Bab 17

6 3 0
                                    

"jangan es."

"Ish, gapapa udah sembuh juga."

"Mana ada, kemarin minum es langsung sakit."

"Itukan kemarin bukan sekarang." Fiona mencibirkan bibirnya kesal.

"Air putih aja."

"Nggeh"

Plak

"JAHAT BANGET LO NINGGALIN GUE"

"ENGGAK USAH MUKUL JUGA NJING"

"Yeuuu, bucin lo disini"

"Bucin matamu"

Clarine hanya bisa nyengir lalu segera duduk di samping Fiona. Gevano yang sebelumnya memukul bahu Kenza langsung duduk terdiam dengan kepala menunduk. Serem tau ditatap Kenza.

"Ngapain lo kesini" tanya Kenza.

"Makan lah apalagi" jawab clarine dengan ketus.

"Kirain mau gangguin" balas Kenza dengan nada julidnya.

"Enggak makan?" Tanya Fiona yang tidak melihat kakak beradik ini membawa makanan.

"Oh iya, hampir lupa. Dah pesen makanan dulu yok van."

Tanba aba-aba gevano langsung pergi begitu saja meninggalkan clarine yang menatap aneh kepada saudara beda menit ini.

Setelah keduanya pergi Fiona langsung saja membawa jemarinya itu untuk menyubit perut Kenza yang membuat sang empu meng-aduh kesakitan.

"Aduh! Sakit!"

"Enggak usah natap gitu juga kali."

"Lah, kan serah gue."

"Iye deh iye, males debat gue."

"Bagus gitu, enggak usah sewot. Masih sakit juga."

Fiona hanya menatap Kenza malas.

"Udah habisin makanannya." Titah Kenza.

"Ngak, udah kenyang."

"Habisin, kalo enggak disuapin." Kenza berucap dengan nada intimidasi.

Fiona mendengus sebal lalu mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya dengan malas.

"Cepetin."

"Orang kenyang disuruh habisin, gimana sih!"

"Iya-iya aku aja yang habisin, habisin buahnya aja."

Fiona terbelalak kaget. Kayak omaigat Kenza mau menuruti kemauannya? Dengan ragu Fiona menghabiskan buahnya sambil sekali-sekali melirik ke arah Kenza. Dan benar saja Kenza menghabiskan makanannya tanpa ada paksaan apapun di wajahnya. Wahhh, perlu di interograsi ini

                               °^°

"Bulol lo."

"Bacot nih."

Jenna yang melihat dua sahabatnya itu bertengkar hanya bisa mengelus dada. Enggak ketemu beberapa menit aja berantem begini.

Jadi selama waktu istirahat mereka enggak makan bareng, karena apa? Karena mereka lagi sama pacarnya masing-masing. Nahh, yang inisiatif makan bareng bukan fanii sama Jenna melainkan pacarnya sendiri.

Mereka mana mau makan sama pacarnya. Katanya sih lebih enak makan bareng bestie biar bisa ghibah gitu.

Skip

"Fi"

"Naon?"

"Kenza lagi cosplay mata-mata? Dari kemarin suka banget ngeliatin kita."

Dengan tatapan malas ia putarkan arah matanya pada tempat yang dilihat sahabatnya itu. Dan benar saja ada sepasang mata sedang menatap ke arah mereka-- lebih tepatnya ke arah dirinya.

"Udah gapapa lagi latihan jadi pasien rsj kayaknya."

"Ohh, pantes." Jenna hanya manggut-manggut aja.

"Oh ya, luka lo udah mendingan?" Tanya fanii.

"Udah sih, tinggal nunggu kering aja lukanya sama kadang-kadang demam aja sih."

"Ohh" fanii lalu melihat ke arah perban bermotif kuromi pada pipinya  itu.

"Lucu banget, beli dimana?"

"Ih ini?" Fiona menunjuk pada perbannya itu, "ini dibelikan Kenza enggak tau dimana, nanti gue tanya deh. Kenapa emang? Ada yang luka?"

"Gapapa, nanya doang lucu soalnya."

Fiona hanya meangguk paham lalu kembali melihat hamparan langit biru muda yang luas itu. Cantik, cantik sekali.

"Fi, balik kelas yok, main uno."

"Ayok!" Dengan semangat Fiona menjawabnya, kalo soal uno dia akan paling semangat.

"Oh ya, kan lo dapat banget tuh bingkisan jadi bagi dikit boleh kali ya sekalian nemenin main uno." Fanii memelaskan matanya agar permintaannya disetujui oleh sahabatnya itu.

Sejak masih di rawat di rumah sakit sampai ia kembali  ke sekolah, ia langsung di hadiahi lautan bingkisan agar Fiona cepat sembuh dan sebagainya. Gitu lah.

Fiona meangguk menyetujui, lagian dari segitu banyak bingkisan mana sanggup ia habisin sendiri.

                               °^°

"Maaffff, Fiona maaff." Suara rengekan itu berasal dari Kenza yang sedang membujuk gadis di depannya itu untuk memaafkannya.

Bagaimana tidak, sejak di taman sekolah tadi Kenza terus saja menyerukan namanya dengan lantang. Alhasil semua mata tertuju pada Kenza, dan gilanya Kenza menyari Fiona seperti orang gila bertanya sana-sini seperti orang hilang arah.

Sesampainya di kelas dengan napas terengah-engah Kenza tersenyum padanya seperti tidak ada dosa dan menanyakan ini itu kenapa ia bisa hilang.

Rasanya pingin Fiona Jambak dan cabik-cabik wajah Kenza.

CARI DI KELAS KAN BISA, ENGGAK USAH TERIAK-TERIAK KALI - Fiona

                                °^°



Sampai sini dulu semoga kalian suka jadi enjoyy

Hate to love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang