di monitor bahwa Hana tengah merancang sebuah rencana pengepungan dengan seorang pria bertopeng, Aksa belum mendapatkan identitas lengkap Hana dan pria bertopeng itu. 

BRUK!

Aksa terlampau kesal memikirkan apa motif mereka selama ini, Hana mengetahui kejadian malam itu ketika Alan meninggal, bahkan dimana posisi Eyra SMP pun Hana mengetahuinya. Mengapa? Sedangkan Hana dan Aksa saja baru berkenalan ketika mereka SMA. Bukankah itu berarti selama ini Hana selalu berada disekitarnya? Mengetahui semua latar belakangnya dengan baik? Apakah ada seseorang lagi dibalik Hanami Kalandra? Kalandra? Nama belakangnya terdengar familiar di telinga Aksa.

●●●

Ketika Eyra melihat tubuhnya yang tidak sadarkan diri di kamar, Eyra mulai mengingat semua runtutan memori masa lalu yang Eyra lupakan. Eyra mengingatnya, dan Artha.. ternyata adalah Aksa nya yang sudah kembali, rindu itu datang seperti angin senja yang tiba-tiba menyelinap di antara celah kenangan. Tanpa permisi, ia menyusup masuk ke dalam hati, mengisi ruang-ruang yang tadinya tenang dengan kehadiran yang tak kasat mata.

Eyra segera meninggalkan rumahnya, ia berlari sekencang kilat menuju rumah sakit terbesar yang ada di kota Floor. Entahlah, Eyra seakan melihat petunjuk arah  yang mengintrupsi untuk diikuti. Sesampainya disana, Eyra terdiam, ia kelimpungan melihat lorong rumah sakit yang sepi. Petunjuk arah itupun seakan lenyap entah kemana.

"Tuhan.. tunjukan waktu yang sebenarnya, aku merindukan keluargaku.. dan, dia." 

Eyra menumpukkan kedua tangannya seraya memejamkan mata. Dalam keheningan, angin menyentuh jiwa menyamar sebagai pelukan tak terlihat, menghibur tanpa kata-kata, membawa rasa tenang dan damai. Ia adalah pengingat bahwa dalam setiap desau yang lembut, selalu ada ruang untuk merenung, meresapi hidup, dan bersyukur atas keajaiban-keajaiban kecil yang sering kali terlewatkan. Angin yang berhembus lembut adalah semacam rahmat yang mengajarkan kita untuk berhenti sejenak dan merasakan hidup yang terus bergerak, seperti dirinya, tanpa henti namun penuh kelembutan.

"Abang.. ada buket mawar lagi, ini yang ke 100."

"Wah.. Hika sudah pandai menghitung yah," suara itu mengambil alih atensinya, Eyra membuka kembali kedua mata yang ia pejamkan.

Dimana?

"Lagi-lagi bunga ini buatmu, Ra.." Eyra celingukan, mencari sumber suara yang tidak memiliki wujudnya.

"Jagain dulu yah, Ka. Abang mau ke resepsionis."

"siap, bang.."

Cklek~

Eyra membalikkan tubuhnya. Razril baru saja keluar dari ruangan 305.

"Bang Razril.." Eyra tersenyum, Razril terdiam di tempatnya, seketika hatinya berdesir aneh. Razril merasakan sesuatu yang sangat dinantikan seperti dekat dengannya, namun Razril tak tahu apa itu. Eyra berlari hendak memeluk Razril, namun yang ia sentuh hanya angin, Eyra terjatuh. Nafasnya berderu, ketika melihat Razril berjalan menjauh.

Eyra kembali bangkit, ia memasuki ruang inap tempat Razril berasal.

"Kak.. nanti Hika kasih tahu siapa yang selalu ngirim bunga ini ke kakak, bang Razril juga tidak mengetahuinya lho kak, hehehe."

Eyra tersenyum hangat, melihat kehadiran Hika di sisinya. Sedangkan di sofa, Eyra melihat Velyn yang sedang terlelap, ia pun mendekati sang mamah.

"Maafkan aku mah.. Karena pernah membencimu."

●●●

Sore harinya, Hika sedang mengganti air di gelas milik Eyra, tidak akan ada yang memprediksi kapan kakaknya ini akan bangun bukan? Maka dari itu Hika selalu menjadi orang pertama yang siap menyambut, ketika tangannya hendak meletakkan gelas itu, Velyn memanggil.

"Hika," ia terkejut lalu tangannya terpeleset tetesan air, gelas pun terjatuh membuatnya tumpah dan mengenai sedikit lengan Eyra.

Crang~

"Kenapa nak?" Velyn segera mendekat, takut pecahan gelas itu mengenai sang putri kecilnya.

"Mah, maaf.. yah kena tangan kaK Eyra," Hika segera mengambil tisu.

"Iya tidak apa-apa nak, kamu naik ke kursi dulu yah," Hika mengangguk, ia berdiri diatas kursi yang dirapatkan ke brangkar sehingga memudahkannya mengelap lengan Eyra.

Hika terus mengusap-usap lembut pergelangan Eyra, sampai.. pergerakannya sendiri terhenti sebab..

"Mah! Mamah.." Velyn yang baru saja membuang pecahan beling, langsung menghampirinya.

"Kenapa nak?"

"Lihat mah.. lihat," ucap Hika histeris, terlampau senang. Velyn membawa pandangannya mengikuti arahan Hika, jari-jemari Eyra perlahan bergerak namun pasti. Wanita itu segera memanggil sang dokter

●●●.

Gadis itu yang telah terbaring dalam diam selama berbulan-bulan, akhirnya menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Kelopak matanya mulai bergerak, seperti daun yang perlahan-lahan ditiup angin, bergetar lemah sebelum akhirnya terbuka.

Awalnya, pandangannya kabur. Cahaya lampu di atas tempat tidur membuatnya memicingkan mata, seolah-olah dunia yang ia tinggalkan lama kini menjadi asing. Kesadarannya datang perlahan, seperti ombak yang menyapu pantai, satu demi satu gelombang membangunkan ingatannya. Ia menatap satu persatu orang yang sedang mengelilinginya dengan senyuman manis seakan sudah lama menunggu kedatangan gadis itu.

"Peri kecil mamah telah bangun," Velyn menangis seraya memeluk lembut tubuh yang sudah lama tidak mendapatkan kehangatan setulus ini.

Tak jauh dari mereka ada Razril yang sedang memalingkan wajahnya sebab berkaca-kaca, ia sendiri harus menahan dirinya agar tidak kebablasan, Eyra harus pulih dengan baik maka saat itu Razril akan melepaskan segala rindu yang meradang.

Tak lama, pintu terbuka membawa kebahagiaan baru dengan kedatangan Gara juga.. pria yang Eyra sangat nanti-nantikan.

Araksa Rayn.

Next~~

Reset [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang