Hampir saja Eyra terjatuh ke tepi jurang, tangannya menggenggam erat tanaman belukar, dengan perlahan ia pun berhasil memundurkan diri. Eyra mengatur degup jantungnya, ia merutuki seseorang yang tiba-tiba saja memindahkan gadis itu dari satu tempat ke tempat lain.
Eyra mengedarkan pandangannya, entah dimana sekarang ia berada. Suara ricuh mengalihkan atensi gadis itu.
Apakah ada hutan di dekat apartemen?
BUK! BUK! BUK!
Aksa? Agress?
Wajahnya dingin, matanya menyala dengan kemarahan yang lebih dalam, diam namun berbahaya. Dia tidak mundur, tidak gemetar, meskipun setiap urat di lehernya tampak menonjol, menahan desakan emosi yang ingin meledak. Bibirnya terkatup rapat, namun dagunya terangkat seolah mengatakan, "Coba saja."
Di antara mereka, jarak yang tak lebih dari beberapa langkah kini terasa seperti jurang lebar, dipenuhi amarah, ego, dan rasa terluka. Tapi di balik tatapan penuh amarah itu, ada sesuatu yang lebih gelap—rasa kecewa, mungkin bahkan pengkhianatan. Dan di bawah sinar matahari yang mulai tenggelam, mereka berdiri di ambang ledakan, tanpa tahu apakah pertarungan ini akan berhenti pada luka biasa, atau segera meledak menjadi sesuatu yang lebih parah.
"Kau memukuliku karena melindunginya?" Agress tersenyum remeh.
"Apakah gadis itu sudah memiliki tempat dihatimu yang kosong? Ck! Bisa-bisa nya kau menganggap dirimu pantas dicintai," pelan namun menusuk, Aksa dapat mendengar perkataan Agress sangat baik.
BUK!
Aksa kembali melayangkan pukulannya. Eyra mendekati Aksa, ia berniat memisahkan namun dirinya lupa kalau Eyra tidak bisa menggengga, siapapun. Dan.. mengapa tubuh Eyra tergeletak di tanah tak jauh dari tempat Aksa dan Agress. Eyra menutup mulutnya tak percaya, melihat bajunya yang tidak lagi rapih dengan beberapa robekan di lengan, bahkan bahunya sudah terekspos.
Eyra sontak bergetar ketakutan, ketika mengingat jelas kejadian itu. Matanya berkaca-kaca menatap Agress, lelaki yang selalu ada untuknya selama tiga tahun, ternyata memiliki masa lalu kelam dihidupnya. Eyra sempat dilecehkan untuk membuat Aksa frustasi, Agress sangat membenci Aksa sebab sebuah kesalahpahaman, dari situlah Agress merasa bersalah pada Eyra karena menjadikannya alat pelampiasan dendamnya.
●●●
Ketika ia hendak berjalan kakinya tersandung, sontak Eyra terjatuh dan hutan tadi tiba-tiba berubah, menjadi latar apartemen bagian samping. Eyra terlonjak kaget, mendengar suara tamparan dan bentakan seseorang. Ia menyeka air matanya, lalu kembali berdiri.
PLAKK~
Suara itu terdengar begitu nyaring, wajahnya tertoleh mengikuti arah tamparan. Dibawah temaram lampu jalanan, remaja laki-laki itu harus menahan diri untuk terus tunduk pada pria paruh baya dihadapannya.
"Lagi-lagi kau hanya membuang waktuku saja! Aku membiayaimu bukan untuk mengikuti olimpiade murahan ini, bocah. Aku hanya ingin kau mempelajari dunia perbisnisan dan menghasilkan banyak uang, apa kau paham, hah?! Kau harus menjadi anakku yang berguna."
Eyra mendekat, menatap kedua lelaki itu.
B-bara.. jadi Bara adalah ayah Aksa? Lalu, wanita yang di mobil itu.. siapa? Ibu tiri Aksa? Atau lebih tepatnya selingkuhan Bara.
Eyra larut dalam pikirannya sendiri, sampai ia tidak menyadari Bara telah meninggalkan Aksa disana sendirian. Terdengar gemuruh dari balik langit malam, setetes air perlahan mengguyur jalanan.
Lelaki itu mendongak seraya memejamkan mata, membiarkan setiap tetesan yang menyentuh wajahnya. Namun, beberapa saat kemudian, tak ada lagi tetesan yang jatuh di wajah itu. Ia membuka mata dan mendapati sebuah payung abu-abu besar melindunginya dari hujan. Ia menoleh untuk mencari tahu siapa pemilik payung tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reset [TAMAT]
FantasyBagaimana rasanya ketika kamu bangun dari tidurmu, semua kenangan yang menyakitkan lenyap seketika, bukan kecelakaan bukan kebetulan, namun ini sebuah keajaiban. Kamu kembali hidup tanpa bayang-bayang masa lalu yang kelam. Namun kosong, seakan bayi...