Chapter 38

10 4 4
                                    

Sudah seminggu lamanya Aksa menemani Eyra setelah koma yang panjang, Eyra masih bersikap layaknya ketika ia tidak mengingat Aksa, bahkan gadis itu masih memanggilnya dengan sebutan Artha, entah apa yang sedang gadis itu rencanakan. Berbeda dengan Agress yang belum menampakkan diri. 

Di tempat lain, Agress tengah menggeram marah. Rencana kaburnya seminggu yang lalu gagal total karena kehadiran gadis yang sialnya sangat Agress hindari. Gadis itu bahkan membawa Rendy bersamanya, alhasil Veira pun sekarang dilarang untuk bertemu dengan Agress.

"Dan sekarang ayahpun melarangku bertemu dengan Vei? Dia sahabatku, ayah!"

"Kau akan paham setelah pertemuan kita siang nanti, maka tetaplah di kamarmu, atau aku tidak akan memberikan ponselmu."

"Terserah kau saja, ayah. Aku lelah dengan sikapmu," Agress pergi ke kamarnya, ia meminta salah satu kepercayaannya untuk menghubungi Razril dan meminta kabar terbaru mengenai Eyra.

●●●

"Aku jadi curiga mengapa kau menjadi sangat perhatian kepadaku, apa kita pernah memiliki hubungan sebelumnya?" Eyra dengan sengaja memancing Aksa agar lelaki itu yang berkata jujur. Aneh bukan ketika orang asing tiba-tiba sangat perhatian tanpa sebuah alasan padahal mereka tidak memiliki hubungan sama sekali.

Namun meski Aksa tidak mengetahuinya, Eyra sendiri merasa gemas, karena Aksa tak kunjung mengungkapkan jati dirinya.

Aksa yang sedang membantu Eyra berjalan, menghentikan pergerakannya sebab pertanyaan gadis itu.

"Hubungan?" Eyra mengangguk seraya menatapnya.

"Bukankah aneh dengan semua sikapmu? Seingatku kita tidak sedekat itu sebelumnya, dan kau.. apa kau tidak mengajar?"

"Aku hanya sebagai dosen pengganti asal kau lupa, dan tugas ku sudah selesai," sebenarnya setelah kecelakaan Eyra, Aksa memang sudah tidak melanjutkan tugasnya, karena seseorang yang sangat ia nantikan pertemuannya sudah tidak muncul di kelas, sudah tidak berpapasan di jalan, dan sudah tidak terlihat di sekitar kampus. Lantas untuk apa dia masih disana?

Eyra gemas sendiri melihat Aksa yang hanya diam saja. 

"Entahlah, mungkin ingatanmu memang sudah lenyap selamanya," jawaban Aksa membuat Eyra bungkam. Lalu pria itu kembali membantu Eyra untuk berjalan menuju brankar nya. Eyra hanya diam saja memikirkan perkataan Aksa.

Tak lama Erzapun muncul, membisikkan sesuatu pada Aksa, pria itu mengangguk kemudian Erza kembali keluar. Aksa menarik selimut Eyra hingga menutupi setengah badannya. Eyra terus melamun.

"Kau telah menyelamatkanku, jadi.. apakah salah jika aku membantu masa pemulihanmu? Seharusnya aku yang ada diposisimu sekarang, bukan kau, Eyra..." Eyra sontak tersadar, pandangannya bertemu pada sorot mata teduh Aksa.

Aku mencintaimu, Ra.. Namun entahlah, Aksa belum bisa mengungkapkan itu ketika Eyra saja tidak mengingatnya.

"Aku ada urusan sebentar, kau istirahatlah dulu," ketika Aksa hendak pergi, Eyra menahan pergelangan tangannya.

"Aksa.."

Seolah-olah dunia berhenti berputar. Matanya melebar, mulutnya sedikit terbuka. Seluruh tubuhnya terasa beku, namun di saat yang sama, dadanya penuh dengan kehangatan yang menyala. Ia memandang gadis itu seakan takut bahwa ini hanyalah mimpi—bahwa dalam sekejap, kenyataan akan kembali menghilangkan kebahagiaan yang baru saja ia rasakan. Tetapi tidak, ini nyata. Gadis itu benar-benar mengingatnya.

"Apa yang kau katakan tadi?" Aksa mencoba untuk memastikan apa yang didengarnya tadi.

Eyra mengulas senyumnya, "Aksa.."

Reset [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang