Bab 6

23 6 0
                                    

Diminum ya cantiknya Kenza sama rotinya juga dimakan ya? Biar enggak ngambek lagi.

______________________________________

"FIONA LYODRA REBECCA! KAMU DENGARKAN SAYA TIDAK?! DARITADI IBU PANGGIL ENGGAK DIJAWAB! KALAU KAMU EMANG ENGGAK MAU DENGERIN IBU MENDING KELUAR! DENGAR?"

Ucap seorang guru bahasa Indonesia  bernama Bu Lia yang sedaritadi  memperhatikan Fiona tidak fokus dengan pelajarannya.

"I-i-iya b-bu ma-maaf." Ucap Fiona dengan gugup dan malu tentu saja. Ayolah siapa yang tidak malu dimarahin oleh guru sendiri? Rasanya jantung Fiona hampir copot mendengar teriakan dari guru bahasa Indonesianya itu.

"LAIN KALI JANGAN DIULANGI LAGI! PAHAM?"

"I-iya bu"

Ding dong

"Baik cukup segini pelajaran yang bisa ibu sampaikan, dan untuk Fiona ibu harap kamu bisa memperhatikan pelajaran ibu dengan baik. Terimakasih." Ucap Bu Lia sambil menatap Fiona tajam lalu pergi meninggalkan kelas.

Merinding

Itu yang bisa Fiona rasakan saat melihat tatapan Bu Lia. Tatapan tajam yang seakan siap menerkam mangsanya. 'bodoh Lo fi, untung ibunya masih sabar kalo enggak mampus lo.' gumam fiona sambil menepuk-nepuk pipinya itu. 

"Heh" ucap Jenna menepuk pundak Fiona yang saat ini sedang melamun, "Lo kenapa harus melamun sih tadi? Mana dipanggil berkali-kali enggak nyaut lagi. Sakit?" Fiona hanya menggelengkan kepalanya. Yaa sebenarnya Jenna tau alasan kenapa Fiona melamun ditengah pelajaran.

"Yaudah ayo pulang ditungguin fanii tuh." Mendengar hal itu Fiona cepat-cepat menolak ajakan Jenna untuk pulang bareng.

"Besok aja hari ini ada urusan." Ucap Fiona sambil membereskan barang-barangnya. Berharap Kenza masih belum pulang saat ini.

Setelah selesai membereskan barang-barangnya Fiona langsung keluar kelas begitu saja meninggalkan Jenna yang kebingungan. "Besok aja ya Jen dadahh." Ucap Fiona sambil meninggalkan kelas.

"Kenapa sih tu anak buru-buru amat."

                                 •••

Sreet

Suara pintu di geser, sambil terengah-engah  Fiona melihat seisi kelas ingin berteriak nama Kenza tapi, Kosong. Itu yang Fiona lihat. Melihat itu Fiona hanya bisa kesal sambil mengacak-acak rambutnya "akhhh, kalo gini gue enggak usah lari kayak orang gila tadi, orang kenzanya juga enggak ada." Fiona saat ini hanya terduduk lemas kelelahan setelah berlari tadi. Saat sedang merapikan rambutnya yang berantakan tiba-tiba ada seseorang yang menyentuh bahunya. "Cari siapa neng?" Segera Fiona menoleh ke arah belakang mencari tau siapa yang menepuk bahunya itu. Apakah itu pak satpam? Teman sekelas Kenza ? Tentu saja bukan melainkan itu adalah Kenza yang ternyata belum pulang.

"Nang neng nang neng, gue cari lo bodoh." Mendengar hal itu Kenza hanya tersenyum kecil.

"Kangen ya?"

"Enggak lah"

"Terus apa? Enggak ada dalam catatan dunia seorang Fiona Lyodra Rebecca mencari orang bernama Kenza Avanes."

"Dengerin dulu belum selesai ngomong."

"Ini udah dengerin."

"Diem coba."

"Hmhm."

"Nah iya gitu aja."

"Jadi gini maksud lo tadi apa hah, ngelus kepala gue tanpa ijin. Mana sambil ngomong dimikin yi cintiknyi kinzi biir inggik ngimbik ligi.
Najis tau ngak." Ucap Fiona sambil memasang ekspresi jijik berbanding terbalik dengan Kenza yang memasang senyum khasnya.

"Emang enggak boleh? Kan hak gue mau ngomong apa, lagian lo harusnya berterimakasih gue belikan yogurt sama roti banyak lagi. Jarang-jarang gue belikan itu." Jawab Kenza dengan panjang lebar. Mendengar hal itu Fiona hanya memutar matanya malas.

"Ye, makasih."

"Yang ikhlas dong cantik." 

"Gue punya nama."

"Kan terserah gue mau manggil apa? Jadi yang ikhlas ya minta maafnya manis."

"Ngelunjak ni anak." Gumam Fiona, rasanya ingin sekali memotong mulut Kenza yang daritadi bicara enggak jelas.

"Hm? Apa? Enggak kedengaran."

"Maaf"

"Ha? Apa? Enggak denger."

"Berisik, mending gue pulang." Fiona berjalan meninggalkan Kenza yang hanya menatapnya dengan senyum kemenangan. Setelah menatap Fiona cukup lama Kenza segera menghampiri Fiona lalu berkata hal yang pasti akan menggangu Fiona selama berjalan menuju gerbang.

"Gue temenin ya?" Ucap Kenza dengan muka memelas, jarang-jarang Kenza seperti ini apalagi dengan muka memelasnya seperti sedang manja kepada Fiona.

"Ngak." Ucap Fiona dengan singkat,padat dan jelas.

"Plissssss."

"Ngak!" Fiona paling malas jika Kenza sudah meminta mohon seperti ini, karena mau tak mau Fiona harus menurutinya.

"Sekali aja, plissss."

"Enggak Kenza Avanes!"

"Sekaliii aja."

"Enggak!"

Yaaa, itulah percakapan mereka yang akan terus terulang sampai mereka menuju gerbang sekolah. Pada akhirnya secara tidak sadar Kenza menemani Fiona menuju gerbang bahkan sampai diantar pulang dengan ayahnya Fiona, yang diantar senang-senang saja berbanding terbalik dengan Fiona. Melihat itu ayahnya Fiona hanya tersenyum kecil melihat mereka.

Hai haii
Untuk bab 6 segini aja semoga suka jadii

Enjoyy

Hate to love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang