Ting nong~ Ting nong~
"Iya.." Eyra berlari ke arah pintu.
Cklek~
"Hi!" Eyra terkesiap ketika mendapati sosok Agress yang berdiri didepannya.
"Ishh, kau kemana saja bodoh!" Eyra sontak memeluk pria itu, sedang Agress hanya terkekeh.
"Apa yang kau tertawakan?" Eyra melepas lilitannya, lantas memukul dada bidang Agress, untuk pukulan keduanya Agress sudah menahan tangan Eyra lebih dulu.
"Kenapa?"
"Aku kesal! Dengar itu! Dasar sok sibuk!" Agress lagi-lagi tergelak.
"Mau ikut?"
"Kemana?" jawab Eyra dengan binar dikedua matanya, seakan amarah tadi hanyalah angin lewat.
"Tempat biasa," Eyra mengangguk cepat.
"Masuk lah, aku akan berganti pakaian dulu."
Eyra berlari dengan cepat ke kamarnya, ia hanya membutuhkan waktu sepuluh menit untuk bersiap. Kini gadis itu turun dengan kaos putih berlengan pendek dan celana jeans yang tidak membentuk kaki jenjangnya, ia juga hanya memupuk sedikit bedak dan lipglos, maka dari itu Eyra selesai dengan sangat cepat.
Agress juga membantu Eyra untuk duduk diatas motornya.
●●●
"Minum," Agress memberikan minuman kesukaan Eyra, matcha latte yang ia beli di dekat danau. Di depan mereka terbentang luas danau yang telah menjadi tempat favorit keduanya.
"Kau masih terus mencariku ke kelas?" Eyra sontak menoleh, ia terdiam lalu menggeleng cepat.
"Mengelak saja terus, kau sepertinya sangat merindukanku yah.."
"Cih, kepedean."
"Padahal tinggal bilang iya saja, aku terima kok."
"Tidak, aku bukan merindukanmu, aku hanya ingin menagih hutang saja asal kau tahu itu."
"Hutang? Memangnya aku memiliki hutang kepadamu?" Eyra mengangguk seraya menyesap minumannya.
"Apa?"
"Kau kan berjanji untuk selalu menemaniku saat istirahat, janji adalah hutang, Agress Imanuela." Agress yang disebut dengan nama lengkap itu tergelak seraya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Oh iya, kau belum menjawab pertanyaanku tempo hari."
"Yang mana?"
"Siapa penyebab kematian siapa? Dan mengapa kau mengenal Artha?"
Artha? Mengapa lagi-lagi Eyra menyebutnya dengan nama Artha.
"Maksudmu Ak-"
"Artha itu dosenku Agress," ia sontak menutup mulutnya lagi. Mengapa Eyra mengenal pria itu dengan nama Artha dan bukan Aksa. Pikir Agress.
"Dosen baru yang pernah kau bahas itu?" Eyra mengangguk.
"Yah, dia teman lamaku, dia adalah penyebab kematian kucing kesayanganku."
"Kau bergurau? Sejak kapan kau memiliki teman semultitalent dia."
"Hei! Kau pikir teman-temanku bodoh dan tidak berbakat, hah?"
"Yah, teman itu kan cerminan diri, jadi tidak terpungkiri kalau mereka sepertimu bukan?"
"Maksudmu, aku ini bodoh? Lalu kau anggap dirimu sendiri apa? Kau kan temanku." Eyra sontak berhenti meledek ketika Agress menyentil keras keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reset [TAMAT]
FantasyBagaimana rasanya ketika kamu bangun dari tidurmu, semua kenangan yang menyakitkan lenyap seketika, bukan kecelakaan bukan kebetulan, namun ini sebuah keajaiban. Kamu kembali hidup tanpa bayang-bayang masa lalu yang kelam. Namun kosong, seakan bayi...