Di pagi hari di kediaman keluarga Fiona mereka melakukan aktivitas seperti biasa bangun tidur, sarapan, sekolah, pulang, makan, tidur, bangun dan seterusnya.
Oke, skip aja langsung ke sekolah.
Setelah menaruh tas masing-masing di dalam kelas mereka bertiga melakukan ritual yang sangat umum terjadi yaitu ke wc.
Yaa, daripada bosen nunggu guru di kelas mending ke wc aja lebih bermanfaat.
-jenna"Nanti di kantin mau makan apa?"
"Mau seblak pak min ngak?"
"Seblak mulu lo tapi ayok."
"Sinting!"
"Heh bahasanya."
"Dia duluan!"
"Mana ada!"
"Udah-udah!"
Fiona dan Fanii saling menuduh. Jenna hanya menghela napas, mengurus mereka seperti mengurus dua bayi saja.
"Habis ini jam apa." Tanya Jenna.
"Bahasa Indonesia."
"Lari ngak?"
Fiona melihat ke arah jam tangan yang selalu ia bawa lalu menatap kedua temannya itu.
"Lari." Dengan secepat kilat cahaya ia berlari meninggalkan dua temannya yang pasti sedang mengumpat kesal kepadanya.
Bagaimana tidak, pelajaran bahasa Indonesia adalah pelajaran yang sangat mereka hindari, jika telat sebentar saja atau sedang berada di luar pada pelajaran ibunya maka mereka akan dihukum berdiri di tengah lapangan atau menjadi model dadakan di dalam kelas.
Walaupun itu untuk melatih kedisiplinan mereka tetap saja mengesalkan.
.
.
.
Trak
Bunyi nampan makanan dihentak kan di depan seorang pemuda dengan tatapan cueknya dan tanpa berdosa ia tetap melanjutkan acara makannya tanpa melirik ke arah Fiona yang masih kesal dengan kejadian tadi.
"Kenza maksd-"
Belum selesai berbicara tiba-tiba ia menyodorkan selembar uang berwarna merah. Iya MERAH. Author mau hiks :c
"Udah, diem, maaf, kalo kurang bilang."
Wahh, itu adalah berita yang sangat baik bagi Fiona.
"Kurang banget ini minimal tiga ratus lah." Fiona mengetuk-ngetuk dagunya lucu.
"Nih."
Dengan mata berbinar ia mengambil dua lembar uang berwarna merah itu. Setelah mengantongi uangnya ia menyubit gemas pemuda di depannya itu.
"Makasihh ihhh gemas!!"
"GES AKU DAPAT UANG GESS"
Kenza menggeleng kan kepalanya dan terdapat samar-samar rona di wajahnya?
"JANGAN LONCAT-LONCAT GITU IH MALU-MALUIN SUMPAH."
"IH, TIGA RATUS FI!! TIGA RATUS!"
"HAHH?! DAPAT DARIMANA?"
"Kenza. Emang the best tu anak."
"Fiona cantik, baik hati dan penyayang traktir sahabat mu ini dong." Ucap Jenna sambil mengedipkan matanya.
"Iya-iya, tunggu ya. Kayak biasanya kan?"
Serentak mereka meanggukan kepalanya dengan antusias. Asikk, di traktir Fiona.
"Ini kembaliannya ya neng."
"Iya, makasih onty."
Setelah mengambil kembalian ia beranjak dari tempat tersebut menuju ke tempat sahabat nya tadi. Oh! Jangan lupakan senyuman yang tidak henti-hentinya hilang dari wajahnya itu.
Tapi senyuman itu hilang karena seseorang menyenggol bahunya dengan cukup kencang.
"Harusnya gue." Gumam orang tersebut.
Fiona terperanjat dibuatnya dan langsung menoleh ke belakang di mana arah orang tersebut pergi.
"Heh! Hati-hati dong kalo jalan! Jatuh semua kan jajanan gue." Ucap Fiona tidak terima.
Tapi apa? Tatapan angkuh dan tawaan kecil dari teman-temannya yang Fiona terima. Tidak ingin memancing keributan ia segera mengambil beberapa jajanan yang jatuh dan segera beranjak pergi.
.
.
.
"Kenapa Lo? Habis di palak orang? Masam bener tu muka."
Fiona menghembuskan nafasnya gusar. "Tau tuh, tadi ada orang jalan enggak pake MATA kayaknya." Fiona menekankan kalimatnya.
Jenna hanya menggelengkan kepalanya, "udah jangan dibawa emosi, enggak baik. Mending dimakan dulu makanannya nanti dingin."
Fiona hanya meangguk singkat lalu memakan pesanannya yaitu seblak ceker makanan favoritnya akhir-akhir ini.
Triiing
Hehe ganti lagi bunyi bel nya :}
"Yaudah tinggal bentar ya fi."
"Iyee."
Kedua sahabatnya itu pergi meninggalkan nya. Saat di perjalanan menuju kelas tadi Jenna dan Fanii di panggil ke perpustakaan oleh guru matematika mereka saat jam setelah istirahat.
Jadi disinilah ia, berjalan sendiri melewati .
lorong sekolah yang sudah mulai sepi karena pelajaran sebentar lagi akan dimulai.Dengan langkah cepat ia bawa tubuhnya untuk segera kembali ke kelas. Karna demi apapun, ia tidak ingin terlambat lalu dihukum oleh gurunya. Ugh, itu memalukan.
Tapi sepertinya semesta tidak berpihak padanya, karna secara tiba-tiba tangannya ditarik cukup kencang oleh seseorang dan tubuhnya dihempaskan begitu saja ke dinding toilet yang menimbulkan suara cukup keras.
Ah.., Fiona menatap tajam ke arah empat gadis yang sedang menertawai nya dengan puas.
"Hahahaha, lucunyaa, kenapa ih megangin kepalanya terus? Butuh obat sakit kepala? Boleh, tapi yang udah kadaluwarsa ya. Biar cepet mati aja." Kalimat itu sontak mengundang tawaan dari teman-temannya.
"Kenapa? Marah? Natapnya gitu amat. Fans ya? Makasih gue emang cantik daripada orang cantik tapi gatel kayak Lo."
"Ngomong dong, enggak punya mulut ya? Apa perkataan dari kita tadi bener? Pfft, HAHAHAHAHAHAHA."
"Enggak ada gunanya jawabin perkataan brengsek dari kalian."
"Wah, udah mulai berani ya?" Gadis yang sedari tadi hanya diam mengamati akhirnya angkat bicara. Melihat wajahnya Fiona mengangkat sudut bibirnya menciptakan smirk andalannya.
"Oh, jadi lo orangnya yang kalo jalan enggak pake ma-ta."
"Brengsek!"
Bugh
Orang tersebut langsung mencengkeram erat rambut Fiona dan membenturkan nya ke dinding toilet menciptakan suara tawa remehan kembali terdengar.
"Gimana rasanya, hm? Berduaan doang sama pacar gue di ruang seni bolos pelajaran. Gimana? Harusnya berduaan sama Kenza itu gue! GUE!"
Bugh
Suara hantaman kembali terdengar. Ugh, menghadapi seseorang seperti ini sungguh sangat melelahkan. Ia harus rajin-rajin menutupi bekas lebamnya menggunakan foundation, situasi seperti adalah hal biasa baginya. Mengingat seberapa terkenalnya teman laki-laki nya itu karena ketampanannya.
Fiona sudah sering melapor atas hal yang sering menimpanya ini, tapi yang jawaban yang didapatkan sangatlah membuat ia bertanya-tanya.
"Mereka ini guru bukan sih?"
Idenya sampe sini aja :c
Enjoyy