Chapter 34

23 12 24
                                    

Aula itu terlihat begitu ramai, dengan tamu undangan serta para peserta seleksi olimpiade yang kembali dikumpulkan untuk menyaksikan final penentu yang akan menjadi perwakilan negara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aula itu terlihat begitu ramai, dengan tamu undangan serta para peserta seleksi olimpiade yang kembali dikumpulkan untuk menyaksikan final penentu yang akan menjadi perwakilan negara. Dari 12 peserta hanya tersisa tiga orang yaitu Araksa Rayn, Agress Imanuela dan Yuan Anantama.

"Sepuluh untuk dua soal, dimulai dari sekarang!" 

Suasana menegangkan menyelimuti ruangan, bisik-bisik kekaguman dilontarkan para penonton untuk ketiga pria tampan yang sedang mengerjakan soal, Eyra menatap Eyra SMA yang juga duduk di jajaran kursi penonton. Gadis itu tidak banyak bicara, pandangannya tak pernah lepas dari pergerakan Aksa.

"Sesi selanjutnya 5 menit untuk tiga soal, dimulai dari sekarang!"

Eyra mengingat akhir dari final ini, Aksa menjadi kandidat yang akan mewakilkan negaranya di Olimpiade Tarens. Skor yang diraih Aksa tidak jauh dengan Agress, namun Agress sedikit mengalah agar Aksa dapat memenangkan seleksi itu, dan membuatnya pergi jauh dari negara ini, memberikan kesempatan agar ia bisa leluasa mendekati Eyra.

Awalnya Agress hanya berniat merebut apapun yang menjadi milik Aksa, namun siapa sangka Agress benar-benar jatuh cinta pada Eyra ketika mereka pernah terjebak dalam ruangan yang sama. Membuat Agress ingin terus berada disekitar gadis itu dan menggantikan posisi Aksa yang selalu berhasil membuat Eyra tertawa lepas dan terbuka.

●●●

Hari ke-75 🤍🌹

Bertepatan dengan datangnya mawar putih yang ke 75 dari Araksa Rayn. Tidak ada yang tahu siapa tepatnya pengirim mawar putih itu, sebab Aksa tak pernah memunculkan dirinya lagi setelah mendonorkan darah di malam kecelakaan. Bukan Aksa tidak peduli atau bahkan meninggalkan Eyra begitu saja, ia harus menuntas habiskan siapa dalang dari semua rentetan kejadian yang selama ini merenggut orang-orang berharga dihidupnya, termasuk kecelakaan yang menimpa Eyra, ia harus menangkap mereka.

Aksa mengirim dua bodyguard kepercayaannya untuk terus mengawasi Eyra bahkan Aksa selalu bisa melihat keadaan Eyra dari kejauhan, takutnya orang itu kembali beraksi atau jika datang kabar baik atas kesadaran Eyra, Aksa bisa mengetahuinya lebih dulu ketimbang Agress. Dibalik itu Aksa memberi banyak ruang, agar Razril bisa memperbaiki kesalahannya dan terus berada disisi Eyra seperti saat ini.

"Ra.. apa kau tidak lelah tidur terus? Hem.. lagi-lagi ada yang mengirimimu mawar putih, sepertinya dia penggemar beratmu, Ra. Hahaha kau membuatku iri saja, bukankah kau senang jika aku merasa iri padamu? Maka bangunlah, adikku.."

"Aku janji jika kau segera bangun, aku akan menemanimu kemanapun kau mau, bahkan ke ujung dunia sekalipun," hari-hari Razril kian dipenuhi oleh racauan yang tak pernah terbalaskan. Setiap malam, Razril memutar MP3 milik Eyra, meski teriris berkali-kali setiap mendengarnya, namun itu membuat rasa rindu Razril terobati.

"Ayok kita minum mactha latte bareng lagi.."

Retta semakin mengerti keadaan Razril, ia tidak bisa terus-menerus untuk bersikap egois. Kini sudah waktunya Razril memperbaiki hubungannya dengan Eyra dan keluarga, Retta tak tega jika melihat Razril kembali padanya dan menangis seraya mengeluhkan keadaan Eyra yang tak kunjung memberi kabar baik.

"Asal kau tahu, dik. Aku dulu semangat sekali belajar bukan sekadar ingin menunjukkan bahwa diriku hebat. Aku hanya ingin menjadi contoh yang baik untukmu, menjadi panutan yang akan kau bangga-banggakan pada temanmu, namun aku lupa untuk senantiasa merangkulmu, dan semua itu malah menyiksamu karena sebuah perbandingan, padahal aku tahu, kau selalu bisa melebihi kemampuanku. Maafkan aku, Eyra.."

●●●

Eyra merasa jiwanya kembali tertarik dan berpindah tempat, tiba-tiba seseorang berjalan didepannya, sosok itu memakai hodie kebesaran dengan celana berbahan jeans. Eyra mencoba menyelaraskan langkah mereka.

Gadis itu adalah aku? Ini kejadian kapan? Bukankah di asrama tidak boleh berjalan-jalan di malam hari? Eyra menatap bungkusan yang gadis itu bawa, pertanda ia sehabis dari minimarket.

Jalanan yang mereka lewati semakin sepi dari kerumunan manusia.

Gila nih cewe, berani banget jalan malem-malem, di tempat sepi lagi. sungguh lucu bukan ketika kita mengaggumi diri sendiri.

Di setiap langkahnya, Eyra dapat merasakan jika gadis itu sedang berusaha tidak ketakutan, bahkan ia mempercepat langkahnya, agar segera sampai.

"Uhuk.. uhuk.." seketika jantung kedua Eyra itu berdegup lebih cepat, secara jalanan itu tidak memiliki pencahayaan yang cukup. 

"Ayo pergi," Eyra SMA tetap berjalan, ia melihat beberapa orang berpakaian serba hitam di depannya, Eyra SMA menarik kupluk hoodie untuk menutupi kepala, ia berusaha terlihat berani dan tidak ketakutan, lalu orang-orang tadi melewatinya begitu saja.

"Hufttt," ia menghela nafas lega.

Huh dasarnya mah si penakut. LlKau sih banyak gaya, lewat jalanan sepi kayak gini. Sekarang Eyra malah merutuki dirinya sendiri yang masih remaja itu.

"Uhuk.." suara itu seakan menghentikan langkahnya, Eyra SMA membelalak melihat seseorang tergeletak di depan sana, lantas dengan penuh keberanian ia mendekatinya. Pria itu berusaha bangkit, lalu terjatuh lagi. 

Eyra memperhatikan dirinya sendiri yang selalu memiliki simpati besar, kemudian membantu pria tadi.

"Apa kau baik-baik saja?" Eyra SMA mencoba membantunya berdiri, namun tangannya ditepis.

"Aku bisa sendiri," Eyra seperti mengenali suara itu, lantas ia mengambil ponselnya dan menghidupkan senter, maka dengan jelas mereka dapat mengenali siapa dirinya.

"AKSA!" pemilik nama itu meringis karena cahaya senter yang disorotkan ke wajahnya, kemudian Eyra segera mematikan senternya dan kembali membantu Aksa berdiri.

"Mengapa kau berada diluar malam-malam seperti ini Eyra," suara Aksa terdengar mendominasi.

"Dan kau, apa tidak bisa untuk tidak selalu mencampuri urusan orang lain? Jika seseorang yang kau bantu adalah orang jahat bagaimana?" Aksa menatap Eyra SMA, dari tempatnya berdiri Eyra dapat merasakan kekhawatiran dari sorot mata itu. Padahal kondisi Aksa lebih mengkhawatirkan.

Eyra SMA terdiam, mencoba untuk mencerna perkataan Aksa. Kemudian ia segera membantu Aksa berdiri lagi. Eyra SMA menuntun Aksa menuju salah satu toko buku yang kebetulan masih buka tanpa menjawab pertanyaan nya tadi, toko itu adalah langganan Eyra saat membaca buku-buku edisi terbatas tanpa harus membayar. Penjaganya adalah seorang kakek tua yang selalu menyambut kedatangan Eyra dengan hangat seperti saat ini.

Eyra mendudukkan Aksa pada sofa yang berada di ruang baca, sang kakek memberi izin kepada Eyra untuk melakukan apapun saat mengobati Aksa, seperti mengambil air atau es batu di kulkas yang tersedia.

Dalam diamnya, Aksa terus memperhatikan Eyra yang serius mengobati luka-luka di wajah dan tangan pria itu.

Ck, bisa saja modus nya nih cewe, ternyata aku seperti itu dulu 😭

Eyra duduk dengan bersila menatap interaksi dua sejoli dihadapannya ini. Pandangannya jatuh pada tatapan Aksa yang teduh. Aksa sontak menggenggam tangan Eyra SMA yang tengah mengompres wajahnya.

"Jangan bersikap seperti ini pada orang asing, Ra."

"Baiklah, hanya padamu kok.. tenang saja. Lagian setelah Olimpiade selesai itu refreshing, Sa. Bukannya berkelahi, lihatlah aku saja ingin bermanja didepan televisi namun tertunda karena melihatmu," Aksa mendelik.

Jadi kejadian ini setelah Aksa pulang dari Olimpiade Tarens.

"Ya sudah pulang saja kalau begitu," Aksa melepas genggamannya. Lantas kedua Eyra itu tertawa.

"Moody-an banget sih," dengan jahil Eyra menekan luka yang sedang dikompresnya membuat Aksa meringis.

Next~~

Reset [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang