Setiap manusia yang hadir ke dunia ini pada awal ia lahir bukan kah terlahir dalam keadaan suci, tanpa dosa, dan tidak tahu menahu apa yang akan dia hadapi untuk hidupnya?
Sama seperti Rifki, anak yang terlahir dari hubungan terlarang sang ayah bers...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
****
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DENA meletakkan ponselnya ke meja dengan cukup keras. Tangannya serta seluruh tubuhnya bergetar kuat. Isak tangisnya lama-lama semakin terdengar. Dadanya sesak sekali terasa, tangis bahagia kini telah ia rasakan.
Mendengar kabar bahagia dari Gisela tadi bagai diberi sebuah hadiah paling berharga baginya. Tak peduli dengan keadaan di luar yang terdengar bahwa orang tua Gisela sedang berbincang, Dena menangis deras. Ia memegangi dadanya, aie matanya mengalir hebat hingga berjatuhan ke lantai. Bibirnya terus memanggil nama Ifki, rasa rindu pada anak yang telah ia tinggalkan enam belas tahun yang lalu membuat rasa rindunya semakin besar.
Dan setelah dirasa ia cukup menangis, Dena langsung mengambil koper yang terletak di atas lemari, lalu ia kemaskan barang-barangnya yang akan ia bawa ke Bogor esok.
"Dena"
Panggilan halus dari seorang wanita membuat Dena menoleh ke arah pintu yang sudah terbuka. Terlihat seorang wanita berambut panjang yang ia gerai serta menggunakan piyama berwarna biru muda memasuki kamarnya.
Dena tersenyum tipis untuk menyapanya. "Bu, saya izin-"
"Iya, Gisel udah bilang sama saya. Boleh kamu pergi temui anak kamu dulu." ucap wanita itu memotong ucapan Dena.