Chapter 28

30 13 19
                                    

"Masa lalu kelam itu bagaikan goresan luka yang tak akan pernah hilang bekasnya. Bahkan ketika disayat pada tempat yang sama, hanya akan memperparah luka lama."

●●●

Flashback on

Rinai hujan kian mengurang memberi ruang untuk bumi kembali bernafas, setelah lamanya diguyur hujan yang tak kunjung mereda. Aroma petrichor menyapa setiap insan yang mulai menginjakkan kaki di tanah basah.

Seorang gadis terduduk diam di kursi panjang, menatap penghuni jalan dari kejauhan, betapa sibuknya mereka setelah ditahan oleh hujan berjam-jam. Tak ada senyuman di wajah yang pucat pasi itu. Ia mengenakkan pakaian biru muda khas seorang pasien.

Pandangannya terhenti pada sekumpulan siswi SMA di sebrang jalan, betapa serunya menjadi mereka, terdengar dari gelak tawa yang ia tangkap. Gadis itu adalah Trettala Armor, setelah kejadian kelam dua tahun yang lalu, Tala dibantu dengan alat pernafasan, ia terpaksa harus belajar dari rumah sakit. Bahkan seluruh perawat di rumah sakit itu sudah mengenalnya. Pasien terlama.

Dan sekarang hanya tersisa beberapa bulan lagi, ia sudah resmi tidak lagi memegang status pelajar. Beberapa detik yang lalu ada senyuman hampa yang tertoreh di wajah pucatnya.

"Tal.. Makan dulu yah," seseorang duduk disampingnya dengan semangkuk bubur. Gadis itu menggeleng, sedang ia hanya bisa menghela nafas panjang.

Dan sudah dua tahun ini juga, Tala menghabiskan waktunya hanya untuk melamun, menjawabpun secukupnya.

"Makan, Tal.."

"Zril, kapan kelulusan?" Razril terdiam kerika gadis itu tiba-tiba menatapnya.

"Kenapa memangnya? Tenang saja, kau akanku ajak kesana kok," Tala mengalihkan pandangannya lagi.

"Bulan depan Tal," tambahnya.

"Oh iya, aku memiliki kabar gembira. Minggu depan kau sudah boleh pulang, Tal."

Tala yang mendengar kabar itupun bingung harus bereaksi bagaimana. Kejadian itu selalu menghantuinya, entahlah bagaimana kabar rumah masa kecilnya. "Tempat pulangku sudah hancur, lalu aku harus pulang kemana?"

Seketika senyuman Razril luntur, "Ada aku Tal.. Aku selalu di sampingmu. Keluargaku pun pasti akan menerimamu sebagai anak dari adik ibuku."

Tala menoleh, "Cukup Zril. Kalian sudah sangat baik, aku tidak akan merepotkanmu dan keluargamu lagi. Biarkan aku tinggal sendiri saja, maaf membuatmu khawatir."

●●●

Tala menangis di kamarnya, sial sekali melihat obatnya yang sudah habis. Ia sangat membutuhkan itu sekarang, Tala meraih benda apapun didekat, nafasnya mulai tercekat, malam ini trauma menyebalkan itu kembali menghantuinya.

Tok.. tok.. tok..

Seseorang mengetuk pintu apartemennya. Dengan susah payah, ia mendekati pintu. Saat pintu berhasil terbuka, Tala sudah tidak mampu menahan sesak di dadanya, gadis itu terjatuh tepat dipelukan Razril. Lagi-lagi Razril dibuat panik.

●●●

"Fakultas apa yang akan kau ambil?" tanya Razril.

"Entahlah, mungkin aku tidak akan kuliah."

"Huh! Mana yang katanya ingin merasakan masa-masa sekolah lagi? Kalau bukan sekarang, lalu kapan?"

"Eh, iya yah. Tapi.. capek Zril. Aku sudah tidak sepintar dan sekuat dulu," Razril mencoba meyakinkannya. Bahkan ia menawari untuk masuk fakultas dan jurusan yang sama agar Razril dapat leluasa menjaganya.

"Bagaimana?"

"Baiklah. Selagi itu bersamamu," Razril mengangguk mantap dan Tala mengulas senyum manisnya.

●●●

Razril mencari keberadaan Tala sejak siang tadi, gadis itu tiba-tiba menghilang dari radarnya, bahkan Tala tidak masuk kelas padahal mereka berangkat bersama. Razril sudah mendatangi disetiap penjuru kampus, namun nihil.

"Lari terus dek! Masa gitu aja capek, lemah!" dari keajuhan Razril menangkap gelak tawa seseorang, yang sesekali meninggikan nada suaranya. Razril pun penasaran, ia mempercepat langkahnya menuju taman belakang.

Sesampainya disana, ditemuinya Tala yang sedang berlari mengelilingi taman belakang dengan nafas yang tersenggal-senggal. Seketika membuat rahang Razril mengeras, tangannya mengepal hingga melihatkan urat-urat yang sedikit menonjol. Ia segera berlari menghampiri Tala.

"Ck! Pahlawannya sudah datang yah? Dasar, cupu!"

"Cih! Apa yang kau lakukan padanya?!" gadis itu hanya menggidikkan bahu.

"Dia mainan yang seru, Razril."

"Sampah! Aku akan melaporkan semua kelakuan kalian. Ck, kau pikir kali ini akan selamat? Lihat saja nanti," Razril memilih meredam amarahnya, ia tidak mungkin menghajar seorang perempuan.

●●●

"Ayok berangkat Tal.."

"Tidak ah. Malas!"

"Baru beberapa minggu, masa sudah izin saja?"

"Capek. Aku sedang tidak ingin bertemu orang-orang itu."

"Aku akan selalu melindungimu, Tal. Tenang saja, mereka mah hanyalah hama yang akan mati pada waktunya," setelah beribu bujukan dan rayuan akhirnya Tala pun memutuskan untuk berangkat.

"Obat jangan ditinggal," peringatnya. Sedangkan Tala hanya berdehem malas.

●●●

Setelah beberapa tahun keadaan gadis itu semakin membaik, bahkan ia tak ragu untuk menunjukkan gelak tawa nya. Razril sungguh sangat senang melihat perkembanagan Tala yang signifikan, ia bisa melihat kembali sosok Tala yang dulu dikenalnya. Meski Tala sering mempringati Razril untuk tidak membantu ia terus-menerus, namun Razril sudah terbiasa sehingga Tala pun merasa sangat nyaman dengan Razril.

"Sekarang aku bukanlah Tala yang lemah lagi," ucapnya dengan penuh semangat. Razril masih setia menyimak dengan senyuman.

"Aku Trettala Armor yang kuat! Sekarang panggil aku Retta, Zril."

"Retta?" celetuk Razril yang diangguki gadis itu.

"Iya! Retta ya Zril, bukan Tala lagi. Awas saja kalau kau melupakannya," Razril termenung sejenak.

Baiklah itu tidak buruk, jika kau memang merasa lebih nyaman. Retta, yah. Batin Razril.

Flashback off

●●●

"Hari ini kau sudah janji akan menghabiskan waktu bersamaku, bukan. Maka tidak ada yang boleh mengganggu kita dulu, sekarang aku akan mematikan ponselku, begitupun denganmu Zril," pria itu mengangguk. Mereka meletakkan barang pipih itu di keranjang.

Retta meletakkan kepalanya dipangkuan Razril, keduanya sibuk menonton film yang diputar pada layar lebar di apartemen Retta. Bahkan gadis itu menghabiskan waktunya di dapur tadi pagi, hanya untuk menghidangkan beberapa cemilan untuk menemani quality timenya bersama Razril.

Sedangkan di tempat lain, nyawa seseorang tengah dipertaruhkan sebab ketidakhadiran Razril disana.

Next~~

Reset [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang