Bab 7

23 6 0
                                    

"Fiona sayang, ijinin Kenza nginap sehari aja ya? Kasian ini Kenza enggak ada yang jaga besok juga kamu libur kan? Besok baru kenzanya dijemput."

Ucap ayahnya Fiona. Mendengar hal itu Fiona hanya diam tak menanggapi. Toh, kalo dia tolak juga Kenza bakal tetap nginap di rumahnya. Dan Fiona tau bahwa Kenza tidak menginap di rumahnya selama sehari tapi bisa seminggu atau dua bulan lebih, karena pekerjaan orangtuanya Kenza lah yang mengharuskan ia menginap cukup lama disini.

Sebenarnya ayahnya tidak masalah jika Kenza harus menginap lama disini karena dia cukup tau kesibukan dan sifat-sifat Kenza sendiri yang pastinya tidak akan merugikannya. Toh, mereka juga sudah akrab jadi tidak masalah.

Ini bukanlah pertama kalinya melainkan kedua kalinya Kenza menginap di rumahnya. Sebenarnya tidak masalah Kenza ditinggal di rumah sendirian tapi karena dulu rumah Kenza pernah kerampokan dan Kenza hampir dibunuh oleh salah satu pembantu menjadikan orang tuanya kenza trauma dan memilih untuk tidak memperkerjakan pembantunya 24 jam.

Dan disinilah Kenza menginap di rumah Fiona saat kedua orangtuanya bekerja di luar negeri dia akan dititipkan pada orangtuanya Fiona atau menginap di salah satu mansion milik dirinya sendiri. Orang tua Kenza kaya? Sangat apalagi dengan orangtuanya Fiona bisa dibilang mereka adalah anak yang beruntung. Bukan. Melainkan sangat beruntung.

Tapi mengapa Kenza tidak menginap di mansionnya saja? Jarak dari mansion dan sekolah cukup jauh jadi mau tak mau Kenza akan dititipkan di rumah Fiona. Yaa, juga agar mereka lebih akrab aja sih, tapi daripada tinggal di mansion selama dua bulan lebih dan Kenza juga sering hampir terlambat karena kelalaiannya. Orangtuanya Kenza sampai bingung dan pasrah bagaimana cara menghadapi kelalaian anaknya itu.

Miris? Memang.

Maaf kalau alurnya gaje :<

"Fiona?" Tanya ayahnya khawatir karena Fiona tidak segera menjawab. Di saat ini ayahnya sangat tidak ingin berdebat dengan putri satu-satunya itu, tapi apa boleh buat.

"Hm" hanya itu suara yang keluar dari mulut Fiona. Setelah mengatakan itu Fiona lekas pergi dari ruang tengah tempat mereka berkumpul menuju ke kamarnya sendiri. Di saat seperti ini Fiona sangat tidak ingin diajak bicara.

Melihat tingkah laku putrinya ayahnya hanya bisa menggelengkan kepalanya dan menghela nafas panjang. "Maaf ngerepotin ya om." Ucap Kenza sambil membungkukkan badan merasa bersalah dirinya telah merepotkan keluarga Fiona. "Enggak apa-apa, bukan salah kamu, justru harusnya om yang minta maaf karena kelakuan Fiona tadi." Ucap ayahnya Fiona sambil menepuk-nepuk bahu Kenza. "Enggak apa-apa om sudah biasa Fiona begitu."

"Yaudah kalau begitu langsung beresin barang-barang kamu aja ke kamar kayak biasanya, masih inget kan? Sama sekalian bujuk Fiona buat makan malam bareng biasanya itu anak enggak mau makan kalau moodnya udah enggak bagus begitu."

Mendengar hal itu Kenza hanya tertawa kecil lalu menjawab "oke om, Kenza permisi dulu ya." Ucap Kenza pergi menuju ke kamarnya yang biasanya dia tempati.

                                    •••

Tok tok tok

Suara ketukan pintu terdengar dari kamar Fiona.

Tok tok tok

"Fiona? Ini gue ayo makan malam ditungguin sama orangtua Lo." Ucap Kenza dari luar pintu tapi setelah beberapa saat ditunggu tidak ada jawaban dari kamar Fiona.

"Fi? Tidur Lo?" Sebenernya Kenza yakin kalau Fiona belum tidur saat ini tapi Kenza tetap bersabar menunggu jawaban dari Fiona. 'sabar masih ada orang tuanya Fiona, kalau enggak udah gue dobrak ni pintu.' batin Kenza. Setelah beberapa saat ditunggu akhirnya Fiona menjawab panggilan dari Kenza.

"Pintu enggak dikunci."

'sialan' gumam Kenza.

Cklek

Suara pintu di buka, Kenza langsung melihat sekeliling ruangan kamar itu. Wangi. Itu hal pertama yang Kenza pikirkan. Setelah melihat sekeliling mata Kenza tertuju pada Fiona yang sedaritadi asyik membaca buku novelnya dengan tenang tidak terganggu dengan kehadiran Kenza. Segera, Kenza menghampiri Fiona di meja belajarnya itu. 

"Fi in-" belum selesai berbicara tiba-tiba Fiona berkata sambil melihat ke arah Kenza "disuruh ke bawah untuk makan malam?"
"I-iya." Jawab Kenza yang entah kenapa tiba-tiba gugup saat ditatap oleh Fiona.

Seram

Itu yang terlintas di pikiran Kenza. "Duluan aja enggak laper." Ucap Fiona dengan suara datarnya yang menandakan bahwa ia sedang marah saat ini.

"Jangan fi ditungguin orang tua Lo."

"Terus?"

"Kasian orang tua lo nungguin itu, ayo." Mendengar kalimat Kenza Fiona hanya terdiam.

"Maaf, kalo gue kemaren keterlaluan banget sama udah ngambil novel lo tanpa ijin."

"Baru nyadar?"

Mendengar itu kenza hanya meangguk, sejahil jahilnya Kenza ia pasti akan takut jika Fiona sudah marah.

"Baguslah."

"Jadi ikut makan malam?"

"Hm"

Baru beberapa langkah berjalan Kenza kembali berkata

"Fi, itu novel yang kemarin gue ambil kayaknya hilang deh enggak tau hilang kemana, kemarin kan gue dikejar anjing tuh terus novelnya basah gue keringin kan gue jemur tiba-tiba udah enggak ada lagi kayaknya di ambil kuc-" belum selesai ngomong tiba-tiba Fiona sudah mengambil ancang-ancang memukul Kenza dengan bukunya.

"Apa tadi lo bilang?" Ucap Fiona sambil menatap Kenza yang terlihat seperti ingin membunuh orang.

"Nanti gue carikan yang sama persis deh atau gue belikan yang baru lima, mau kan? Mau dong yaudah gue tunggu di bawah ya." Dengan cepat Kenza langsung menutup pintu dan keluar dari kamar Fiona menuju ruang makan.

"Tante, siapin kuping tante deh sebentar lagi bakal ada kayaknya bakal teriakan."

Satu

Dua

Tiga

"KENZA AVANES!!!"


Hai haiii
Gimana seru ngak? Maaf kalau alurnya gaje :< maaf kalo ada typo dimana-mana :) tapi semoga kalian sukaa andd

Enjoyy

Hate to love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang